Pesona Baju Adat Pengantin Indonesia: Sumenep, Madura, Jawa Timur
Kiblat tradisi budaya Madura kuno sejatinya terletak di Sumenep. Hal ini terlihat dari jejak sejarah berupa prasasti yang terletak di…
Kiblat tradisi budaya Madura kuno sejatinya terletak di Sumenep. Hal ini terlihat dari jejak sejarah berupa prasasti yang terletak di pintu Agung Keraton Sumenep dalam bahasa Arab dan Madura kuno yaitu brahmono hasmoro hung putri hayu yang maknanya adalah brahmono (6), hasmoro (8), hung (9), putri (1), dan hayu (1). Simbol ini menjelaskan keberadaan pemerintahan Sumenep telah ada sejak 1 Januari 986 Masehi.
Dari Sumenep, tradisi kemudian berkembang ke seluruh pelosok Madura, mulai dari Pamekasan, Sampang, hingga Bangkalan. Kebudayaan Madura merupakan hasil pembauran budaya Jawa (Sumenep berada di bawah pemerintahan raja-raja di tanah Jawa) yang berkembang seiring masuknya budaya Arab, Cina. Dan Eropa. Pembauran ini dapat dilihat jelas dari prosesi pemikahan, hanya istilahnya saja yang berbeda.
Saat pesta pemikahan diselenggarakan, mempelai pria dan wanita mengenakan busana yang hampir sama, dari kepala sampai rapek (bawahan/sarung). Perbedaannya, pengantin pria menggunakan celana panjang berbahan beludru, sedangkan pengantin wanita memakai kain panjang. Aksesori pengantin pria dan wanita sama-sama menggunakan cunduk mentul, jungkat, pidi, jamang, bunga karmelok, kalung kace, bhuntal belakang, dan selop.
Model: Arief Rachman A. – Syahriani Aisyah
Sumber: Tri Suswati Karnavian, dkk. Pesona baju adat pengantin Indonesia. Jakarta: Dewan Kerajinan Nasional Indonesia, [2020], halaman indeks 31. [392.540 959 8 TRI p]