Friday, December 8, 2023
Semua Tentang Jawa Timur


Hadapi Masa Paceklik dan Miniatur Kapal, Dusun Krajan Desa Pasinan Kec. Lekok Pasuruan

PADA musim panen, nelayan Pasuruan menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung menghadapi musim pa­ceklik dan cuaca buruk, seperti pada bulan Januari…

By Pusaka Jawatimuran , in Kerajinan miniatur kapal Nelayan Pasuruan Seni Budaya Th. 2018 , at 28/08/2018 Tag: , , , , , ,

PADA musim panen, nelayan Pasuruan menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung menghadapi musim pa­ceklik dan cuaca buruk, seperti pada bulan Januari 2018 lalu. Pada saat itu gelombang laut tingginya berkisar 2 sampai 4 meter, sebagaimana catatan BMKG.

Menurut Nur Iksan (60), salah seorang nelayan warga Dusun Rebalas, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, meski gelombang laut tinggi, ia dan nelayan lain masih tetap melaut. “Ya mau bagaimana lagi namanya kebutuhan sehari- hari, ya jadi tetap saja melaut,” kata Nur Iksan.

Berbeda dengan musim kemarau, cuaca buruk membuat nelayan merugi. Hasil tangkapan ikan yang biasanya mencapai 25 keranjang jika cuaca normal, dalam cuaca buruk cuma 10 keranjang. Hasil tangkapan itu di antaranya udang, ikan teri, dan cumi- cumi.

Lain halnya Wahidi (55), warga Dusun Krajan, Desa Pasinan, Kecamatan Lekok. Pada cuaca buruk, dia lebih memilih membuat miniatur kapal dari bambu, untuk dijual. “Sejak muda saya senang membuat miniatur kapal. Saat tidak melaut saya pasti buat kapal mengisi waktu luang,” kata Wahidi.

Lambat-laun, hasil karya ayah tiga anak ini mulai diminati warga. Keahliannya membuat miniatur kapal menyebar dari mulut ke mulut. Beberapa orang datang ke rumahnya meminta dibuatkan miniatur kapal. “Saya bisa membuat beberapa jenis (miniatur) perahu dan kapal. Namun hampir semua orang minta kapal phinisi,” ujarnya,

Proses pembuatan miniatur kapal phinisi jauh lebih rumit dari jenis kapal lainnya. Waktu penyelesaiannya juga lebih lama. “Satu (miniatur) kapal phinisi butuh sekitar empat meter bambu,” kata dia. Bambu-bambu tersebut dipotong tipis lalu dihaluskan sesuai ukuran. Potongan bam­bu dibentuk pipih kemudian dirangkai dengan lem pada kerangka kapal.

Untuk mempercantik miniatur, dia memanfaatkan aneka jenis kerang dan batu-batu kecil pantai sebagai hiasan. Setelah rampung, miniatur kapal dicat plitur. Salah seorang pembeli, Abdullah, mengatakan miniatur karya Wahidi sangat halus dan rapi. Selain itu, harganya juga terjangkau. (ins, eru)

Sumber :    Dinukil Dari Majalah Derap Desa, Edisi 130, Agustus 2018 [41]

%d blogger menyukai ini: