Kuliner Tiga Rasa dalam Satu Menu (Tahu Tepo) Khas Kab. Ngawi
Aromanya menggugah selera. Rasanya pedas, manis dan sedikit asam. Selain dijual di warung, kuliner ini beberapa kali muncul di acara…
Aromanya menggugah selera. Rasanya pedas, manis dan sedikit asam. Selain dijual di warung, kuliner ini beberapa kali muncul di acara pernikahan sampai pemerintahan. Khalayak menyebutnya tahu tepo, kuliner sederhana khas Kab. Ngawi yang kian melegenda dari masa ke masa.
SATU di antara deretan penjual tahu tepo di wilayah Kab. Ngawi yang cukup dikenal adalah Warung Mbah Nem, lokasinya berada di deretan Jl. Dr Soetomo. Pemilik warung itu bernama Suminem. Namun, dengan berjalannya waktu usaha kuliner ini sekarang dilanjutkan Sunarno, anaknya. Di tengah para pecinta kuliner yang siap menyantap hasil masakannya, Sunarno dengan cekatan meracik beberapa bahan yang ada di sekelilingnya. Ada lontong, tahu, telur, bawang goreng, kecambah, kacang tanah, gula merah, kecap manis, dedaunan dan lain-lain.
Bumbu dan bahan yang diperlukan satu persatu dimasukkan ke dalam cobek lantas diuleg hingga halus. Lantas ia mengiris lontong dan tahu serta menaburi kecambah dan potongan telur dadar di atasnya. Selanjutnya, bumbu yang sudah diuleg disiramkan perlahan. Ditambah kuah gula merah, dedauan dan bawang goreng.
Sunarno menyampaikan, nama tepo berasal dari Bahasa Jawa yang artinya kerucut. Kerucut merujuk pada bentuk lontongnya. Lontong yang dipakai beda, teksturnya lebih halus. Soal kuah, kata dia, dibuat dari beberapa bahan, yaitu bawang putih, gula merah, garam, lengkuas, laos dan daun salam. “Rasanya pedas dan manis, sedikit asam juga,” tuturnya.
Sebelumnya Sunarno hanya berjualan mulai pukul 17.00 WIB hingga 21.00 WIB. Tapi, mulai 1. September 2018 warungnya buka sejak pukul 10.00 WIB. “Itu menjadi merah, cocok bagi yang program diet,” kata Rosli dengan senyum, salah satu pelanggan.
Dalam perkembangannya, tahu tepo masakan Sunarno itu di wilayahnya juga beberapa kali hadir dalam acara keluarga serta pemerintahan. Tak jarang dia mendapat pesanan untuk acara rapat dan pernikahan. Selain itu, tahu tepo olahannya juga sering dibawa ke Jakarta dan Bandung. Kelebihannya, kuahnya kuat sampai satu hari untuk dimakan.
Soal harga, para penikmat kuliner tak perlu khawatir. Harganya relatif ramah di kantong. Untuk bisa mencicipi tahu tepo di Warung Mbah Nem, pelanggan perlu membayar Rp 12 ribu saja. Warung ini juga aktif dalam beberapa agenda kuliner yang digelar di Ngawi, pemiliknya bermitra dengan Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Tenaga Kerja.
Selain itu, dari masa ke masa, sejak era 80-an muncul hingga era kini, menu satu ini memang menjadi salah satu pemikat bagi para warga Ngawi yang beraktivitas di luar kota untuk kembali. Ajeng, misalnya, perempuan berkacamata yang kini tinggal di luar Ngawi itu mengaku selalu rindu menyantap tahu tepo saat pulang. Bahkan, dia sampai membuat resep ala dia sendiri. (fan, dsb)
Sumber : Dinukil dari Majalah Wanita Puspa , Edisi 93, Oktober 2018 hal. 42