Yayasan Hasyim Asy’ari, Tebuireng
Yayasan Hasyim Asy’ari merupakan induk organisasi yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Pondok Pesantren Tebuireng dan unit-unit pendidikan yang ada. Tanggung…
Yayasan Hasyim Asy’ari merupakan induk organisasi yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Pondok Pesantren Tebuireng dan unit-unit pendidikan yang ada. Tanggung jawab penyelenggaraan pondok pesantren tidak terbatas pada formalisasi bentuk fisik, akan tetapi secara menyeluruh dari bidang-bidang yang dibutuhkan oleh pondok pesantren.
Yayasan Hasyim Asy’ari memiliki badan hukum yang bersifat formal, melakukan upaya penggalian dana secara mandiri, tidak tergantung pada pihak lain baik swasta maupun pemerintah. Aggaran rumah tangga yayasan digerakan dengan sumber dana yang diambil dari sumbangan pendidikan siswa dan dari aset yang dimiliki (tanah waqaf dan bidang usaha).
Yayasan Hayim Asy’ari didirikan pada masa kepemimpinan KH Yusuf Hasyim (Pak Ud), atas usulan Nyai Choiriyah Hasyim (Seblak), putri tertua Kiai Hasyim Asy’ari. Beliau menyarankan agar didirikan sebuah badan hukum sebagai penanggungjawab kelancaran proses belajar-mengajar di lingkungan Pesantren Tebuireng.
Pak Ud merespon usulan tersebut dengan mengadakan konsultasi dan meminta masukan dari dzurriyah Bani Hasyim. Setelah mendapat persetujuan, lalu diadakan pertemuan dan dibentuk kepengurusan pertama. Komposisi pengurus Yayasan terdiri dari Ketua dan tiga Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara beserta wakil-wakilnya, ditambah anggota-anggota yang umumnya diisi oleh dzurriyah Bani Hasyim. Selain wajib mejalankan pekerjaan sehari-hari, mereka juga berhak menunjuk kepala sekolah atau pengurus di seluruh unit pendidikan di Tebuireng. Mereka juga bertugas membuat program, menentukan policy, serta menghitung anggaran belanja. Ketua Yayasan yang pertama adalah Pak Ud, dengan Wakil Ketua-I KH Syansuri Badawi, Wakil Ketua-II Hj. Djamilah Ma’shum, Wakil Ketua-III Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Sekretaris Drs. Lukman Hakim (Seblak).
Dalam salah satu alinea surat akta Yayasan, disebutkan bahwa: “Pendirian Yayasan ini tidak boleh mengurangi dan atau menghilangkan sistem pengajian sorogan dan wetonan” ala Pesantren Tebuireng.
Agar pembentukan Yayasan memiliki kekuatan hukum, maka pada hari Kamis, 28 April 1983, Pak Ud bersama Nyai Jamilah Ma’shum (Seblak) berangkat ke Surabaya untuk membuat surat akta pendirian Yayasan. Selain bertindak selaku pribadi, keduanya juga mewakili Nyai Choiriyah Hasyim dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berhalangan hadir. Keduanya menemui notaris Abdul Kohar yang beralamat di Jl. Embong Wungu No. 47B Surabaya.
Dalam perjalanannya, keberadaan Yayasan Hasyim Asy’ari tidak hanya memperlancar proses belajar-mengajar di Pesantren Tebuireng, melainkan juga membuka banyak lapangan kerja. Tanah-tanah milik pesantren dan aset-aset produktif lainnya dipekerjakan kepada masyarakat sekitar. Para guru, pekerja, dan abdi pesantren juga mendapat tunjangan bulanan dari Yayasan. Di sinilah peran sosial ekonomi Pesantren Tebuireng dapat diejawantahkan.
Tanggal 19 Maret 1990, Pengurus Yayasan Hasyim Asy’ari mengadakan rapat dan menyetujui diadakannya pembaharuan komposisi pengurus. Dalam struktur tersebut tencantum nama Pendiri, Penasehat, dan Pengawas, disamping nama-nama Pengurus Harian. Penambahan struktur kepengurusan ini merupakan upaya meningkatkan kinerja pengurus, serta menghargai jasa para pendiri dan sesepuh Bani Hasyim yang telah banyak membantu lancarnya proses belajar-mengajar di Pesantren Tebuireng. Akta kepengurusan yang baru didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jombang nomor 27/1990/YYS, dengan Notaris Bazron Human, SH.
Seperti telah disinggung di muka, pada awal kepengasuhan Gus Solah, Yayasan Hasyim Asy’ari melakukan pembaharuan pengurus dan restrukturisasi organisasi untuk ketiga kalinya. Struktur Yayasan terdiri dari Pembina, Pengawas, dan Pengurus Harian, yang banyak diisi oleh tenaga-tenaga muda, dr. Ali Faisal duduk sebagai ketua Yayasan, dengan Sekretaris Hj. Aisyah Muhammad.
Keberadaan tenaga-tenaga muda itu diharapkan mampu membawa Yayasan Hasyim Asy’ari menjadi lebih dinamis dan progresif. Berikut susunan lengkap pengurus Yayasan Hasyim Asy’ari yang diputuskan melalui rapat Dewan Pembina pada 24 Desember 2006:
Susunan Pengurus Yayasan Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang Jawa Timur
DEWAN PEMBINA
1. KH. Salahuddin Wahid
2. KH. Abdul Hamid Baidlowi
3. Mutia Farida Yusuf, SH.
4. Drs. H. Hasyim Karim
5. Prof. Dr. KH. Ali Musthofa Ya’qub, M.A.
6. Prof. Dr. H. Ridlwan Nashir, M.A.
7. Drs. H. Lukman Hakim (aim.)
DEWAN PENGAWAS
1. dr. Umar Wahid
2. H. Mahmad Baidlowi
3. H. M. Riza Yusuf
4. Prof. Dr. H. Ali Haidar
5. H. Abdullah Syarwani, S.H.
DEWAN PENGURUS
Ketua : Dr. H. Ali Faishal
Wakil Ketua I : Dr. Kayyisah Shabirin
Wakil Ketua II : Drs. H. M. Irfan Yusuf, M.Si.
Sekretaris Wakil : Hj. Aisyah Muhammad
Sekretaris : H. Cecep Natsir Karim
Bendahara Wakil : dr. Ninik Nafisah
Bendahara : Drs. H.M. Muhsin Kasmin, MA.
Mutu Pendidikan
Selain merevitalisasi Yayasan Hasyim Asy’ari, Gus Solah juga melakukan perubahan struktur dan sistem pendidikan di Tebuireng. Upaya memperbaiki mutu pendidikan dimulai dengan mengadakan pelatihan terhadap para guru oleh Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) dan Dosen-dosen dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Pemilihan kepala sekolah di semua unit pendidikan (SMP, MTs, MA, dan SMA) terlebih dahulu dilakukan melalui uji kelayakan (fit and proper test) [Tradisi pengangkatan kepala sekolah melalui fit and proper test, belum pernah dilakukan oleh pesantren manapun di Indonesia].
Mulai awal tahun 2007, kegiatan belajar di semua unit pendidikan diperpanjang dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 15.00, [full day school). Sistem ini diharapkan meningkatkan kualitas para peserta didik dan membangun karakter yang baik.
Sejak tahun 2008, kegiatan berbahasa Arab digalakkan melalui berbagai kegiatan, sebagai upaya menjadikan Bahasa Arab-Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Menurut rencana, semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan belajar-mengajar di Tebuireng, seperti santri, pengurus, satpam, pekerja, hingga penjaga toko, nantinya diharuskan berbicara dengan dua bahasa tersebut.
Sementara para pembina santri dilatih secara khusus agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pada pertengahan tahun 2007, diadakan Pelatihan Peningkatan Disiplin Pengurus dan Pembina. Kegiatan yang diselenggarakan bekerjasama dengan Polres Jombang ini dilaksanakan di aula Madrasah Aliyah 5-9 Juli 2007. Pesertanya adalah seluruh pengurus dan pembina Pondok Putra dan Putri. Materi yang disampaikan berkaitan dengan tata tertib dan undang-undang, seperti pengetahuan lalu lintas, peraturan undang-undang, UU Psikotropika, kenakalan remaja, hingga olah raga dan baris berbaris.
Tradisi pengangkatan kepala sekolah melalui fit and proper test, belum pernah dilakukan oleh pesantren manapun di Indonesia.
Jasa psikolog juga dimanfaatkan guna mengatasi kenakalan siswa dan santri., melalui pelatihan penanganan dan pengenalan psikologi siswa. Pelatihan ini bekerjasama dengan tim Fakultas Psikologi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Menurut rencana, sejak tahun 2008 Perpustakaan Pesantren Tebuireng akan melibatkan seorang pustakawan yang akan mengelola manajemen perpustakaan secara sistematis, sehingga diharapkan akan meningkatkan minat baca anak-didik secara terarah. Juga akan dibangun ruang perpustakaan di setiap unit sekolah, yang dilengkapi dengan peralatan dan buku-buku memadai. Ini merupakan upaya menunjang program wajib baca bagi para siswa/santri minimal satu buku setiap minggu, lalu membuat ringkasan isi buku yang dibacanya.
Sejak 6 September 2006, Pesantren Tebuireng secara resmi mendirikan sebuah perguruan tinggi baru bernama Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Lembaga perguruan tinggi setara S-l ini diharapkan mampu melahirkan sarjana-sarjana yang mumpuni dalam bidang keagamaan. Seluruh kegiatan perkuliahandilakukan dengan Bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar. Setiap tahun hanya diterima maksimal 30 mahasiswa yang dibebaskan dari SPP dan biaya gedung. Dalam jangka panjang, para alumni Ma’had Aly diharapkan dapat membantu kegiatan pengajian dan pembinaan di Tebuireng.
Pertengahan tahun 2008 didirikan Madrasah Muallimin, sebagai respon atas usulan para alumni untuk menghidupkan kembali tradisi kajian kitab kuning di Tebuireng. Madrasah Mu’allimin pernah berdiri pada era Kiai Karim. Pendirian kembali Madrasah Muallimin mendapat dukungan dari para ulama dan alumni sepuh. Mereka juga bersedia menjadi tenaga pengajar. Pada tahun pertama, jumlah siswanya 12 orang, 2 orang berasal dari Malaysia (lulusan S-l). Tahun kedua meningkat menjadi 50-an orang.
Perbaikan kegiatan pengajian bagi seluruh santri dilakukan secara klasikal melalui pendirian Madrasah Diniyah. Seluruh kegiatan belajar- mengajar di Madrasah Diniyah dilakukan pada malam hari, yakni selepas shalat maghrib hingga masuk waktu isya’. Kegiatan pengajian sorogan juga diintensifkan secara khusus bagi santri yang memenuhi syarat tertentu, melalui program takhassus (spesifikasi). Program ini dilaksanakan setelah salat isya’ hingga pukul 22.00.
PengferaLangfan Fisik
Secara fisik, hingga tahun 2007 kondisi bangunan yang ada di pondok induk sudah kurang layak lagi. Antara jumlah penghuni dan fasilitas yang tersedia rasionya kurang mencukupi. Sebagian santri menempati kamar-kamar ukuran 3×4 m yang dihuni sebanyak 7 orang atau lebih. Tidak ada tempat yang memadai untuk istirahat dan belajar.
Guna menunjang rencana peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Pesantren Tebuireng, maka sejak awal tahun 2007 dibuatlah skala prioritas terhadap rencana pengembangan fisik, dengan tujuan agar tahapan pengembangan fisik dapat dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan program-program non fisik.
Sejak pertengahan Desember 2006 M., proses pembangunan sudah dimulai. Gedung pertama yang selesai dibangun adalah Asrama Suryokusumo, sebuah asrama berlantai dua yang diresmikan pada tanggal 05 Agustus 2007 oleh Drs. H. Wisnu Hadi (donatur). Menyusul kemudian Asrama Hadji Kalla berlantai tiga yang diresmikan pada Ahad, 26 Oktober 2007 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kedua asrama ini terletak di sebelah barat kompleks makam Bani Hasyim.
Asrama ketiga yang selesai dibangun adalah Wisma Saifuddin Zuhri (3 lantai) dan keempat adalah Wisma Sholichah (3 lantai). Kedua asrama ini diresmikan pada Sabtu, 9 Agustus 2008. Sedangkan asrama
kelima adalah Wisma KH.M. Ilyas (3 lantai), sumbangan dari keluarga besar mantan menteri Agama KH. Muhammad Ilyas.
Semua asrama tersebut dilengkapi sarana berupa kamar mandi dan MCK, kamar khusus Pembina, ruang khusus belajar, almari pakaian, serta tempat tidur (dipan) bertingkat.
Selain renovasi asrama, juga dilakukan renovasi masjid. Masjid lama yang berada di tengah-tengah pesantren Tebuireng sudah tidak mampu lagi menampung jamaah (terutama jamaah salat Jumat). Para jamaah biasanya meluber hingga ke pintu gerbang. Jika hujan turun, hampir semua atap masjid bocor sehingga lantai masjid menjadi basah.
Peletakan batu pertama renovasi masjid dilakukan pada bulan Maret 2007. Renovasi ini tidak akan membongkar bangunan utama masjid, karena bangunan utama adalah hibah Kiai Hasyim Asy’ari yang tidak boleh dibongkar selama masih bisa dimanfaatkan. Renovasi hanya dilakukan pada perluasan serambi masjid dan penambahan lantai (menjadi dua lantai). Renovasi masjid selesai pada akhir 2008.
Sarana lain yang juga diperbaiki adalah ruang makan, dapur, dan fasilitas bagi para karyawan yang bekerja di dapur Jasa Boga. Untuk menu makanan sehari-hari santri, Koperasi Jasa Boga juga meningkatkan menunya sesuai dengan kebutuhan gizi santri.
Pada 9 April 2008, poliklinik yang dinamai “Pusat Kesehatan As-Salamah” diresmikan pengoprasiannya oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Poliklinik ini tidak hanya untuk santri, siswa, guru, dan karyawan Pesantren Tebuireng, akan tetapi juga untuk masyarakat umum. Lokasinya terletak di selatan unit SMA dengan penanggungjawab seorang dokter khusus. Dengan adanya klinik kesehatan ini, diharapkan pelayanan terhadap kesehatan santri dan siswa dapat ditingkatkan. Puskestren ini merupakan bentuk revitalisasi atas Unit Kesehatan Pesantren (UKP) yang sudah ada sejak dulu.
Pembangunan selanjutnya adalah renovasi kantor Yayasan Hasyim Asy’ari, perpustakaan, dan auditorium (aula), yang selama ini menjadi satu gedung berlantai dua. Gedung baru tersebut diberi nama Gedung KH M. Yusuf Hasyim, berlantai tiga yang ditempati ruang perpustakaan, ruang pertemuan, dan ruang perkantoran.
Relokasi Ma’had Aly dan pembangunan ruang Jasa Boga sudah dimulai pertengahan tahun 2011. Seluruh proses pembangunan fisik ditargetkan selesai dalam 5-7 tahun, terhitung sejak tahun 2007.
Hingga kini, kompleks pondok induk menempati area seluas kurang lebih 2,4 hektar, dilingkari tembok keliling setinggi 2,5 meter, dengan tiga pintu gerbang di sebelah barat, timur, dan utara. Pintu gerbang utama adalah pintu gerbang di sebelah timur. ()
————————————————————————————————————————-
dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Mubarok Yasin, A. dan Fathurrahman Karyadi. Profil Pesantren Tebuireng. Cetakan 1. Jombang, Pustaka Tebuireng: 2011. halaman