Saturday, December 7, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Kuda Cipta Wilaha Ikon Baru BJBR, Kota Probolinggo

Bee Jay Bakau Resort (BJBR) punya cara unik mengoptimalkan hutan bakau. Selain melestarikannya menjadi hutan mangrove, BJBR juga menyulapnya menjadi…

By Pusaka Jawatimuran , in Probolinggo [Kota] Th. 2018 Wisata Alam Wisata Edukasi , at 21/11/2018 Tag: , , , , , ,

Bee Jay Bakau Resort (BJBR) punya cara unik mengoptimalkan hutan bakau. Selain melestarikannya menjadi hutan mangrove, BJBR juga menyulapnya menjadi objek wisata yang indah dan memukau. Bahkan, satu dari beberapa ikonnya masuk dalam deretan rekor Muri.

HAMPARAN hijau hutan bakau mangrove, pantai utara Kota Probolinggo mampu memikat siapa saja yang datang. Terbukti, hari demi hari para wisatawan datang silih berganti. Keelokannya tak pernah menyurutkan mata memandang dan menghibur pe­ngunjung, yang sengaja mencicipi beragam ikon yang ditawarkan.

Jalan setapak di atas air yang terbuat dari kayu menyambut. Angin yang berhembus di balik tumbuhan bakau seakan memberi ucapan selamat da­tang. Setelah beberapa meter kaki melangkah, pe­ngunjung akan bertemu dengan logo besar bertuliskan ‘I Love BJBR’. Hurufnya warna warni. Bahkan menyala di kala malam.

BJBR memang bukan hutan mangrove biasa. Namun, itu adalah hutan mangrove dengan segala keindahan yang ada. Di sana bukan hanya tempatnya yang indah, tapi beberapa spot lokasi juga berhasil didesain apik. Sehingga memiliki nilai plus bagi masyarakat yang gemar traveling.

Dulu, sebelum menjadi BJBR, kawasan hutan bakau mangrove ini dikenal kumuh. Namun, tangan-tangan kreatif berhasil menyulap­nya menjadi objek wisata yang indah dan memukau. Walhasil, hutan ba mangrove di tahun 2013 ternobat sebagi wisata. Dan hingga kini, alamnya pun makin dekat dengan kata lestari.

Untuk sampai di kawasan wisata ini, para pengunjung harus masuk ke pelabuhan Mayangan Kelurahan Mangunharjo, Kec. Mayangan dengan tiket masuk Rp 3 ribu. Setelah itu, untuk menikmati beberapa ikon, pengunjung harus membayar tiket Rp 15 ribu untuk weekday dan Rp 30 ribu untuk weekend. Ada banyak ikon menarik yang bisa menjadi spot foto para wisatawan. Seusai bertemu dengan logo besar BJBR, wisawatan akan bertemu dengan lorong payung warna warni, piramida botol, permainan Majengan Bakau Beach, bahkan gembok cinta. Baru- baru ini, BJBR meresmikan ikon baru yakni Kuda Cipta Wilaha.

Patung Kuda Cipta Wilaha itu berbentuk raksasa. Badannya tegap berdiri di hamparan hutan bakau man­grove. Di Probolinggo, patung itu dikenal dengan nama demikian. Bahkan, keberadaannya telah menuai prestasi. Patung Kuda Cipta Wilaha mendapat rekor Muri tertinggi nomor 2 di dunia setelah Turki.

Jika dipandang dari kejauhan, patung ini terlihat sangat menakjubkan. Tak sedikit dari pengunjung yang terpukau dan ingin melihatnya dari dekat. Patung kuda raksasa ini memang sengaja dirancang untuk menjadi ikon baru wisata BJBR. Patung ini memiliki tinggi 11,5 meter dengan panjang 12 meter.

Rangka patung kuda raksasa ini dirancang dari besi dengan lapisan kulitnya dari limbah kelapa sehingga telihat lebih kokoh dan kuat. Di da- lamnya, terdapat dua lantai dengan kapasitas mencapai 400 orang yang bisa menjadi spot foto wisatawan. Yaitu di dalam perut dan di atas punggung. Kelebihannya pengunjung mampu melihat pemandangan lepas. Juda Mangitung, Direksi BJBR Kota Probolinggo menuturkan, Kuda Cipta Wilaha ini pertama diciptakan Benjamin Mangitung. Kisah dia, itu waktu dirinya melancong ke Turki. “Di sana mendapat ide untuk membuat patung kuda raksasa. Ya, akhirnya direalisasikan di BJBR Probolinggo ini. Ternyata pengunjung suka,” tuturnya.

Menurut dia, keberadaan ikon pa­tung Kuda Cipta Wilaha diharapkan menjadi simbol kekuatan yang tiada tanding. Artinya, itu menjadi salah satu lambang agar objek wisata di Probolinggo tetap kuat dan memikat.

Di sisi lain, dia juga menghubungkan ikon itu dengan kisah gagahnya kuda Abimanyu, anak Arjuna. Nah, untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi patung kuda rak­sasa itu, perlu membayar tiket tambahan Rp 10 ribu. “Saya tadi masuk dan naik di punggungnya. Paling seru ya pas di atas, saya bisa melihat pemandangan laut dan pepohonan sekitar yang luar biasa indah. Nggak rugi pokoknya,” ungkap Wulan, salah satu wisatawan. (ndi, dbs)

Sumber :    Dinukil dari Majalah Derap Desa, Edisi 132, Oktober 2018 [42-43]