Batik Mojokerto
Mojokerto merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur yang terletak 50 km arah barat daya dari Surabaya. Mojokerto merupakan…
Mojokerto merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur yang terletak 50 km arah barat daya dari Surabaya. Mojokerto merupakan kota yang istimewa dalam sejarah Indonesia karena kota ini dulunya merupakan ibukota dari Kerajaan Majapahit, yang merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia. Kerajaan Majapahit meninggalkan banyak peninggalan bersejarah, salah satunya adalah seni membatik. Batik Mojokerto adalah batik khas dari Kota Mojokerto yang memiliki keunikan yaitu memiliki motif yang digali dari tradisi kebudayaan Kerajaan Majapahit, mengadaptasi elemen-elemen yang ada dalam Kerajaan Majapahit diantaranya adalah Surya Majapahit, bunga Teratai, buah Maja, dan masih banyak lagi. Selain itu, motif dari batik ini mengambil tema dari kehidupan sekitar Kota Mojokerto. Sangat disayangkan keberadaan batik Mojokerto kurang atau bahkan tidak diketahui oleh masyarakat sekitar baik yang berasal dari Kota Mojokerto maupun luar Kota Mojokerto. Hanya sebagian orang yang mengetahui keberadaan dari batik ini dan menyebarkannya dari mulut ke mulut.
Batik Mojokerto sempat dipamerkan di Australia pada tahun 2007 dan mulai berkembang dengan sederet nama motif yang unik dan khas seperti Mrico Bolong, Sisik Gringsing, Pring Sedapur, Surya Majapahit, dan masih banyak lagi. Batik ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai identitas atau ciri khas dari Kota Mojokerto Beberapa nama motif batik Mojokerto memiliki kesamaan nama motif dengan batik yang berasal dari daerah lain seperti motif Pring Sedapur ditemukan juga pada batik motif batik lain. Namun terdapat perbedaan antara motif Pring Sedapur dari daerah Mojokerto dengan motif Pring Sedapur daerah lain. Dari warna dasarnya, untuk motif Pring Sedapur Mojokerto menggunakan warna dasar putih dan dominasi warna cokelat pada motifnya sehingga memiliki kesan klasik sedangkan pada motif Pring Sedapur daerah lain memiliki warna dasar jingga dengan dominasi warna hitam pada motifnya. Selain itu, dalam setiap bentukan motif yang ada pada motif Pring Sedapur Mojokerto kaya akan ornamen dan sudah dimodifikasi untuk menghilangkan kesan kaku berbeda dengan motif Pring Sedapur Magetan yang masih menggambarkan bentukan motif menyerupai bentuk aslinya. Kini Pemerintah mulai memperhatikan keberadaan batik ini dan mulai mengenalkan batik ini kepada masyarakat sekitar melalui pengadaan pelajaran membatik dan pelatihan membatik untuk anak-anak dan ibu rumah tangga.
Batik Mojokerto merupakan salah satu batik Indonesia, yang konon terlahir di Majapahit, awalnya adalah batik keraton. Namun seiring runtuhnya kerajaan Hindu batik keraton Majapahit menyingkir dari wilayah pusat kerajaan terbesar di Nusantara ini. Mojokerto sendiri yang merupakan petilasan Majapahit, ditinggalkan oleh para nenek moyang mereka para empu batik.
Belakangan seni membatik mulai muncul lagi di Mojokerto yang dihidupkan oleh generasi baru. Dari literatur lama diperoleh catatan bahwa pada tahun 1920-an di daerah Mojowarno, ada seorang Nyonya berkebangsaan Belanda (tertulis sebagai Mevrouw Kats) yang membuka kursus batik cap di kalangan masyarakat setempat. Namun batik cap ini setelah ditelusuri hingga kini berkembangnya justru ke arah Jombang.
Munculnya kembali seni membatik di Mojokerto justru berangkat dari berkembangnya seni kerajinan (craft) di wilayah ini. Pembatik Mojokerto sendiri banyak yang tidak tahu apakah batik yang mereka kerjakan itu adalah asli digali dari Mojokerto atau justru motif-motif yang mereka kerjakan berdasarkan pesanan konsumen sejak bertahun-tahun yang lalu. Oleh karenanya sulit untuk mengetahui asal usul motif yang berkembang dan populer di situ. Masalah ini bukan hanya terjadi di Mojokerto saja, tetapi juga merupakan kendala yang dihadapi di daerah lain.
Namun demikian yang patut diapresiasi kalangan Batik Mojokerto saat ini sedang berkembang sederet nama motif batik seperti Gedheg Rubuh, Mrico Bolong, Gringsing, Surya Majapahit, Alas Majapahit, Lerek Kali, Bunga Matahari (kadang hanya disebut Matahari), Koro Kenteng, Rawan Inggek, Bunga Sepatu, Kawung Cemprot, dan Pring Sedapur.
Ciri Khas Batik Mojokerto Menurut Ernawati, salah satu pengrajin batik Mojokerto, motif batik Mojokerto mengambil corak atau motif dari alam sekitar kehidupan manusia yang mampu memberikan gambaran mengenai ciri daerah Mojokerto. Beberapa corak atau motif yang digunakan antara lain motif berbentuk bunga teratai yang merupakan lambang Kerajaan Majapahit, motif berbentuk Surya Majapahit yang merupakan logo atau lambang dari Kerajaan Majapahit, motif berbentuk buah maja yang merupakan buah khas Majapahit yang menjadi asal kata Majapahit sendiri, tempat duduk sembilan dewa pada saat bersemedi, tempat duduk dewa-dewi saat turun ke bumi, dan masih banyak lagi. Untuk ciri khas motifnya adalah motif Sisik Gringsing dan motif Mrico Bolong. Dalam satu motif batik Mojokerto, isen-isen yang biasa digunakan adalah cecek, sawutan, kembang pacar, kembang suruh, dan ukel.
Motif Batik Mojokerto
- Motif Mrico Bolong; Motif ini diberi nama Mrico Bolong karena memiliki latar berupa bulatan-bulatan kecil seperti merica yang tampak berlubang. Yang menjadi motif utama adalah burung dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu. Motif ini diberi warna sogan (dominan berwarna cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Sisik Gringsing; Motif ini diberi nama Sisik Gringsing karena memiliki latar berbentuk seperti sisik ikan. Yang menjadi motif utama adalah burung dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu. Motif ini memiliki kesamaan dengan motif Mrico Bolong dari segi motif utama dan motif pelengkapnya namun yang membedakan keduanya adalah latar dari kedua motif ini. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Pring Sedapur; Motif ini diberi nama Pring Sedapur yang diambil dari rumpun bambu yang menjadi motif utama sedangkan motif pelengkapnya adalah burung merak yang bertengger di rumpun bambu tersebut. Latar dalam motif ini dibuat dengan cara meremukkan malam yang digunakan untuk menutup latar kain sehingga warna lain bisa dimasukkan dan menimbulkan kesan retak-retak. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Rawan Inggek; Motif ini diberi nama Rawan Inggek karena memiliki latar berupa garis yang berkelok-kelok. Garis yang berkelok-kelok ini disebut rawan, yang berasal dari kata “rawa” yang mendapat imbuhan “an”. Yang menjadi motif utama adalah burung dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu dan surya majapahit.
- Motif Kawung Rambutan; Motif ini diberi nama Kawung Rambutan sesuai dengan latarnya, kawung cenderung berbentuk kotak dengan ujung yang agak membulat. Kawung tampak pada motif garis-garis berbentuk kotak yang terdapat bulatan dengan srungut-srungut. Dengan adanya srungut-srungut itu maka diberi nama Kawung Rambutan. Yang menjadi motif utama adalah rangkaian bunga beserta daun-daunnya sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu.
- Motif Teratai Surya Majapahit; Motif ini diberi nama Teratai Surya Majapahit karena menampilkan elemen-elemen yang merupakan lambang dari Kerajaan Majapahit yang didominasi oleh bunga teratai dan surya majapahit. Yang menjadi motif utamanya adalah ayam bekisar, bunga teratai, tempat duduk dewa-dewi serta surya majapahit sedangkan motif pelengkapnya adalah buah maja. Motif ini menggunakan isen-isen cecek pada latarnya.
- Motif Kembang Dilem; Motif ini diberi nama Kembang Dilem karena terinspirasi dari tanaman dilem, berupa daun dan tidak berbunga, yang digunakan untuk pewangi pada batik sedangkan kembang berasal dari bunga-bunga kecil yang tampak dari motif ini. Bunga-bunga kecil itu merupakan motif pelengkap dan motif utamanya adalah daun dilem.
- Motif Matahari; Motif ini diberi nama Matahari karena didominasi oleh motif berbentuk bunga matahari. Motif bunga matahari itu merupakan motif utama sedangkan kupukupu di sini menjadi motif pelengkap saja. Untuk latarnya berupa warna hitam polos tanpa adanya isenisen.
- Motif Merak Ngigel; Motif ini diberi nama Merak Ngigel karena motif utamanya adalah burung merak yang saling berhadaphadapan. Untuk motif pelengkapnya berupa kupukupu dan bunga-bunga. Latar dari motif ini didominasi oleh isen-isen kembang pacar dan cecek dengan warna biru.
- Motif Koro Renteng; Motif ini diberi nama Koro Renteng karena motif utamanya adalah buah koro yang ditunjukkan oleh bulatan-bulatan kecil bewarna cokelat yang di dalamnya terdapat isen-isen cecek sebanyak tiga cecek sedangkan renteng menunjuk pada daun yang di-renteng (disusun berjajar). Motif ini memiliki latar polos bewarna putih yang terlihat seperti didominasi oleh isen-isen sawutan yang terdapat pada tepian setiap bentukan motif.
- Motif Rantai Kapal Kandas; Motif ini diberi nama Rantai Kapal Kandas karena motif utamanya adalah rantai dan motif pelengkapnya berupa bagian-bagian kapal yang sudah hancur (kandas). Motif ini memiliki latar polos dengan warna putih tanpa adanya isen-isen.
- Motif Daun Talas; Motif ini diberi nama Daun Talas karena motif utamanya berupa daun talas. Daun talas sendiri merupakan daun dari tanaman umbi-umbian yang berdaun lebar yang sering dijumpai di Kota Mojokerto. Motif pelengkap dari motif ini adalah buah talas. Untuk latarnya menggunakan warna biru dengan isen-isen cecek.
- Motif Gerbang Mahkota Raja Motif ini diberi nama Gerbang Mahkota Raja karena terdapat bentukan gerbang dan mahkota raja yang menjadi motif utama sedangkan motif pelengkapnya adalah bunga teratai, buah maja, ayam bekisar, dan kupu-kupu. Gerbang disini merupakan pintu masuk ke Kerajaan Majapahit yang di dalamnya terdapat beragam budaya, mahkota raja sebagai tanda kebesaran yang dipakai oleh raja-raja Majapahit. Bentukan motif yang ada di dalam kain batik ini merupakan elemen-elemen dari Kerajaan Majapahit. Untuk latarnya didominasi oleh isen-isen kembang pacar dan cecek.
- Motif Surya Majapahit; Motif ini diberi nama Surya Majapahit karena motif utamanya berupa surya majapahit yang merupakan lambang dari Kerajaan Majapahit yang sering dijumpai pada candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit berbentuk cakra segi delapan ini merupakan gambaran dari 9 dewa yang dipuja oleh penduduk Majapahit. Untuk motif pelengkapnya berupa buah maja. Latar dari motif ini berwarna hitam polos tanpa adanya isen-isen.
- Motif Rawan Klasa; Motif ini diberi nama Rawan Klasa karena latarnya berbentuk menyerupai anyaman tikar (klasa). Yang menjadi motif utama adalah sepasang sawat yang menyerupai sayap burung garuda yang memberi kesan gagah sedangkan motif pelengkapnya berupa daun dan bunga-bunga kecil di sekitarnya. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Alas Majapahit; Motif ini diberi nama Alas Majapahit karena menggambarkan keadaan atau suasana hutan (alas) di mana di dalam hutan terdapat berbagai hewan dan tumbuhan. Yang menjadi motif utama adalah motif yang berbentuk hewan dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah buah maja, kupu-kupu kecil, dan bunga-bunga kecil. Motif ini memiliki latar dengan isen-isen cecek.
- Motif Bin Pecah; Motif ini diberi nama Bin Pecah karena memiliki latar dengan bentukan seperti ubin dalam keadaan pecah (berbentuk seperti segitiga). Yang menjadi motif utama adalah rangkaian daun kelapa, burung, dan bunga teratai sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Merak Gelatik; Motif ini diberi nama Merak Gelatik karena motif utama berbentuk burung gelatik yang kecil namun memiliki ekor panjang seperti burung merak. Motif pelengkapnya adalah bunga-bunga dan daun-daun. Latar motif ini berwarna putih polos tanpa adanya isen-isen. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Kembang Suruh; Motif ini diberi nama Kembang Suruh karena motif ini memiliki latar yang didominasi oleh isen-isen kembang suruh. Motif utamanya adalah bunga dan daun-daun sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Ukel Cambah; Motif ini diberi nama Ukel Cambah karena motif ini didominasi oleh latar dengan isen-isen ukel yang menyerupai bentuk kecambah. Motif ini hampir serupa dengan motif Kembang Suruh, hanya terdapat perbedaan pada isen-isen yang mendominasi latarnya. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
- Motif Sekar Jagad Mojokerto; Motif ini diberi nama Sekar Jagad Mojokerto karena motif utamanya berupa bunga teratai, buah maja, dan surya majapahit yang kesemuanya merupakan elemen dari Kota Mojokerto. Motif pelengkapnya adalah motif di luar dari elemen-elemen Kota Mojokerto yang sudah ada. Motif ini terkesan padat dan ramai seperti kondisi alam semesta (jagad raya).
- Motif Kembang Maja; Motif ini diberi nama Kembang Maja karena motif utamanya adalah kembang yang diwakili oleh bunga matahari (bunga yang tidak diberi warna) dan buah maja yang merupakan buah yang menjadi asal nama Majapahit.
Batik Mojokerto konon telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, namu seiring runtuhnya kerajaan ini, keberadaan batik Mojokerto mulai tersingkir keberadaannya. Belakangan seni membatik muncul dan berkembang lagi di Mojokerto yang diawali oleh generasi baru yang mewarisi tradisi turun temurun dari generasi sebelumnya.
Sebagai tradisi yang dimiliki oleh Mojokerto ini patut untuk dijaga kelestariannya sehingga kelak batik Mojokerto lebih dikenal oleh masyarakat luas. Hadirnya wacana baru untuk mengenalkan batik Mojokerto kepada masyarakat secara luas khususnya para pecinta batik. Diharapkan mampu menarik perhatian sasaran kawulamuda sehingga mereka mengenal dan ikut melestarikan batik Mojokerto.