Berinovasi Kerajinan Bambu
Ketika awal berdiri tahun 1991, produk kerajinan UD Bambu Indah di Desa Wonoanti, Kec Gandusari, Kab Trenggalek, masih sebatas capil,…
Ketika awal berdiri tahun 1991, produk kerajinan UD Bambu Indah di Desa Wonoanti, Kec Gandusari, Kab Trenggalek, masih sebatas capil, besek dan cikrak. Namun kini produknya bervariasi, mulai dari suvenir pengantin, tempat tisu, keranjang buah, vas bunga, asbak, sketsel, keranjang parsel, tempat hantaran, aneka mebel, hingga rumah bambu dan gazebo.
AK HANYA itu, pasarnya pun sudah merambah mancanegara, seperti Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Brunei
Mr Darussalam dan Korea Selatan. Sedangkan untuk pasar lokal, juga relatif bagus, seperti Surabaya, Kediri, Malang, hingga jateng, Bali, hingga ke Kalimantan.
Ny Bibit Andayani (48), pengelola Bambu Indah Craft, menyatakan, usaha yang digelutinya itu melibatkan 50 KK. Perajin boleh melakukan pekerjaannya di rumah masing-masing. Bahkan ada perajin dari luar Desa Wonoanti. “Kami harus bisa menciptakan desain-desain baru yang bisa diterima masyarakat,” kata Bibit, soal rahasia kunci sukses usahanya. Inovasi yang dilakukan antara lain desain kursi bambu, kursi teras, sketsel, tempat hantaran peralatan manten, tempat buah, tudung saji. “Terkadang desain- nya hampir sama, tapi ukurannya yang berbeda,” ujarnya. Desain anyaman dilakukan sendiri, sedang suaminya, Sukatno, yang mendesain bentuknya.
Mengenai kendala usaha, Ny Bibit mengatakan, pada waktu musim kemarau seperti sekarang ini, relatif tidak ada. Kalau musim hujan kendalanya jamur. Guna mengatasi jamiur, pada musim panas harus punya stok banyak. “Kalau panen bambu waktu kemarau, pokok kering, ya nggak kena jamur,” ujarnya.
Meski produknya sudah merambah ekspor, Ny Bibit masih turun tangan sebagai perajin. “Sebagai usaha kecil, kami ya perajin ya memasarkan, alias kerja serabutan,” ujarnya. Tak Cuma itu, kesibukan Ny Bibit kini bertambah, tak jarang dia diminta menjadi instruktur pelatihan kerajinan bambu.
“Beberapa waktu lalu di Mojokerto ada pelatihan dari Kelompok Peka (Perempuan Kepala Keluarga), diikuti oleh 35 orang. Saya yang menjadi instrukturnya,” kata Ny Bibit. Ada pula yang datang ke rumahnya, untuk mengikuti pelatihan, juga dari Mojokerto.
Peranan Pemkab Trenggalek, sangat mendukung usahanya, dengan alasan bisa menekan pengangguran. Upaya konkret Pemkab Trenggalek, antara lain dibantu alat-alat kerajinan, mulai sabit hingga gergaji. “Kalau dikasih uang pasti habis,” ujarnya.
Kalau sabit, gergaji, perajin bisa menggunakan dan bisa menghasilkan uang. Bantuan Dinas Pendidikan dengan mengadakan desa vokasi, memberikan keterampilan kepada keluarga prasejahtera. Terkait lesunya ekonomi dunia, Ny Bibit mengatakan, “Alhamdulillah, pemasaran masih bagus.”
Belum lama ini ada permintaan ekspor ke Swedia, masih dalam tahap kirim contoh. Desain dari pendampingan dari pihak Departemen Perdagangan. “Contoh sudah dibawa ke sana, tinggal menunggu hasilnya dari buyer Swedia,” kata Ny Bibit. (dar)
Sumber : Dinukil dari Majalah Wanita Puspa , Edisi 93, Oktober 2018 hal. 38