DESA SUKOSEWU KEC. GANDUSARI KAB. BLITAR JEJAK KEJAYAAN MAJAPAHIT
KERAJAAN Majapahit yang nyaris menguasai sepertiga dunia ternyata meninggalkan warisan jejak kejayaannya di Desa Sukosewu Kec. Gandusari Kab. Blitar. Bongkahan…
KERAJAAN Majapahit yang nyaris menguasai sepertiga dunia ternyata meninggalkan warisan jejak kejayaannya di Desa Sukosewu Kec. Gandusari Kab. Blitar. Bongkahan batu andesit yang membentuk altar terlihat dari luar pagar yang bertuliskan ‘Candi Kotes’. Di belakangnya terdapat bangunan utama, dan terdapat beberapa umpak yang biasanya berfungsi menopang atap candi.
Meski tak semasyhur Candi Penataran, namun Candi Kotes adalah salah satu bukti kejayaan Kerajaan Majapahit. Usianya pun 8 tahun lebih tua dari Candi Penataran. Keberadaan bangunan suci Candi Kotes juga mencatat dan memberi bukti sejarah bahwa Sukosewu merupakan wilayah penting di masa pemerintahan raja pertama Majapahit.
Candi Kotes di kiri jalan dari arah utara (Jalan Sumberagung-Gandusari). Warisan budaya tersebut dirawat dan dijaga masyarakat setempat. Sehingga pengunjung yang ke sana bisa menikmati dengan mudah warisan leluhur dalam keadaan bersih dan indah.
“Secara administratif Candi Kotes berada di wilayah Sukosewu. Mendapat warisan budaya membuat kami bersyukur. Jika leluhur kami bisa menguasai hampir sepertiga dunia, maka generasinya pasti bisa lebih. Tinggal konsisten memperbaiki diri dan terus berinovasi. Kami bisa memberi warisan kepada generasi yang akan datang,”. kata Kades Mardi Basuki.
Konon pada zaman dulu di daerah sekitar candi terdapat sebuah kolam yang berisi banyak ikan gabus. Anak ikan gabus itu biasa disebut kotesan, maka itu menjadi latar
Candi Kotes terdiri dari dua bangunan yaitu bangunan candi I dan bangunan candi II. Pada bangunan I berupa sebuah batur yang berukuran panjang 3,5 meter, lebar 2,4 meter, dan tinggi 1,4 meter. Di atas batur terdapat tiga bangunan kecil yang berjajar utara-selatan.
Bangunan sisi utara dan tengah berupa altar, sedangkan bangunan sisi selatan berupa candi kecil (miniatur candi) yang mirip dengan bangunan candi Jawa Timur yang ramping dan tinggi. Pada bangunan sisi utara bangunan batur (tengah) terdapat pahatan angka tahun Jawa Kuna 1223 Saka atau 1301 Masehi.
Bangunan candi I menghadap ke barat, pipi tangga bermotif ukel dengan 6 buah undakan/ tangga naik. Bangunan candi I tidak terdapat hiasan (polos). Hanya pada bagian atas pintu masuk dan relung-relungnya terdapat hiasan atau pahatan Kala (Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur, 1999/2000: 3-4).
Bangunan candi II berdenah persegi panjang dengan ukuran panjang 7,4 meter, lebar 5,3 meter, dan tinggi 1 meter. Bangunan II terletak di timur (belakang) bangunan I. Pada bagian pipi tangga terdapat pahatan angka Jawa Kuna 1222 Saka atau 1300 Masehi. Diatas bangunan candi II terdapat sejumlah umpak batu bekas penyangga tiang.
Selain itu di belakang bangunan II terdapat tinggalan lainnya yang ditata memanjang dari utara ke selatan. Benda tersebut di antaranya yoni yang ceratnya sudah hilang, bongkahan batu candi, umpak, dan sebagainya. Batu-batu candi yang tidak terpasang ditata di belakang candi utama bersama potongan area, umpak-umpak dan yoni. Keberadaan yoni inilah yang menandakan bahwa Candi Kotes bernafaskan agama Hindu, (rni)
Sumber : Dinukil Dari Majalah Derap Desa, Edisi 131 September 2018 hal. 8