Cak dan Ning Sapaan Akrab Arek Suroboyo
Cak dan Ning Masyarakat Kota pahlawan Surabaya, memiliki panggilan akrab untuk laki-laki adalah: Cak dan untuk perempuan Ning. Cak berasal…
Cak dan Ning
Masyarakat Kota pahlawan Surabaya, memiliki panggilan akrab untuk laki-laki adalah: Cak dan untuk perempuan Ning. Cak berasal dari kata CACAK. Sehingga, panggilan Cak itu sama dengan abang, mas atau kakak laki-laki dan Ning untuk perempuan muda, bisa sebagai panggilan untuk kakak atau adik. Panggilan atau sapaan Cak, umumnya melekat pada tokoh dan sesepuh Surabaya.
Sapaan untuk anak perempuan atau kaum ibu, memang popular dengan Ning. Di kalangan ibu-ibu yang berada di perkampungan lama Surabaya, misalnya: Maspati, Bubutan, Kawatan, Blauran, Kranggan, Peneleh dan daerah lainnya, sapaan Ning masih sering terdengar. Tetapi di permukiman baru, jarang sapaan Ning ini dipergunakan. Panggilan atau sapaan mbak lebih melekat untuk perempuan muda. Untuk menggali dan memasyarakatkan tradisi, sapaan Cak dan Ning kembali dibangkitkan. Agar sapaan Cak dan Ning itu melekat dan bergengsi, sejak tahun 1981, di Surabaya diselenggarakan pemilihan putera-puteri duta wisata dengan nama “Pemilihan Cak dan Ning Surabaya”.
Duta Wisata
Jawa timur yang terdiri dari 38 Kabupaten/ Kota sangat kaya dengan budaya, di setiap daerah di jawa Timur ada bahasa panggil memanggil atau sapa menyapa yang cukup beragam. Di wilayah Jawa Timur istilah sebutan duta wisata itupun bergam. Kemudian, untuk memilih wakil Jawa Timur, istilahnya Pemilihan “Raka dan Raki”. Beberapa panggilan yang dipergunakan dalam kontes pemilihan duta wisata remaja Kabupaten/ Kota se Jawa Timur:
- Kabupaten Bangkalan Kacong-Jebbing,
- Kabupaten Banyuwangi Jebeng Thulik,
- Kota Batu Kangmas-Nimas
- Gresik Cak dan YUK,
- Lamongan Yak Dan Yuk ,
- Bojonegoro Kange dan Yune,
- Tuban Cung dan Dhuk,
- Sidoarjo Guk dan Yuk,
- Kabupaten Mojokerto Gus dan Yuk,
- Kota Mojokerto Gus dan Yuk,
- Jombang Guk dan Yuk,
- Kota Kediri Panji Galuh,
- Kabupaten Kediri Inu Kirana,
- Kabupaten Trenggalek Kakang Mbakyu,
- Kabupaten Tulungagung Kakang Mbakyu,
- Kabupaten Nganjuk kangmas Mbakyu,
- Kabupaten Madiun Kakang Mbakyu,
- Kota Madiun Kakang Mbakyu,
- Kabupaten Ponorogo Kakang Senduk,
- Kabupaten Pacitan Kethuk Kenang,
- Kabupaten Magetan Bagus Dyah,
- Kabupaten Ngawi Dimas Diajeng,
- Kabupaten Malang Joko Roro
- Kota Malang Kakang Mbakyu,
- Kabupaten Blitar Kangmas Diajeng,
- Kota Blitar Kangmas Diajeng,
- Kabupaten Pasuruan Cak Yuk,
- Kota Pasuruan Cak Yuk,
- Kabupaten Probolinggo Kakang dan Ayu,
- Kota Probolinggo Kang Yuk,
- Kabupaten Jember Gus dan Ning,
- Kabupaten Lumajang Cacak & Yuk,
- Kabupaten Bondowoso Kacong Jebbing,
- Kabupaten Situbondo Kakang Embug,
- Surabaya dengan Cak dan Ning,
- Kabupaten Pamekasan Kacong Cebbhing,
- Kabupaten Sampang Kacong Cebbing,
- Kabupaten Sumenep Kacong Cebbing,
- Provinsi Jawa timur Raka Raki
Pemilihan muda-mudi yang dikordinasikan Dinas Pariwisata daerah dengan predikat Cak dan Ning atau sejenisnya, tidak hanya mengandalkan tampan, gagah dan perkasa untuk laki-laki, kecantikan dan kemolekan tubuh untuk perempuan. Untuk menetapkan seorang yang berpredikat Cak dan Ning, misalnya, dia harus mempunyai kemampuan dalam bidang keilmuan, kecakapan, kualitas fisik dan kejiwaan. Artinya, ia harus pandai, cerdik dan trengginas. Dan yang cukup penting, ia menguasai budaya dan permasalahan daerah. Jadi, persyaratan untuk memperoleh predikat Cak dan Ning Surabaya, dia harus mampu menunjukkan kebolehannya dalam segala hal. Di samping gagah dan tampan untuk Cak, serta cantik dan molek untuk Ning, dia harus pintar. Harus tahu budaya asli Surabaya, lancar menggunakan dialek Suroboyoan, tahu sejarah atau seluk-beluk kelahiran kota sampai perkembangannya hingga sekarang.
Cak dan Ning, biasanya dinobatkan setiap peringatan hari jadi Surabaya, sekitar 31 Mei tiap tahun. Seorang Cak maupun Ning, harus mempersiapkan diri menjadi “alat” Pemerintah Kota Surabaya, terutama yang berhubungan dengan bidang keperiwisataan dan budaya. Di samping sebagai penerima tamu, juga harus mampu menjadi PR (public relation) atau Humas (Hubungan Masyarakat) Kota Surabaya, di luar pejabat resmi. Cak dan Ning, harus mampu tampil sebagai wakil anak muda pilihan dan menjadi teladan bagi muda-mudi lainnya. Sebagai PR, Cak dan Ning juga mempunyai kemampuan menggunakan bahasa asing, sebab tamu-tamu yang datang ke Surabaya, juga banyak yang dari mancanegara.
Busana Khas Cak
- Cak merupakan sosok pemuda pria Surabaya yang ceplas ceplos sehingga lebih suka mengatakan sesuatu secara spontan dan penuh pertimbangan. Sosok Cak Surabaya adalah sosok pelindung dan memiliki loyalitas yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat melalui kemanapun Ning pergi, Cak selalu mendampingi. Cak dan Ning mempunyai busana yang khas. Untuk Cak: berpakaian bentuk jas bertutup yang dikenal beskap, berukuran pas badan. Untuk pemilihan Cak, warnanya ditentukan warna muda: putih, krem atau putih tulang. Sedangkan untuk pekaian kebesaran digunakan warna coklat.
- Beskap Cak lengkapnya memiliki warna putih gading menggunakan lima buah kancing tengah yang melambangkan kesucian, memiliki 5 kancing berwarna emas yang memiliki makna arek Surabaya selalu menjunjung tinggi rukun islam.
- Sapu tangan merah bentuk segitiga ditempatkan di saku sebelah kiri atas beskap kebesaran. Sapu tangan ini melambangkan cak merupakan sosok yang penuh dengan loyalitas dan setia. Dari kantong awalnya digantung rantai jam dengan bandul akan tetapi karena terlalu berat maka diganti dengan kuku macan. hiasan taring Kuku macan sendiri memiliki makna kekuatan dan ketangkasan yang tak terbatas sehingga Cak menjadi pelindung yang tangguh dan dapat dihandalkan. Kuku Macan biasanya digantungkan pada kancing kedua dari kelima kancing baju beskap.
- Bagian bawah jas mengenakan kain panjang wanita yang disebut “jarit parikesit” dengan gringsing (sogan)wiron lebar 5 centimeter. Jarik merupakan salah satu lambang dari keluwesan Jawa. Selain itu dalam bertindak arek Surabaya diharuskan untuk bisa bekerja seefektif dan seefisien mungkin tapi tetap tidak meninggalkan aturan dan norma yang ada. Namun kini diganti dengan celana panjang.
- Kepala ditutup dengan udeng batik dengan hiasan pinggir modang putih, dan pocotmiring warna hitam tiga tingkat. Udeng adalah sejenis ikat kepala yang sudah dibentuk. Udeng ini memiliki makna bahwa udeng ini merupakan ciri khas dari Jawa Timur, bermotif batik dan memiliki pancot. Kini udeng diganti dengan kopiah atau songkok.
- Alas kaki Cak, adalah sandal terompa. Terompah merupakan salah satu unsur baju kebesaran Cak Surabaya. Terompah adalah simbol kecerdasan, foundation, tempat berpijak, berpikir, termasuk kemudian simbol segala yang duniawi.
Busana Khas Ning Surabaya
- Ning Surabaya mengenakan sanggul bentuk gelung rambut biasa, pakaiannya menggunakan kebaya dengan selendang atau kerudung yang diberi renda-renda, dibordir dengan warna muda. Kebaya dan kerudung, warnanya sama. Kain kebaya tidak boleh tembus pandang, sehingga tidak memperlihatkan pakaian dalam. Lalu memakai peniti renteng.
- Bagian bawahnya, busana Ning menggunakan kain sarung batik pesisir, kemiren harus terlihat dengan tumpal yang diletakkan di bagian depan.
- Telinga dihiasi anting-anting panjang, kaki memakai binggel dan tanga memakai gelang emas. Mata diberi celak, jari-jari diberi pacar (warna).
- Alas kaki berupa selop bertutup depan, runcing dan tinggi minimal 7 sampai 9 centimeter.
- Apabila terpilih sebagai juara Cak dan Ning, maupun wakil Cak dan wakil Ning, serta predikat lainnya, misalnya: Favorit atau Persahabatan, saat dinobatkan diberi selendang nama sesuai dengan predikat yang diraih.
- Pakaian yang sudah dibakukan sebagai busana Cak dan Ning itu, sekarang juga dimasyarakatkan. Pada hari-hari tertentu, terutama pada resepsi perhelatan peringatan Hari Jadi Surabaya, pejabat dan undangan dianjurkan menggunakan busana Cak dan Ning tersebut. 84N70nulisDW