Pelabuhan MUNCAR Banyuwangi
Muncar Jangan Tercemar
PELABUHAN Muncar di Banyuwangi yang berlokasi di ujung timur Pulau Jawa, merupakan tempat pertemuan arus Laut Jawa dari arah utara dan Samudra Hindia melalui arah selatan. Kondisi ini menguntungkan karena para nelayan di Muncar tidak terpengaruh gelombang besar yang disebabkan angin barat maupun angin timur. Mereka hanya berhenti melaut saat bulan purnama tiba selama 7 hari hingga 10 hari.
Kepala Bidang Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi, Untung Widiarto mengatakan, Tempat Pelelangan ikan (TPI) Muncar sebelumnya menjadi pemasok ikan terbesar di Indonesia. Namun terus menurun sejak terjadi anomali cuaca. Pada 2012 hasil tangkapan masih mencapai 28.313 ton. Namun pada 2013 tersisa 21.464 ton. “Jumlah terbanyak tetap jenis le¬muru,” ucapnya.
Menurunnya jumlah hasil tangkapan ikan nelayan di Muncar juga disebabkan overfishing dan pencemaran limbah perusahaan pengolahan ikan. Kondisi perairan Muncar di Selat Bali dikatakan pulih bila hasil tangkapan nelayan bisa mencapai 36 ribu ton per tahun.
Dikatakannya, di Pelabuhan Perikanan Muncar, ikan lemuru menjadi komoditas utama tangkapan nelayan. Bahkan sentra lemuru yang telah memiliki industri terbesar di Indonesia berada di wilayah perairan selat Bali. Sampai saat ini, di sekitar perairan pantai kabupaten Banyuwangi banyak dijumpai armada penangkapan tradisional dan modern yang beroperasi memanfaatkan ikan lemuru sebagai ikan tangkapan.
Kepala Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Kartono Umar mengatakan, produksi ikan lemu¬ru dapat dilihat dalam data lima tahun terakhir.
Pada tahun 2010 dari produksi ikan di pelabuhan Muncar sebesar 22.042.289 kg dengan nilai produksi Rp 98.394.406.500 produksi ikan lemuru sebesar 80%, tahun 2011 produksi ikan 16.526.715 kg dengan ni¬lai produksi Rp 84.956.896.500 produksi ikan lemuru sebesar 10% tahun 2012 produksi ikan 11.459.005 kg nilai produksi Rp 107.374.808.500 produksi ikan le¬muru 24,7%, 2013 produksi ikan 8.010.771 kg dengan nilai produksi Rp 87.546.170.500 produksi ikan lemuru 50,9% dan pada tahun 2014 hingga periode Juli produk¬si ikan 462.770 dengan nilai produksi Rp 4.278.230.000 produksi ikan lemuru sebesar 90,4%. Ditambahkan- nya, pada tahun 2009 produksi ikan lemuru sebesar 28,446,134 kg, 2010 sebesar 17,717,764 kg, 2011 sebe¬sar 1,651,381 kg, 2012 sebesar 2,839,271 kg dan 2013 sebesar 4,082,081 kg. Selain lemuru, komoditas lain yang cukup potensial di perairan Muncar yakni ikan layang. Pada lima tahun terakhir, produksi ikan layang cukup tinggi. Tahun 2009 sebesar 1,067,070 kg, 2010 sebesar 1,057,942 kg, 2011 sebesar 2,268,370 kg, 2012 sebesar 2,013,177 kg dan 2013 2,656,893 kg. Seperti diketahui, perairan selat Bali merupakan wilayah perairan yang pengelolaannya di atur oleh dua Pemerintahan Provinsi, yaitu Jawa Timur dan Bali. Armada perikanan lemuru yang beroperasi pada tahun 2010 di kabupaten Banyuwangi sebanyak 203 unit yang terdiri dari kapal purse seine berukuran antara 10 – 30 GT.
Dengan potensi perikanan yang cukup tinggi, sampai saat ini jumlah di Muncar sebanyak 13.203 orang. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun 2013 yang hanya 13.143 orang. Angin kencang disertai gelombang tinggi kerap menjadi kendala utama menurunnya produksi tangkapan ikan di Muncar. Ditambah lagi seringnya kelangkaan solar. Setelah waktu libur usai puasa dan le- baran, nelayan kembali berburu. Lemuru, tongkol, salem, dan layang sebagai bahan dasar pembuatan ikan kaleng menjadi hasil laut andalan di perairan Muncar. Pada saat paceklik tangkapan, seperti yang terjadi pada periode Januari-April, nelayan masih bisa memasok ikan-ikan itu ke puluhan cold storage (tempat pendinginan) di Muncar dan sekitarnya.
“Kalau pada saat musim panen Juni- Nopember, kami bisa mevigekspor ikan lemuru hingga tujuh kontainer (isi per kontainer 24 ton) “
Siswanto, pekerja di tempat pendinginan Usaha Dagang Piala Indah, menyebutkan, masih bisa mendapatkan pasokan 8-10 ton ikan lemuru, tongkol, salem, dan layang
per hari selama masa paceklik. Pengusaha tempat pen¬dinginan tak berhenti mengekspor lemuru keias satu ke Jepang dan Thailand. “Kalau pada saat musim panen Juni-Nopember, kami bisa mengekspor ikan lemuru hingga tujuh kontainer (isi per kontainer 24 ton),” ungkap Sis¬wanto.
Hasan (43), mengaku sudah berhenti melaut sejak Desember 2013 hingga Januari 2014. Dalam sepekan pertama awal Pebruari 2014, dia terpaksa melaut di pe¬rairan Selat Bali meski cuaca belum normal. Sebab, Ha¬san membutukan biaya untuk kebutuhan rumah tangga. Namun, dari tujuh hari melaut, Hasan baru mendapat satu kali tangkapan, itu pun hanya 1 kuintal. “Biasanya saya bisa dapat 1 ton,” katanya.
Satu kuintal lemuru berharga Rp 2.600 per kilogram. Padahal biaya solar Rp 200 ribu per hari. Penghasilan bersih yang bisa dibawa pulang Hasan hanya Rp 60 ribu. Jumlah itu tidak bisa menutupi biaya operasional untuk enam hari berikutnya.
Nelayan lainnya, Nur Ali, mengatakan baru melaut dua kali dalam sepekan ini. Hasil yang didapatkannya hanya 1 kuintal lemuru seharga Rp 4.500 per kilogram. Uang yang diperolehnya hanya Rp 450 ribu. Jumlah itu tak sebanding dengan biaya beli solar Rp 600 ribu. “Saya tekor Rp 150 ribu,” kata dia.
Terbesar
Meski Muncar dapat disebut sebagai pasar perikanan tertua di Jawa Timur, pola produksinya masih sama de¬ngan pelabuhan perikanan lainnya. Hampir tidak ada modernisasi cara tangkap. Jalur lintas selatan Jawa (JLS) yang sebentar lagi direalisasikan dan diyakini bakal memecahkan problem isolasi wilayah selatan Jawa, termasuk Muncar, mudah-mudahan bisa mendorong modernisasi produksi itu.
Ikan yang ada di wilayah Muncar merupakan kualitas ekspor yang diminati beberapa negara. Ini membuat peluang ekspor produk maritim cukup terbuka dan menjadi ladang usaha yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan.
Setiap hari ikan yang dibongkar di Muncar minimal 500 ton dan sekitar 90 persen di antaranya dipasok ke indus- tri pengolahan ikan setempat. Data Sekretariat Kabinet RI menunjukkan, Muncar merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur dengan produksi ikan tahun 2010 sebesar 27.748 ton. Produksi ikan olahan diekspor ke Eropa, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan Kanada sebanyak 1.562.249,72 kg per bulan dengan nilai ekonomi sebesar hampir Rp 20 miliar.
Juru bicara Asosiasi Pengusaha Cold Storage Muncar, Wahyu Widodo mengatakan, tempat pendinginan di Muncar rata-rata mempekerjakan 70 laki-laki dan perempuan. Ini membuat warga Muncar jarang yang menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Pengusaha cold storage di Muncar siap untuk bersaing secara produk di luar negeri.
Pada Pebruari lalu, setelah mendapat sinyal positif pemerintah daerah untuk membantu kepenguru- san izin ekspor-impor pengusaha cold sotrage asal Muncar, banyak pengusaha lokal yang mengurus izin ekspor. Ini ditujukan agar peluang pengusaha mema- sarkan ikannya secara langsung ke luar negeri bisa terwujud. Ekspor juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Muncar.
Menurut data, di Banyuwangi baru ada sembilan pengusaha yang mengantongi lisensi ekspor dan im- por. Sedangkan di Muncar ada puluhan pengusaha cold storage, (jal)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: majalah POTENSI, Edisi 44 / Agustus 2014, halaman 11-13
Komentar Terbaru