Minuman Herbal Pembawa Berkah Jl. Blimbing Kab.Banyuwangi
Sirup temulawak dan jahe merah adalah di antara produk herbal hasil olahan Lulus Asta Dewi (52). Ya, akibat musibah yang…
Sirup temulawak dan jahe merah adalah di antara produk herbal hasil olahan Lulus Asta Dewi (52). Ya, akibat musibah yang dialami beberapa waktu silam, namun justru membawa berkah baginya.
YA, LULUS yang warga Perum Kalirejo Permai, Jl Blimbing J 18, Kec Kabat, Kab Banyuwangi, awalnya membuat minuman temulawak untuk anaknya yang kala itu menderita sakit liver. Jamu herbal tadi diyakini mampu menyembuhkan penyakit anaknya.
Tak disangka kenikmatan rasa temulawak buatannya, banyak diminati teman-temannya. Setelah anaknya sembuh, Lulus tetap membuat minuman herbal, untuk memenuhi permintaan teman-temannya.
Bukan itu saja, sejak tahun 2013 dia mulai membuat sirup temulawak, sirup jahe merah, minum-minuman temulawak, jahe merah, kunyit asem, beras kencur dengan merk Al-Machfiroh. Pemasarannya pun merambah NTB, Jakarta, dan Sidoarjo.
Pada tahap awal usahanya, proses pembuatan-sirup temulawak dilakukan sendiri. Mulai dari pengupasan, pembersihan, pemarutan, pemerasan, dan pengambilan sari- sari jahe merah dan temulawak. “Saya bersyukur, sekarang sudah ada dua orang yang setia membantu saya,” kata Lulus.
Suaminya, Mochamad Rofiq pensiunan Dinas Pariwisata Banyuwangi, juga ikut membantu pemasaran produk. Mengenai kendala usahanya, dia mengatakan, karena bahan cair ongkos pengiriman keluar kota agak mahal. “Kasihan pembeli. Kan biayanya harus dibebankan kepada mereka,” ujarnya.
Satu botol sirup temulawak atau jahe merah bisa untuk 20 gelas, harganya Rp 30 ribu. Tanpa bahan pengawet, selain gula asli, dapat tahan satu tahun. “Karena gula asli itu termasuk pengawet,” ujarnya.
Untuk mengetahui seberapa lama daya tahan sirupnya, iseng-iseng dia menyimpan contoh sirup. Ternyata tahan sampai 5 tahun, tanpa mengurangi kualitas dan rasa sirup. “Saya ingin tahu sampai seberapa lama sirup tahan dan Ia bersyukur sirup temulawak dan jahe merah bisa diterima masyarakat, sampai kewalahan dalam pengupasannya. Pengupasan jahe butuh waktu lama, padahal maunya produksi bisa berjalan cepat. “Ke depan kami ingin beli mesin kupas,” ujarnya. (eru)
Sumber : Dinukil Dari Majalah Derap Desa, Edisi 131 September 2018 hal. 35