Masjid Rahmat, Surabaya
Masjid Rahmat adalah salah satu masjid tertua di Surabaya. Lokasi masjid ini berada di kawasan jalan Kembang Kuning Surabaya. Walaupun…
Masjid Rahmat adalah salah satu masjid tertua di Surabaya. Lokasi masjid ini berada di kawasan jalan Kembang Kuning Surabaya. Walaupun bangunan masjid yang sekarang adalah termasuk bangunan baru karena dibangun pada tahun 1967, tapi cikal bakal dari keberadaan masjid tersebut sudah ada sejak zamannya Sunan Ampel.
Konon Masjid Rahmat ditemukan secara tiba-tiba oleh seorang penduduk yang sedang merambah hutan. Saat ditemukan berupa sebuah tempatyang beralaskan batu bata yang ditata rapi dengan letaknya lebih tinggi dari sekitarnya, dan ditiap sudutnya terdapat empat buah tiang yang menyangga sebuah atap yang terbuat dari daun tebu (welit = Jawa). Selanjutnya masyarakat di sekitar tempat itu mulai mengenalnya dengan istilah masjid tiban. Tapi setelah dirunut mengenai sejarahnya ternyata diketahui bahwa masjid tersebut sebenarnya didirikan oleh Sunan Ampel.
Diceritakan bahwa dulu saat pertama kali datang dari negerinya Campa, Sunan Ampel langsung menuju ke kerajaan Majapahit untuk bertemu dengan Prabu Brawijaya yang sebenarnya bisa dikatakan sebagai pamannya sendiri. Hal ini karena bibinya yang bernama Dewi Dwarawati adalah istri dari Prabu Brawijaya. Setelah berkunjung beberapa lama di Majapahit, akhirnya Prabu Brawijaya menghadiahi sebidang tanah di daerah utara Surabaya yang disebut dengan Ampel Denta.
Hal ini karena Prabu Brawijaya menyukai Sunan Ampel yang sangat berbudi baik. Maka mulailah Sunan Ampel pergi menuju ke daerah yang diberi oleh Prabu Brawijaya tersebut sambil disertai oleh seorang pembantu keraton yang bernama Ki Wiro Saroyo.
Dalam perjalanannya kedua orang ini singgah di daerah Kembang Kuning dan kemudian membangun sebuah tempat berteduh yang juga digunakan sebagai tempat untuk bermunajat kepada Allah. Ki Wiryo Saroyo yang kemudian memeluk Islam tersebut langsung bahu-membahu bersama Sunan Ampel membuat tempat seperti yang dikehendaki Sunan Ampel. Mulailah di susun beberapa batu bata membentuk lantai selanjutnya dipasang empat buah tiang yang diatasnya diberi atap berupa daun tebu yang dijahit.
Setetah beberapa lama tinggal ditempat tersebut, selanjutnya Sunan Ampel melanjutkan perjalanan ke daerah Ampel Denta untuk mengurusi tanah pemberian Prabu Brawijaya. Sedangkan Ki Wiryo Saroyo yang sebenarnya berasal dari daerah Kembang Kuning memilih tinggal di sekitar tempat yang dibangunnya bersama Sunan Ampel bersama keluarganya. Selanjutnya putri Ki Wiryo Saroyo yang bernama Kharimah pada akhirnya menjadi istri kedua Sunan Ampel.
Namun sepeninggal Ki Wiryo Saroyo yang pergi menghadap Allah, bangunan tersebut tidak ada lagi yang mengurus sehingga daerah di sekitamya dalam beberapa waktu telah berubah menjadi sebuah hutan lebat. Namun dalam beberapa ratus tahun setelah perjalanan hidup Sunan Ampel, tepatnya di masa penjajahan Belanda ada seorang perambah hutan yang kemudian menemukan sisa-sisa bangunan peninggalan Sunan Ampel tersebut. Selanjutnya bangunan yang juga dilengkapi sebuah sumur dengan sumber air yang tidak pernah kering tersebut mulai diperbaiki kembali dan dimanfaatkan menjadi sebuah langgar.
Dari cerita tentang sejarah masjid ini akhirnya muncul keyakinan bahwa tempat di mana masjid itu berdiri adalah tempat yang sangat istimewa. Di mana siapa saja yang berdoa di sana pasti akan terkabul. Hal ini karena pemilihan tempat tersebut oleh Sunan Ampel bukan tanpa sebab. Selain untuk tempat beristirahat, konon Sunan Ampel memang mendapat petunjuk untuk mendirikan tempat ibadah di situ.
Hanya saja karena pada saat itu posisi bangunan awal berada di sebelah utara bangunan yang sekarang, banyak jamaah yang mempercyai bahwa serambi bagian utara masjid inilah yang memiliki keistimewaan lebih dibandingkan tempat yang lain. Karena itu banyak di antara mereka yang lebih memilih untuk sholat di sekitar tempat ini.
“Memang benar bahwa tempat yang dianggap paling mustajabah di masjid ini justru berada di luar yaitu di depan ruangan khotib yang dulu adalah ruangan pengimaman saat sebelum masjid ini dibangun. Banyak orangorang yang mengatakan bahwa bila sholat dan berdoa di tempat itu segala apa yang kita minta pasti akan dikabulkan oleh Allah,” HM Muchsin, salah satu takmir Masjid Rahmat Surabaya kepad LIBERTY.KL@6
———————————————————————————–LIBERTY, EDISI 2317, 21-30 September 2013, hlm. 43-45