Tuesday, October 15, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Berbagi Jenis Lurik Tuban

Di daerah Tuban terdapat beberapa jenis lurik dengan berbagai coraknya, yaitu lurik anaman wareg (anyaman polos – Gb.98a,b), lurik klontongan…


Di daerah Tuban terdapat beberapa jenis lurik dengan berbagai coraknya, yaitu lurik anaman wareg (anyaman polos – Gb.98a,b), lurik klontongan (Gb.99a,b,c,d), batik lurik (Gb.101-106), lurik pakan tambah- an, disebut dengan istilah lurik kembangan (Gb.l08-117d) dan lurik talenan (Gb.ll8a,b,).

 Lurik anaman wareg
98a-corak-tuwuh-tuluh-watu-tuban98b-corak-sleret-blungkon99a-lurik-klontongan-corak-tumbar-pecahAnaman wareg, bahasa Jawa yang berarti anyaman polos. Lurik anyaman polos, baik bercorak lajuran (garis-garis) maupun bercorak cacahan (kotak-kotak), di daerah ini dianggap kurang bergengsi, kecuali bebe­rapa corak yang mengandung makna sakral misalnya corak tuwuh/tuluh watu (Gb. 98a). Pada umumnya jenis lurik ini dipakai untuk bakal klambi, (bahan pakaian – baha­sa Jawa) yaitu untuk sruwal (celana), baju, selendang, lurik klontongan (bahan untuk batik lurik) dan untuk keperluan lainnya seperti kain kasur, kain bantal dan lain- lainnya.

Kapas yang warna aslinya krem kecoklatan, disebut dengan istilah kapas lawo (kelelawar) karena warnanya yang menye- rupai warna kelelawar, dahulu ditenun dengan anaman zvareg untuk berbagai keperluan antara lain untuk kain kasur, bantal dan lain-lain. Namun kini dengan berbagai modifikasi, baik tata warna maupun corak seperti corak sleret blungko (Gb.98b), dipakai untuk busana yang cukup mendapat pasaran.

Lurik klontongan
99b-lurik-klontongan-corak-galaran99c-lurik-klontongan-corak-jangan-menirKlontongan yang bermakna kekosonganji- wa dan badan. Lurik klontongan (Gb.99a,b, c,&) adalah lurik anyaman polos la tar putih dengan berbagai corak lajuran (garis-garis) atau cacahan (kotak-kotak) yang kebanyak- an berwarna hitam, 99c-lurik-klontongan-corak-jangan-menirmeskipun adakalanya yang berwarna merah. Dipakai sebagai ber­bagai bahan dasar untuk pembuatan batik lurik (Gb.101-106). Lurik klontongan diang- gap masih kosong atau hampa, belum mempunyai makna dan identitas, karena belum mempunyai corak, nama dan makna. Corak lurik klontongan tertentu diperuntukan bagi bahan dasar corak lurik batik tertentu pula.

Empatjenis lurik klontongan gambar 99a,b, c,d.:

Gambar 99a – untuk batik lurik corak
krompol (Gb.101). Gambar 99b – untuk batik lurik corak
galaran kembang (Gb. 107). Gambar 99c – untuk batik lurik corak cuken (Gb.102), kijing miring (Gb.103).
Gambar 99d – untuk batik lurik corak ksatrian (Gb.105).

Batik lurik
101-batik-lurik-corak-krompol100-sketsa-pembuatan-teknik-lurik102Batik lurik adalah lurik klontongan yang di- batik. Diperoleh dengan menutupi bagian- bagian tertentu yang berwarna putih dari sehelai lurik klontongan dengan malam, me- nurut berbagai bentuk corak geometris ter­tentu, yang terdiri dari titik-titik halus atau garis-garis lurus (lihat sketsa Gb.100). Sesu- dah dicelup dengan warna merah mengku- du atau biru indigo dan kemudian malam- nya dilorod (dibuang dengan jalan mere- bus dan/ atau dikerok), maka akan didapat batik lurik dengan berbagai corak seperti co­rak: krompol (Gb.101), cuken (Gb.102), kijing miring (Gb.103), surna (Gb.104), kesatrian (Gb.105), tutul bang (Gb.106) dan galaran kembang (Gb.107).

Lurik pakan tambahan/lurik kembangan
Berlainan dengan di daerah Solo/Yogya, di mana lurik pakan tambahan dapat di kata- kan tidak lazim, di daerah Tuban kain de­ngan tehnik pakan tambahan masih di ker- jakan, disebut dengan istilah lurik kembang­an pakan (Gb.108-117d). Di samping ini di- buat pula lurik dengan tehnik floating warp yang dinamakan lurik kembangan lungsi an- tara lain dengan corak ular giding (Gb.ll7a). Di daerah Tuban lurik pakan tambahan masih

dibuat karena masih diperlukan, dipakai untuk upacara setempat. Kemungkiriu teknik pakan tambahan adalah pengaruh dari luar, seperti dari Bali, Sulawesi Sela- tan, Kalimantan Selatan dan daerah Su­matra. Daerah-daerah tersebut di atas ini memang terkenal dengan seni budaya tek­nik pakan tambahan (songket) yang cukup tinggi. Pada masa lampau hubungan da- gang antar daerah ini dengan Tuban cu­kup tinggi, di mana interaksi kebudayaan terjadi.

  • Lurikkemitir (Gb.115) dibuat dengan teh- nik yang khas, dengan cara dan kiat ter- tentu sewaktu menghani benang.
  • Sehelai lurik kembangan dapat dipakai baik oleh orang berumur maupun orang muda, sisi kain yang berpenampilan ge- lap dipakai oleh orang berumur dan sisi sebaliknya yang terang dipakai oleh orang muda.
  • Antara lain lurik corak kembang polo dan kembang pepe merupakan lurik dengan istilah kain simpenan yaitu disimpan sebagai kain pusaka.
  • Beberapa corak lurik kembangan yang masih dibuat antara lain: krompol (Gb.108), cuken (Gb.109), kembang pepe (Gb.110), kembang polo (Gb.Ill), laler menclok (Gb.112), bulu rambatpotong inten (Gb.113), corak kembang jati (Gb.114), kemintir/gemintir (Gb.115), bolongbuntu (Gb.116), ularguling ( (Gb. 117a), kembang manggar (Gb. 117b), ‘ intipyan (Gb.ll7c), batu rantai (Gb.ll7d).

Lurik talenan  
103104Lurik talenan dari perkataan ditali/ diikat, adalah lurik corak lajuran dan kotak-kotak ; di mana di antara benang-benang lungsi dan/ atau benang pakannya terdapat be- ; nang-benang ikat yang sangat sederhana. I Benang-benang ikat ini 105106bercorak garis-garis I pendek yang terputus-putus, dengan war- | na putih dan biru indigo. Kain lurik yang mempunyai benang ikat ini disebut dengan istilah talenan. Antara lain terdapat lurik dengan corak sleret talenan (Gb. 118a), di mana hanya 107108pada benang lungsinya saja terdapat benang ikat, yang umumnya di- peruntukkan bagi kaum pria. Lurik yang berpenampilan garis-garis terputus-putus baik ke arah vertikal (lungsi), maupun ke arah horisontal (pakan) yang disebabkan oleh 109benang ikat pada pakan maupun lungsinya, disebut dengan istilah lurik talenan/kentol (Gb.ll8b) dipakai oleh pria dan wanita. Kaum pria ada yang menamakan lurik talenan dengan sebutan lurik kentol.

Lurik usik
110111112-113-114Kain lurik usik adalah lurik yang benang pakannya terdiri dari benang tamparan istilah Tuban untuk benang plintir, (Gb.42), yang menjadikan lurik ini sangat kuat dan lurik-tuban0002lurik-tuban0003tebal. Karena itu umumnya kain usik dipa­kai untuk bekerja di ladang oleh kaum pria. Antara lain terdapat kain usik dengan nama Semarmendem (Gb.U9a). Semar (Gb.ll9b) adalah seorang dewa yang arif bijaksana, cerdas, berbudi luhur, berjiwa pengasuh dan pelindung serta mendambakan agar manusia berada dalam keadaan suasana sejahtera, damai dan terhindar dari segala macam musibah. Mendem yang arti harfiahnya mabuk, namun di sini kiasannya ada­lah sedemikian hanyutnya, gandrungnya Semar akan keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian manusia. Salah satu penganan di Jawa Tengah ada yang dinama- kan Semar mendem yang menurut mereka bercita rasa sangat lezat menghanyutkan.

lurik-tuban0004lurik-tuban0005Di daerah Tuban benang tamparan tidak dipergunakan untuk memperkuat pinggiran kain, untuk itu mereka memasukkan dua helai benang di satu lobang sisir di bagian pinggiran kain. Pemakaian benang plintir disisipkan di antara benang pakan, dengan effek yang menarik seperti pada lurikpalen (Gb.59).

 

 

 

 

 

 

—————————————————————————————Lurik; Garis- garis bertuah Nian S. Djoemena,
Jakarrta: Djambatan, 2000
hlm.: 99-111