Madrasah Mu'allimin Hasyim Asy'ari, Tebuireng
Madrasah Mu’allimin merupakan unit sekolah terbaru yang dimiliki Pesantren Tebuireng. Didirikan pada pertengahan tahun 2008 oleh pengasuh Tebuireng bersama para…
Madrasah Mu’allimin merupakan unit sekolah terbaru yang dimiliki Pesantren Tebuireng. Didirikan pada pertengahan tahun 2008 oleh pengasuh Tebuireng bersama para alumni senior dan para kiai. Sebagai lembaga tafaqquh fiddin, diharapkan Madrasah Mu’allimin mampu melahirkan kader-kader handal penerus perjuangan agama.
Dibentuknya Madrasah Mu’allimin merupakan respon atas usulan para alumni dan tokoh masyarakat, yang menginginkan Pesantren Tebu¬ireng menghidupkan kembali sistem pendidikan salaf yang telah terbukti mampu mengantarkan para alumninya menggapai sukses dalam berbagai bidang.
Pada awalnya, usulan tersebut ditindaklajuti oleh Gus Solah dengan membentuk Tim Sebelas yang terdiri dari 11 anggota sidang bertugas menyusun kurikulum, jenjang kelas, dan jadwal kegiatan belajar-mengajar Madrasah Mu’allimin. Hasil rancangan Tim 11 kemudian dirapatkan bersama para pengasuh pesantren, guru senior dan alumni. Undangan yang hadir dalam rapat tersebut antara lain; KH Abdul Aziz Manshur (Paculgowang), KH Zubaidi Muslih (Mamba’ul Hikam), KH Hakam Kholik (Darul Hakam), Drs. KH. Mustain Syafi’i, M.Ag, KH Lutfi Sahal, Lc. (al-Khoiriyah Seblak), KH Syakir Ridlwan (MQ), dan lain-lain.
Hasil rapat memutuskan bahwa kegiatan belajar-mengajar Madrasah Mu’allimin dimulai pada tahun ajaran 2008-2009, dan berlaku efektif sejak awal Agustus 2008. Jenjang kelas ditempuh selama 6 tahun, dari kelas I sampai kelas VI, dengan ijazah setara Madrasah Aliyah.
Jenjang kelas tidak dibagi berdasarkan ijazah formal peserta didik, melainkan diukur dari kemampuan ilmu agamanya. Siswa pertama ber- jumlah 15 orang, dua diantaranya berasal dari Malaysia (sarjana S-l), dibagi menjadi dua kelas. Kelas I bagi pemula yang belum memiliki dasar keilmuan agama, dan kelas III bagi mereka yang sudah memiliki dasar ilmu agama.
Lokal kelas bertempat di Masjid Tebuireng lantai II. Kegiatan belajar-mengajar formal dimulai pukul 07.30 pagi dan berakhir pada pukul 12.00 siang. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan ekstra kurikuler berupa sorogan di asrama pada pukul 16.00-17.30 sore, dan pembinaan Bahasa Arab pukul 18.15-20.10 (ba’da maghrib). Sedangkan pada pukul 20.30 sampai 21.00 adalah jam wajib belajar yang diisi dengan kegiatan musyawarah (diskusi) pendalaman materi pelajaran.
Selain materi wajib seperti nahwu, shorof, tafsir, hadits, dan lain- lain, para siswa Madrasah Mu’allimin juga mendapat pembinaan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab secara aktif, ilmu komputer (operasional dan programer), metode penulisan karya ilmiah, diskusi bahtsul masail, dan lain sebagainya.
Khusus kegiatan Bahasa Arab, para siswa Mu’allimin dibina oleh tutor dari Ma’had Aly dan seorang dosen dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Sedangkan kegiatan Bahasa Inggris dilaksanakan setelah pengajian Al-Qur’an pagi, dengan tutor (minimal) harus lulusan BEC Pare.
Para kiai dan guru senior berkenan menjadi pengajar di Madrasah Mu’allimin, seperti KH Hakam Kholik, KH. Habib Ahmad, KH. Muhlis Dimyati, KH Lutfi Sahal, KH Syakir Ridwan, dll. Guru-guru lainnya rata-rata mahasiswa lulusan S-l dan S-2, bahkan sebagian siswanya adalah mahasiswa S-l dan S-2 serta pengusaha.
Mulai tahun ajaran 2009-2010, Madrasah Mu’allimin mengadakan pembinaan penulisan berita dan karya ilmiah remaja (KIR) dengan tutor dari Majalah dan Pustaka Tebuireng. Hasilnya, sejak tahun itu para siswa Mu’allimin menerbitkan bulletin “Aliem”, sebagian siswa lainnya mengisi beberapa rubik Majalah Tebuireng. Para siswa juga mendapat bimbingan seni tulis kaligrafi sejak kelas 1 dan seni hadrah al-Banjari. Mereka kemudian membentuk group al-Banjari yang diberi nama “Asasun Najah”, yang kerap mendapat undangan mengisi berbagai acara.
Sistem pembinaan di wisma (asrama) Mu’allimin dilakukan secara berjenjang dan dilakukan secara mandiri. Para santri senior ikut serta membantu Pembina dalam mendidik dan memberi teladan kepada adik- adiknya. Cara seperti itu cukup efektif sehingga semua kegiatan di wisma Mu’allimin dapat berjalan secara kontinue dengan suasana yang kondusif. Para santri melakukan kegiatan secara mandiri sesuai program
yang telah dirancang, dengan dipimpin oleh santri senior. Tidak ada ketergantungan kepada Pembina.
Hingga buku ini ditulis (April 2011), wisma Mu’allimin merupakan wisma yang paling kondusif diantara wisma-wisma lain di Tebuireng. Semua kegiatan berjalan sesuai agenda. Para siswa juga tampil dengan prestasi yang cukup baik di berbagai event yang diikuti, ditunjang dengan akhlakul karimah yang menyejukkan. Penguasaan materi pelajaran (kognitif-afektif) juga cukup baik. Siswa yang masuk di Madrasah Mu’allimin selama 2 tahun, rata-rata sudah bisa menguasai kitab kuning standar.
Seluruh kegiatan di Madrasah Mu’allimin dilakukan secara lesehan, dalam keadaan suci dan setelah melaksanakan shalat (wajib maupun sunnah). KBM pagi dilaksanakn setelah shalat dluha di dalam masjid. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan setalah shalat wajib (ashar, maghrib, isya’, dan subuh) dengan pakaian khas pesantren : berpeci, baju takwa, dan bersarung. Dari sini diharapkan siswa lulusan Mu’allimin—kelak— akan menjadi ulama-intelektual dan intelektual-ulama; seperti halnya murid-murid Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Idris Kamali. Cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Berbaju Tebuireng, berhati Makkah, berotak Washington. ()
———————————————————————————————————————————–
dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Mubarok Yasin, A. dan Fathurrahman Karyadi. Profil Pesantren Tebuireng. Cetakan 1. Jombang, Pustaka Tebuireng: 2011. halaman 175-179