Thursday, October 10, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Pondok Pesantren Salafiyyah Seblak, Tebuireng

Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Seblak (selanjutnya disingkat Pondok Seblak) berdiri di atas tanah seluas 8500 m2, berlokasi di dusun Seblak,…


Ponpes Seblak 1Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Seblak (selanjutnya disingkat Pondok Seblak) berdiri di atas tanah seluas 8500 m2, berlokasi di dusun Seblak, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, sekitar 500 m. kearah barat Tebuireng. Pendirinya, K.H. Ma’shum Ali, adalah menantu pasangan Kiai Hasyim Asy’ari-Nyai Nafiqoh, yang dinikahkan dengan putri pertamanya yang bernama Khoiriyah Hasyim. Kiai Ma’shum berasal dari Maskumambang, Gresik.
Pada awal pernikahannya, Kiai Ma’shum dan Nyai Khoiriyah tinggal bersama mertuanya di Tebuireng (ndalem kesepuhan). Kiai Ma’shum ikut membantu sang mertua mengajar. Beliau pernah tercatat sebagai kepala sekolah pertama Madrasah Tebuireng. Setelah kelahiran putra pertamanya, pasangan ini mulai merintis tempat tinggal sendiri dengan membeli tanah di dusun Seblak (tahun 1926). Dipilihnya dusun Seblak karena dekat dengan Tebuireng, sehingga Kiai Ma’shum tetap bisa mengajar di sana. Pasangan Kiai Ma’shum-Nyai Khoiriyah memperoleh 6 putra dan putri. Namun lima orang meninggal sewaktu kecil, dan tinggal dua orang putri bernama Abidah dan Jamilah.
Ponpes Seblak 2Perkembangan
Pada awalnya, para santri yang mondok di Seblak adalah mereka yang punya minat mempelajari ilmu Falak. Jumlahnya tidak banyak. Pada masa itu, ilmu falak memang belum diajarkan di pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren Tebuireng. Tak heran bila di kemudian hari, Pondok Seblak terkenal sebagai pondok ilmu falak. Kiai Ma’shum Ali dipanggil oleh Yang Maha Kuasa pada tanggal 27 Ramadhan 1351 H (1933 M.),. Pondok Seblak berduka. Kepemimpinan Pondok Seblak selanjutnya diteruskan oleh K.H. Mahfudz Anwar, menantu Kiai Ma’shum yang menikah dengan putri pertamanya, Nyai Abidah Ma’shum.
Kiai Mahfudz bukan hanya melanjutkan kepengasuhan pesantren, tapi juga menguasai dan meneruskan tradisi ilmu Falak. Beliau memang santri binaan khusus Kiai Ma’shum. Kiai Mahfudz juga terkenal ahli Tafsir dan Hadits, yang dulu pernah berguru kepada Kiai Hasyim. Beliau sering berperan penting menentukan awal Ramadlan atau Idul Fitri. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Falakiyah PBNU. Pada permulaan tahun 1940an, di bawah kepemimpinan Kiai Mahfudz Anwar, Pondok Seblak berencana membangun Madrasah Banat. Yaitu lembaga pedidikan formal tingkat ibtidaiyah khusus putri. Karena saat itu santri putri hanya belajar secara klasikal di ndalem. Sayangnya, rencana tersebut terhambat oleh kondisi Negara yang masih dalam masa penjajahan. Bangunan pertamanya diresmikan pada tahun 1949.
Satu tahun kemudian, Madrasah Banat berhasil meluluskan angkatan pertamanya. Untuk menampung lulusan tersebut, atas desakan masyarakat, Kiai Mahfudz kemudian mendirikan Madrasah Muallimat (1950), lembaga pendidikan tingkat menangah pertama khusus putri. Karena besarnya animo masyarakat untuk menyekolahkan putrinya di dua lembaga tersebut, maka pada tahun yang sama didirikanlah Pondok Putri Seblak dengan pengasuh Nyai Abidah Ma’shum.
Ternyata perkembangan pondok putri lebih pesat daripada pondok putra, sehingga Pondok Seblak lebih dikenal sebagai pondok putri.
Pada tahun 1956, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim pulang kembali dari Mekkah, setelah bermukim di sana selama 18 tahun (sejak tahun 1938). Kepulangannya itu berkat desakan Presiden Soekarno tatkala berziarah ke Mekkah. Tujuannya agar Nyai Khoiriyah dapat ikut serta membangun bangsa Indonesia yang telah merdeka.
Di bawah kepemimpinan Nyai Khoiriyah, Pondok Seblak terus berkembang. Beliau malakukan penyempurnaan manajemen dan revitalisasi organisasi santri. Para santri betul-betul didorong untuk aktif berorganisasi. Kegiatan tahlil, diba\ latihan pidato, kegiatan olahraga, pengembangan koperasi dan perpustakaan, juga digalakkan.
Pada tahun 1956, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim pulang kembali dari Mekkah, setelah bermukim di sana selama 18 tahun (sejak tahun 1938). Kepulangannya itu berkat desakan Presiden Soekarno tatkala berziarah ke Mekkah. Tujuannya agar Nyai Khoiriyah dapat ikut serta membangun bangsa Indonesia yang telah merdeka.
Di bawah kepemimpinan Nyai Khoiriyah, Pondok Seblak terus berkembang. Beliau malakukan penyempurnaan manajemen dan revitalisasi organisasi santri. Para santri betul-betul didorong untuk aktif berorganisasi. Kegiatan tahlil, diba\ latihan pidato, kegiatan olahraga, pengembangan koperasi dan perpustakaan, juga digalakkan.

Ponpes Seblak 4Inovasi
Pada tahun 1956, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim pulang kembali dari Mekkah, setelah bermukim di sana selama 18 tahun (sejak tahun 1938). Kepulangannya itu berkat desakan Presiden Soekarno tatkala berziarah ke Mekkah. Tujuannya agar Nyai Khoiriyah dapat ikut serta membangun bangsa Indonesia yang telah merdeka.
Di bawah kepemimpinan Nyai Khoiriyah, Pondok Seblak terus berkembang. Beliau malakukan penyempurnaan manajemen dan revitalisasi organisasi santri. Para santri betul-betul didorong untuk aktif berorganisasi. Kegiatan tahlil, diba\ latihan pidato, kegiatan olahraga, pengembangan koperasi dan perpustakaan, juga digalakkan.
Lahirnya model kerudung yang biasa disebut “kudung rubu’\ merupakan salah satu karya inovatif Nyai Khoiriyah dan santri (putri) Seblak. Model kerudung yang cukup populer antara tahun 1960-1970- an itu, untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada masyarakat Jombang sekitar tahun 1964, bersamaan dengan peringatan ulang tahun Nahdlatul ‘Ulama. Saat itu santriwati Pondok Seblak tampil dengan celana panjang, baju berlengan panjang, dan kerudung rubu’. Tampak anggun, rapi, dan kental nuansa islami. Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim wafat pada Sabtu sore, 21 Ramadhan 1404 H./2 Juli 1983, sekitar pukul 17.20 WIB dan dimakamkan di komplek pemakaman Tebuireng. Kepengasuhan Seblak kemudian dilanjutkan oleh Nyai Jamilah Ma’shum dan Nyai Abidah Ma’shum.
Nyai Jamilah Ma’shum kemudian membina Pondok Pesantren Putri Seblak hingga wafatnya tahun 1988. Kepengasuhan dilanjutkan oleh putra-putrinya dengan membentuk Yayasan Pondok Salafiyah Syafi’iyah “Khoiriyah Hasyim”, dengan akte notaris No. 7 tanggal 15 Mei 1979. Hingga kini, Yayasan Khoiriyah Hasyim menaungi beberapa lembaga pendidikan, yakni Play Group dan TK al-Khoiriyah, MI Salafiyah Syafi’iyah, Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyah, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah, SMK Khoiriyah Hasyim, Madrasatul Qur’an Putri, termasuk Panti Asuhan Al-Khoiriyah.
Sedangkan Nyai Abidah Maksum (bersama suaminya, KH Mahfudz Anwar) memimpin kembali Pondok Seblak tahun 1989 dan mendirikan Yayasan Rohmah. Sepuluh tahun kemudian (1999), KH. Mahfudz
Anwar wafat dan kepemimpinan Yayasan Rohmah dilanjutkan oleh istrinya, Nyai Abidah Ma’sum hingga wafatnya tahun 2007. Kepengasuhan dilanjutkan oleh Nyai Hamnah Mahfudz dengan nama Pondok Pesantren al-Mahfudz.
Hingga kini, Pondok Pesantren al-Mahfudz memayungi beberapa lembaga pendidikan, yaitu pondok putra-putri, SMA Islam Sunan Ampel, dan Ma’had Aly Al-Mahfudz.
Ma’had Aly al-Mahfudz
Untuk melestarikan dan mengembangkan ilmu falak, maka mulai tahun ajaran 2007-2008 Pondok Pesantren Al-Mahfudz mendirikan Ma’had Aly Al-Mahfudz, sebuah lembaga perguruan tinggi setingkat S-l jurusan falak (astronomi). Lulusan Ma’had Aly Al-Mahfudz diproyeksikan mampu mengisi posisi-posisi penting di lembaga pemerintahan, seperti Departemen Agama; lembaga kemasyarakatan seperti NU, Muhammadiyah, dll; sebagai pengajar astronomi di tingkat SMA/MA.
Kurikulum Ma’had Aly Al-Mahfudz merupakan perpaduan antara ilmu falak tradisional, jurusan Astronomi Fakultas MIPA ITB, dan Fakultas Syari’ah IAIN/UIN, dengan masa kuliah 8-14 semester untuk Strata 1 (S-l). Lulusannya mendapat gelar Sarjana Agama (S.Ag.). Ma’had Aly Al-Mahfudz diharapkan mampu menjadi pusat inovasi dan pengembangan ilmu falak, serta rujukan umat dalam memecahkan masalah-masalah falakiyah. ()

————————————————————————————————————————-

 dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Mubarok Yasin, A. dan Fathurrahman Karyadi. Profil Pesantren Tebuireng. Cetakan 1. Jombang, Pustaka Tebuireng: 2011. halaman 211-215

Comments


  • syukron, sangat bermanfaat informasi ini.
    Klau km mau berkomunikasi dg pondok seblak Ibu Nyai Hamnah….adakh no yg bs km hub…

Leave a Reply