Museum Huruf (Font Museum): Jember Punya Destinasi Wisata Literasi dan Sejarah Baru
Penulis: Prita Hw -September 5, 2017 Museum Huruf lahir atas dasar persamaan mimpi, kegelisahan, keinginan, dan asa ingin memberikan setitik sumbangsih….
Penulis: Prita Hw
-September 5, 2017
Museum Huruf lahir atas dasar persamaan mimpi, kegelisahan, keinginan, dan asa ingin memberikan setitik sumbangsih. Juga kebanggaan bagi tempat dimana kami lahir dan tumbuh. Kami sebagai pemuda Jember mencoba untuk memberikan ruang media dialektika bagi generasi penerus bangsa dalam bentuk museum… – Ade Sidiq Permana
Sepenggal pembuka yang terkesan heroik dan menyimpan semangat luar biasa itu bisa dibaca pada lembar undangan pembukaan (grand opening) Museum Huruf (Font Museum) yang terintegrasi dengan Perpustakaan yang dibuka untuk publik. Pembukaan itu diadakan tepat sehari sebelum malam takbir Idul Adha 1438 H bergema, yaitu pada Rabu, 30 Agustus 2017.
Museum Huruf dan perpustakaan ini sendiri berada tepat di kawasan Semanggi, Jl. Bengawan Solo 27 Jember. Tak hanya museum dan perpustakaan saja, di tempat ini juga terdapat cafe, studio tattoo, souvenir shop Buncis Room, juga homebase sebuah creative advertising bernama MIxmedia yang dimotori oleh Erik, yang juga si empunya tempat.
Lengkaplah sudah tempat ini menjadi ruang publik yang bisa dikunjungi kapan saja. Jika arek lokal ingin menikmati suasana yang nyaman senyaman di rumah sendiri dengan teras yang asri, tempat ini bisa menjadi pilihan.
Terlebih, Museum Huruf dan Perpustakaannya bisa jadi rujukan baru untuk tempat mengenal sejarah bermulanya aksara yang saat ini diakumulasi dan dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis untuk pengentar percakapan kita sehari-hari. Meski ukurannya tidak bisa dikatakan besar, sebuah ruang display utama yang kira-kira berukuran 3 x 5 cm itu cukup padat memuat berbagai koleksi museum.
Berbagai koleksi Museum Huruf yang bisa dinikmati itu terdiri dari koleksi pra aksara, koleksi aksara tertua di Indonesia, koleksi aksara nusantara (Jawa, Bugis, dan lain-lain), koleksi braille, dan koleksi aksara dunia (Jepang, Korea, India, dan lain-lain).
Koleksi-koleksi yang sebagian besar dibuat sendiri serta mendapatkan donasi itu nantinya tidak akan stagnan loh arek lokal, tapi akan terus berkembang. Bahkan, publik juga bisa mendonasikan aksara yang dimilikinya dalam bentuk media cetak, atau yang lainnya.
“Museum ini telah resmi terdaftar di Asosiasi Museum Daerah Jawa Timur dan Direktori Museum Seluruh Indonesia. Kami juga sudah mengirimkan perwakilan untuk pertemuan nasional di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Teman-teman relawan juga dilatih untuk memiliki kemampuan guiding dengan baik.”, begitu ungkap Ade Sidiq Permana, inisiator gagasan pendirian museum yang sekaligus bertindak sebagai Direktur Museum.
Ade meyakini bahwa hidupnya selalu bertalian dengan museum. Laki-laki yang sehari-harinya juga berjibaku dengan permuseuman di Probolinggo ini merasa belum memberikan sesuatu yang berarti untuk kota asalnya sendiri, Jember tercinta. Karena itu, ia berharap, ada museum dan perpustakaan ini menjadi ikon baru sekaligus semangat untuk melestarikan budaya literasi, khususnya aksara, serta membuka wawasan mengenai sejarah, dan perkembangan aksara dan budaya.
Niat tulusnya itu didukung penuh oleh Erik, sahabat sekaligus pemilik tempat yang merasa memiliki visi sama dengan Ade. Meski baginya bukan soal Jembernya yang utama, tapi soal memberikan suatu alternatif ruang publik yang bisa dimaksimalkan untuk kegiatan positif secara komunal.
Ke depan, Museum Huruf dan Perpustakaan ini akan diusahakan untuk dinaungi dalam suatu yayasan yang direncanakan bernama Institut Museum dan Cagar Budaya Nusantara yang sedang dirintis badan hukumnya. Maka dari itu, malam itu juga dibuka public fundraising bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi. Juga akan dikembangkan museum shop yang juga akan menjadi sumber pemasukan lainnya.
Malam itu hadir pula perwakilan Bupati Hj. Faida (Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jember), Ibu Desak (Kepala Museum dan Perpustakaan Tembakau Kabupaten Jember), juga Bapak Haryanto (Direktur Kopi Kahyangan PDP Kabupaten Jember). Semua mengatakan rasa bangga dan kesiapannya untuk bersinergi bersama untuk mendukung keberadaan Museum Huruf dan Perpustakaan ini.
Pun dengan berbagai komunitas kreatif Jember yang juga menambah semarak malam pembukaan yang dilanjutkan dengan tur keliling museum dan dipandu relawan guide. Berbagai komunitas kreatif seperti Kampoeng Batja, Berbagi Happy, Blogger Jember Sueger, Youtuber Jember, Genbi, Komunitas Perupa Jember, Pena Hitam, dan sebagainya menyambut Museum Huruf dan Perpustakaan ini dengan semangat.
Buat arek lokal yang belum sempat berkunjung di malam pembukaan, tenang saja. Masih ada beberapa agenda menarik dalam waktu dekat yang bisa dipilih. Setelah sukses dengan workshopcetak saring dan sosialisasi program Museum Huruf dan Perpustakaan pada 2 September kemarin, pada 8 September pukul 19.00 juga akan ada launching koleksi aksara Sunda dan Seminar Sejarah Aksara Sunda. Dilanjutkan pada 9 Septembernya di waktu yang sama, akan diadakan apresiasi seni dan workshop penulisan aksara Sunda.
Jangan sampai ketinggalan ya rek! Catat juga jam buka dan official account nya :
Jam buka museum : 09.00 – 15.00
Sumber: https://lokalkarya.com/museum-huruf-jember.html