Motif Batik Daun Singkong, Batik Kabupaten Bondowoso
Batik ditetapkan oleh UNESCO menjadi warisan budaya dunia pada tanggal 2 Oktober tahun 2009, sejak itulah masyarakat mulai bersemangat mengembangkan…
Batik ditetapkan oleh UNESCO menjadi warisan budaya dunia pada tanggal 2 Oktober tahun 2009, sejak itulah masyarakat mulai bersemangat mengembangkan usaha pembatikan. Daerah yang dulunya tidak memiliki sejarah batik kini mulai mengembangkan batik khas daerahnya dengan menuangkan potensi alam maupun icon daerahnya sebagai motif batiknya. Motif yang tercipta berupa motif yang mengacu pada beberapa jenis batik modern.
Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Bondowoso sudah lama memiliki batik khas sendiri sejak tahun 1984. Moif batik khas Kabupaten Bondowoso ini mengangkat tema tumbuhan singkong. Singkong merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Bondowoso, oleh karenanya dengan mengangkat tema tanaman singkong pada motif batiknya diharapkan lebih mengenalkan Kabupaten Bondowoso, khususnya pada hasil kerajinannya berupa batik khas Kabupaten Bondowoso. Seiring dengan perkembangan zaman batik khas Kabupaten Bondowoso tersebut dikenal masyarakat dengan motif batik daun singkongnya, melihat hal tersebut Pemerintah Kabupaten Bondowoso pada tahun 2009 mengukukuhkan motif batik daun singkong sebagai motif batik khas kabupaten Bondowoso, sampai sekarang.
Pengukuhan motif batik daun singkong sebagai motif batik khas kabupaten Bondowoso membuat potensi batik khas Bondowoso semakin meningkat. Hal ini lebih memacu para pengrajin batik yang ada di Kabupaten Bondowoso untuk mengembangkan motif batiknya, sehingga motif batik yang dihasilkan oleh pengrajin batik di Kabupaten Bondowoso, tidak terbatas pada motif batik daun singkong saja. Semua ini dibuktikan dengan munculnya beberapa motif batik hasil perkembangan para pengrajin Kabupaten Bondowoso antara lain motif batik kupu-kupu, capung, ilalang, cabe, stroberi, kacang makadamia, singo ulung, tembakau dan kopi. Minat masyarakat akan batik juga makin bertambah.
Beberapa pengrajin mulai mendirikan usaha pembatikan, hal tersebut terbukti dengan bertambahnya jumlah industri batik di Kabupaten Bondowoso, yang awalnya hanya terdapat satu pengrajin saja, namun kini telah bertambah menjadi lima pengrajin batik. Namun tidak semua pengrajin tersebut terdaftar sebagai mitra UMKM, menurut data yang ada di DISKOPERINDAG kabupaten Bondowoso dari lima hanya tiga pengrajin yang baru terdaftar dalam UMKM DISKOPERINDAG sampai pada tahun 2014. Para pengrajin yang tercatat sebagai mitra tersebut adalah sanggar Batik Tulis Sumbersari, Batik Lumbung, dan sanggar batik tulis Kem
bang Kusuma.
Batik Lumbung berdiri sejak tahun 2012, merupakan salah satu pengrajin batik yang memproduksi motif batik khas Kabupaten Bondowoso. Banyaknya peminat batik tulis produksi oleh para pengrajin ini berawal dari keikutsertaan mereka dalam UMKM Kabupaten Bondowoso. Sehinggga pemasaran dibantu oleh DISKOPERINDAG. Juga dikarekan harga yang ditawarkan kepada konsumen bervariasi, sehingga konsumen dari semua kalangan bisa menikmati batik khas Kabupaten Bondowoso ini. Minat yang semakin meningkat dari konsumen juga harus diimbangi dengan kegiatan pengrajin yang harus berusaha untuk meningkatkan mutu dan keragaman motif batik dalam memproduksi batiknya.
Motif khas Kabupaten Bondowoso produksi “Batik Lumbung”, tergolong sederhana dan kurang bervariasi atau monoton. Hal ini dikarenakan khususnya motif batik daun singkong agak sulit untuk dilakukan penggubahan, jika dilakukan penggubahan maka akan merubah bentuk dasar ditakutkan tidak tergambar seperti daun singkong. Menurut penuturan ibu Sofiah selaku pengerajin Batik Lumbung, bahwa motif batik daun singkong agak sulit untuk dilakukan penggubahan, jika terlalu digayakan maka tidak tergambar seperti daun singkong yang sesungguhnya. Sehingga dalam pengembangan motif batik daun singkong yang merupakan motif batik khas bondowoso ini, para pengrajin di
“batik lumbung” berupaya mengupayakan pengembangan motif batik daun singkong, agar gambaran motif batik daun singkong tidak terkesan monoton.
Observasi terhadap hasil pengembangan tiga motif batik khas Bondowoso yang bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan motif batik yang terbaik diperoleh dari penelitian hasil jadi pengembangan motif batik Bondowoso ditinjau dari unsur dan prinsip desain serta pengembangan motifnya.
- Pengembangan Motif Bondowoso di Pengrajin “Batik Lumbung”.
- Batik Daun Singkong
Pengembangan pertama yaitu batik daun singkong mengalami perubahan desain namun masih jelas terlihat secara keseluruhan mengarah keatas dari bagian pinggiran motif batik. Susunan ornamen daun singkong setelah dikembangkan dibuat lebih renggang dan sedikit berjauhan. Dalam pengembangannya bentuk ujung setiap helaian pada ornamen daun singkong menjadi lebih runcing dan sedikit meliuk. Penambahan batang pada bagian pangkal daun berupa ornamen ukel juga menambah variasi pada motif daun singkong. Bentuk ilalang setelah dikembangkan menjadi ornamen ilalang dengan bentuk yang yang lebih besar dan lebih meliuk-liuk. Terdapat pula ornamen ilalang yang menyerupai ornamen ukel pada bagian ujung daunnya. Ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan ornamen ilalang sebelumnya memungkinkan motif batik secara keseluruhan memiliki pusat perhatian atau center of interest. Ornamen tambahan atau disebut juga ornamen pengisi bidang pada motif batik sesudah mengalami pengembangan berupa daun dengan stilasi membentuk ornamen ukel dan motif daun dengan bentuk yang lebih sederhana dan dibuat meliuk.
Ornamen tambahan setelah dikembangkan dibuat lebih sederhana dan penempatan ornamen tampak menyatu dengan ornamen utama yaitu daun singkong. Isen-isen pada motif ornamen daun singkong setelah dikembangkan dibuat dengan mengkombinasi tiga jenis isen-isen dalam satu ornamen daun singkong diantaranyasawut, ceceg danceceg pitu.
Ornamen daun singkong setelah dikembangkan dibuat tiga warna sehingga memberi kesan adanya center of interest dalam setiap ornamen daun singkong. Dan pada ornamen ilalang, walaupun hanya diterapkan satu warna dalam satu ornamen, namun jika dilihat secara menyeluruh pada rumpunan ornamen ilalang terdapat perbedaan warna antara ornamen ilalang satu dengan yang lain. Jika dilihat warna ornamen ilalang setelah dikembangkan terdapat ketidakseimbangan penempatan warna, sehingga rumpun ilalang terlihat kurang harmonis.
Hasil penilaian observer mengenai hasil jadi pengembangan batik daun singkong memperoleh nilai rata-rata 2,89 dengan kategori penilaian cukup baik. hal ini dikarenakan terdapat tiga aspek unsur dan prinsip desain yang dinilai cukup baik. 1) batik daun singkong dianggap belum memiliki ukuran dan bentuk yang seimbang sehingga dinilai cukup harmonis dan proporsional, 2) batik daun singkong dianggap belum menimbulkan irama atau kesan gerak dalam desainnya, dan 3) dianggap sudah memiliki perpaduan warna yang kontras namun belum dilakukan penempatan warna yang baik sebagai suatu penekanan. Sedangkan jika ditinjau dalam keseluruhan aspek unsur dan prinsip desain hal diatas belum sesuai dengan teori dari Suhersono (2004: 107), untuk membuat desain-desain yang lebih baik maka harus memperhatikan prinsip-prinsip desain dalam menggabungkan unsur-unsur desain.
Batik Kupu-Kupu
Pengembangan motif batik yang kedua adalah batik kupu-kupu. Pada batik ini susunan antar ornamen masih terlihat sama antara batik sebelum dikembangkan dan sesudah dikembangkan. Terlihat pada bagian penyusunan ornamen daun singkong dan kupu-kupu berjajar keatas dalam setiap jenisnya. Namun terdapat sedikit perbedaan pada gambaran garis yang membatasi tempat ornamen daun singkong dan kupu, garis yang sebelumnya lurus dibuat meliuk-liuk dan semakin keatas semakin mengerucut atau mengecil.
Daun singkong sebagai ornamen utama 1 digambarkan daun singkong yang berbentuk meruncing pada setiap ujung helaiannya, lebih panjang dan terpisah disetiap helainya. Tambahan batang dibuat di pangkal daun sehingga membuat ornamen daun singkong semakin berbeda dengan motif daun singkong sebelum dikembangkan. Penyusunan daun singkong yang di buat seakan berjatuhan membuat motif memiliki irama dalam penglihatan siapapun yang melihatnya. Ornamen kupu-kupu sebagai ornamen utama kedua dalam pengembangannya terlihat pada bentuk sayap kupu-kupu yang beragam antara kupukupu satu dengan yang lain. ornamen kupukupu setelah dikembangkan dibuat lebih beragam bentuk. Ornamen kupu-kupu setelah dikembangkan membentuk kupukupu yang sedang beterbangan kesegala arah dengan sayap yang terlihat penuh ataupun yang terlihat dari samping seekor kupu-kupu.
Ornamen pecah batu merupakan ornamen tambahan, setelah dikembangankan ornamen pecah batu tidak berbeda jauh dengan ornamen pecah batu sebelum dikembangkan dari segi bentuknya. Perbedaan yang terlihat pada ukuran dan penyusunan dari ornamen itu sendiri. Ukuran motif dibuat bervariasi, dari batubatu yang besar hingga batu yang kecil dan dari penyusunan terlihat ornamen ini disusun didalam bidang garis lengkung tersendiri Penyusunan juga terlihat dari ukuran yang terbesar hingga yang terkecil menjulang kebagian atas kain, sehingga kesan mata bergerak mengikuti arah motif pecah batu lebih kuat. Isen-isen pada ornamen daun singkong setelah dikembangkan dibuat dengan mengkombinasi tiga jenis isen-isen dalam satu ornamen daun singkong diantaranya ron pakis, ceceg dan uceng. Susunan isen-isen pada ornamen ini dibuat agar dapat menunjukkan sebuat pusat perhatian dalam satu ornamen. Isen-isen pada ornamen kupu-kupu dibuat dengan kombinasi dua jenis isen-isen yaitu sawut dan ceceg. Penyusunan isen juga dilakukan sedemikian rupa sehingga ornamen ini terlihat beragam antara ornamen kupu-kupu satu dengan yang lainnya.
Perbandingan luas warna tosca terlihat sama dengan warna krem tua, hal ini dikarenakan warna tersebut diletakkan pada bidang yang berbentuk sama yaitu bidang yang terbagi-bagi oleh garis yang meliukliuk, sehingga batik kupu-kupu kurang menunjukkan pusat perhatiannya. Pada setiap motif, baik daun singkong dan kupukupu diberikan warna satu jenis saja, hal ini dikarenakan warna dasar kain yang sudah dibuat lebih dari dua warna. Walaupun penerapan warna pada daun singkong dan kupu diberikan satu warna dalam satu ornamen, namun dalam penyusunannya dibuat selang-seling antara motif satu dengan yang lain, sehingga jika dilihat dalam keseluruhan motif maka memberikan kesan kurangnya prinsip kesatuan pada batik ini.
Hasil penilaian observer mengenai hasil jadi pengembangan motif batik kupukupu memperoleh nilai rata-rata 2,81 dengan kategori penilaian cukup baik, hal ini dikarenakan terdapat empat aspek unsur dan prinsip desain yang dinilai cukup baik. 1) batik kupu-kupu dianggap belum memiliki ukuran dan bentuk yang seimbang sehingga dinilai cukup harmonis dan proporsional, 2) batik kupu-kupu dianggap belum menimbulkan irama atau kesan gerak dalam desainnya, 3) batik kupu-kupu dianggap memiliki gabungan motif dan warna yang belum membentuk suatu kesatuan atau unity , dan 4) batik kupu-kupu dianggap sudah memiliki perpaduan warna yang kontras namun belum dilakukan penempatan warna yang baik sebagai suatu penekanan agar timbul sebuah pusat perhatian. Sedangkan jika ditinjau dalam keseluruhan aspek unsur dan prinsip desain hal diatas belum sesuai dengan teori dari Suhersono (2004:107), untuk membuat desain-desain yang lebih baik maka harus memperhatikan prinsipprinsip desain dalam menggabungkan unsurunsur desain.
Batik Cabe
Pada pengembangan batik yang terakhir yaitu batik cabe mengalami perubahan desain namun masih jelas terlihat secara keseluruhan memiliki susunan motif yang searah. Susunan ornamen daun singkong, cabe dan sulur dibuat lebih rapat, sehingga batik terlihat lebih penuh dengan ornamen.
Ornamen utama 1 berupa daun singkong dalam pengembangannya terlihat pada bentuk yang dibuat memiliki jarak antara ruas satu dengan yang lainnya sehingga pada pangkal ruas jari daun membentuk lengkungan. Ornamen sulur merupakan ornamen utama 2, pada hasil pengembangan ornamen sulur mengalami stilasi bentuk. Bentuk ornamen ini setelah dikembangkan menjadi ornamen sulur dengan bentuk yang bercabang dan bergelombang.
Ornamen cabe dan ornamen daun merupakan ornamen tambahan pada batik cabe. Ornamen cabe dibuat sangat berbeda dengan sebelumnya, berbentuk cabai dengan bentuk yang sebenarnya dan disusun berbentuk lingkaran sehingga nampak seperti baling-baling. Isen-isen pada batik cabe secara keseluruhan memiliki enam jenis isen-isen, yakni: krakalan, ceceg telu, kembang suruh, ceceg pitu, ron pakis dan sawut. Isen pada ornamen utama berupa daun singkong dibuat dua jenis isen-isen dalam satu ornamen berupa ron pakis dan ceceg pitu. Isen ornamen utama yang kedua tidak terdapat pengembangan, hanya dilakukan penggantian jenis isennya saja berupa ceceg telu. Isen pada ornamen tambahan yaitu cabe dan daun di beri isen hanya satu jenis saja pada masing-masing ornamen, hal ini dikarenakan ukuran yang kecil pada masing-masing ornamen.
Penerapan warna yang tepat akan membuat semakin indah sebuah desain. Penerapan warna pada batik cabe terlihat kurang harmonis, hal ini dikarenakan penerapan warna pada ornamen sulur dirasa kurang tepat. Peletakan warna pada ornamen daun singkong, ornamen cabe dan ornamen daun kurang memiliki prinsip kesatuan.
Hasil penilaian observer mengenai hasil jadi pengembangan motif batik cabe ditinjau dari unsur dan prinsip desain, batik cabe memperoleh mean sebesar 3,2 dengan kategori penilaian baik dan merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan batik daun singkong dan batik kupu-kupu, hal ini dikarenakan terdapat empat aspek unsur dan prinsip desain yang dinilai baik. 1) batik kupu-kupu dianggap telah memiliki ukuran dan bentuk yang seimbang sehingga dinilai nampak harmonis dan proporsional, hal ini sesuai dengan teori Kamil (1986:62) bahwa ukuran erat hubungannya dengan bentuk sehingga dalam pembuatan sebuah desain yang baik harus memperhatikan keseimbangan ukuran dan bentuk yang baik agar desain yang tercipta dapat harmonis dan proporsional. 2) batik cabe dianggap sudah memiliki perpaduan garis yang bergerak dengan teratur. 3) batik cabe memiliki perpaduan warna yang seimbang penempatannya, dan 4) batik cabe dianggap memiliki gabungan ornamen dan warna yang sudah membentuk suatu kesatuan atau unity Jika ditinjau dalam keseluruhan aspek unsur dan prinsip desain hal diatas belum sesuai dengan teori dari Suhersono (2004:107), yaitu untuk membuat desaindesain yang lebih baik maka harus memperhatikan prinsip-prinsip desain dalam menggabungkan unsur-unsur desain.
- Pengembangan Motif Bondowoso di Pengrajin “Batik Lumbung” yang Terbaik.
Pada aspek pusat perhatian ketiga batik dinilai cukup baik, dan skor tertinggi pada batik kupu-kupu dengan skor 2,8, hal ini dikarenakan motif kupu-kupu dianggap memiliki warna yang kontras dan penempatan warna yang lebih banyak pada krem tua, sehingga memiliki penekanan pada penempatan warnanya hal ini didukung oleh teori dari Kamil, (1986:60), untuk menarik perhatian satu bagian diantaranya harus diberi tekanan untuk membentuk sebuah pusat perhatian atau klimaks dari desain tersebut, dan Soekarno dan Lanawati Basuki (2004:31) menambahkan bahwa sebuah pusat perhatian dapat terbentuk dengan cara pemilihan warna yang kontras.
Jika ditinjau dari unsur dan prinsip desain ketiga batik masih belum dianggap memiliki kriteria desain yang baik karena belum mendapat penilaian yang baik dalam keseluruhan aspek. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari bapak Dody Doerjanto (Dosen Seni Rupa Unesa) mengemukakan bahwa hasil jadi yang baik dapat secara maksimal menerapkan unsur dan prinsip desain, karena unsur dan prinsip desain merupakan teori dasar dalam membuat sebuah seni rupa. Namun motif cabe dapat dikatakan hasil pengembangan motif batik yang terbaik dibandingkan motif batif singkong dan kupu-kupu.
——————————————————————————————-e-Journal. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2016, Hal 10-18
Gian Bifadlika, Irma Russanti
Pengembangan Motif Batik Bondowoso Di Pengrajin “Batik Lumbung”
Fakultas Teknik, (UNESA) Universitas Negeri Surabaya