Friday, June 9, 2023
Semua Tentang Jawa Timur


Legenda Makam Sunan Drajat

Makam Sunan Drajat terletak di kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan tepatnya di desa Drajat jalur pantai utara masuk ke selatan kira-kira…


Makam Sunan Drajat terletak di kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan tepatnya di desa Drajat jalur pantai utara masuk ke selatan kira-kira 300 meter dari jalan raya Daendeles. Lokasi Makam Sunan Drajat berada diperbukitan yang tidak begitu tinggi, berbentuk Cungkup dari kayu jati berukir dan tempat paseban dilengkapi dengan gapura paduraksa, masjid, musium, lahan parkir, serta tempat-tempat penjualan sovenir. Makam Sunan Drajat ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai kota di Indonesia Tempat ini tidak pernah sepi, lebih-lebih jika pada hari libur dan hari Besar Islam. Meskipun Sunan Drajat sebagai salah satu Wali Songo dan dipercaya sebagai salah satu tokoh yang benar-benar nyata, tetapi rakyat setempat mempunyai cerita lisan yang cukup menarik untuk diungkapkan karena mempunyai fungsi penting dalam promosi wisata Cerita lisan yang akan dikutipkan berasal dari berbagai sumber misalnya dari informan pangkal, informan utama, maupun informan penunjang. Di samping itu cerita juga diambilkan dari catatan para informan yang sudah disimpan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah.
Sebelum menjadi Wali dan diangkat sebagai Sunan, Sunan Drajat bernama Raden Qosim, Raden Masih Maurat, Raden Syarifuddin, atau Raden Hasim, tetapi lebih dikenal dengan panggilan Raden Qosim. Raden Qosim putia Sunan Ampel dari perkawinannya dengan Retno Ayu Manila adik Tumenggung Wilwatikto putra Haryo Tejo Bupati Tuban diperkirakan lahir pada tahun 1445 M di Ampel Surabaya Ketika berusia 6 tahun Raden Qosim sudah pandai menulis dan membaca Al-Quran di bawah bimbingan ayahnya Setelah Raden Qosim menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Ampel, ia menunaikan ibadah haji ke Makkah sambil memperdalam ilmu agama Islam di Saudi Arab i a untuk bekal tambahan pengetahuan nantinya Sepuluh tahun kemudian Raden Qosim pulang ke tanah Jawa untuk melaksanakan tugas sucinya seperti yang dipesankan oleh ayahnya
Ketika Raden Qosim hendak meneruskan dakwalmya dan menumpang sebuah perahu nelayan yang mencari ikan di perairan Surabaya-Tuban, perahu yang ditumpangi itu menabrak karang hingga hancur. Pada saat itu muncullah seekor ikan hiu untuk menolongnya Raden Qosim disuruh menumpang di punggung hiu dan hiu itu mengantarnya sampai ke darat. Sampailah Raden Qosim di desa Jelag. Di tempat ini Raden Qosim mulai dakwah dengan membangun Musholla sebagai tempat ibadah dan sentral kegiatan dakwah Islamiyah. Para santri pengikutnya kemudian membuka daerah baru sebagai tempat pemukiman. Santri yang hadir tidak hanya dari tanah Jawa saja, tetapi juga dari sabrang antara lain dari Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Akhirnya desa Jelag ini terkenal sampai di luar Jawa selanjutnya kampung baru ini diberi nama Banjar karena yang berdatangan kebanyakan pedagang dari Banjarmasin. Kemudian kampung baru itu disebut kampung Banjar Anyar (1476 M).
Raden Qosim bersama 17 santrinya yang berasal dari Banjarmasin itu melanjutkan dakwahnya ke daerah lain. Selama dalam perjalanan dakwahnya Raden Qosim juga membuka daerah baru dan berhasil menaikkan martabat masyarakat, baik berupa ekonomi, derajat, maupun ilmu pengetahuan, akhirnya terbentuklah masyarakat yang bermartabat tinggi dari pada semula Untuk itu patutlah Raden Qosim dijuluki Mbah Drajai kemudian lebih terkenal dengan sebutan Sunan Drajat. Daerah pemukiman itu disebut Drajai sampai sekarang dan menjadi nama desa di wilayah kecamatan Paciran (1480 M). Setelah kewalian Raden Qosim di sahkan oleh para wali, maka Raden Qosim mengajukan izin pengesahan tempat padepokan, pesantren, dan masjid kepada penguasa Raja Demak pertama Raden Fatali. Raja Demak kemudian menghadiahkan tanah seluas 61 ha kepada Raden Qosim untuk kesejahteraan keluarga dan santrinya Raden Qosim beristrikan putri Adipati Kediri Smyo Adi logo yang bernama Refno Ayu Condro Sekai-. Dari perkawinannya dengan putri Kediri ini Raden Qosim dikainniai tiga orang putra yang masing-masing diberi nama Raden Azrif, Raden lshaq, dan Raden Shiddig
Di masa hidupnya Sunan Drajai terkenal sebagai salah seorang wali yang berjiwa sosial dan mempunyai rasa kesetiakawanan yang tinggi. Hal yang dilakukannya misalnya menyantuni anak yatim piatu, memberi makan kepada fakir miskin yang sengsara penghidupannya, memberi perlindungan bagi orang yang tidak berdaya Ajaran Sunan Drajat ini telah melekat pada masyarakat Lamongan yang terdiri dari empat ungkapan.
1. Menehono teken marang wong kang wulo.
2. Menehono mangan marang wong kang luwe.
3. Menehono ngiyup marang wong kang kodanan
4. Menehono busono marang wong kang mudo.

Jika dibahasaindonesiakan seperti berikut..
1. Berilah tongkat kepada orang yang buta.
2. Berilah makan kepada orang yang kelaparan.
3. Berilah berteduh kepada orang yang kehujanan.
4. Berilah pakaian kepada orang yang telanjang.

Ajaran Sunan Drajat semacam itu menipakan ajaran yang berkaitan dengan mata rantai kehidupan seseorang. Sebab pendidikan, penghidupan, tempat tinggal, dan pakaian adalah kebutuhan pokok bagi manusia. Raden Qosim juga menyarankan kepada para santrinya agar semua kehidupan ini dilandasi dengan ke Taqwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa dan ditandaskan pula setiap manusia agar menjaga perut karena perut merupakan unsur badaniyah yang menjadikan pikiran bersih dan jernih. Metode dakwah Sunan Drajat melalui pendekatan kepada masyarakat misalnya dengan menanamkan rasa disiplin, rasa persaudaraan, rasa kekeluargaan, dan juga rasa saling menghargai terhadap sesama sehingga dalam mengambil keputusan dapat dengan jalan kebijaksanaan. Ajaran Raden Qosim tentang kebijaksanaan dalam mengambil keputusan seperti yang digariskan dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi sebagai berikut. Suruhlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah kebijaksanaan dan nasehat yang baik dan bertukar pikiranlah dengan cara yang baik, sesungguhnya Allah lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalannya dan Dia lali yang Maha mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk.
Dengan kalimat pembukaan mengajak ke jalan Allah hikmahnya akan mendapat petunjuk yang baik bagi rokhani maupun jasmani. Mengajak ke jalan Allah juga merupakan pegangan hidup yang mantap dan kokoh sehingga tidak terjerumus ke dalam kesesalan dan kekerasan yang berunsur negatif Nasehat yang baik merupakan etika dalam budaya dan pergaulan yang beradab serta tukar pikiran merupakan kecenderungan untuk mengambil jalan tengah yang seadil-adilnya agar tidak merugikan orang lain. Berdasarkan ayat itu pula Sunan Drajat mengembangkan Islam tidak dengan jalan kekerasan melainkan dengan tutur kata yang sopan, ramal) tam ah sehingga dengan mudah dapat memberikan pengertian kepada pengikutnya. Rasa toleransi dan menghormati antar sesama umat sangat dijaga sehingga banyak umat Hindu dan Budha yang masuk agama Islam.
Di lain pihak. Sunan Drajat juga sebagai seorang seniman, maka dibuatlah seperangkat gamelan yang terdiri dari bonang, gender, saron, peking, dan gambang. Sunan Drajat juga mencipta gending pangkur sebagai sabagai satu alat untuk memberikan penerangan serta ajaran-ajaran Islam. Dengan gending itu pula dibawakan ayat-ayat suci Al-Quran serta Sunnah Rosul sehingga Islam diterima oleh pengikutnya dengan aman dan damai. Kini peninggalan seperangkat gamelan yang bernama Singomengkok itu disimpan di musium Sunan Drajat di kompleks pemakaman Sunan Drajat. (Informan R. Subaktiaji)

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:
Dra. Purwantini, M.Hum. [dkk], Penelitian: Folklor Rakyat: Sarana Penyebarluasan Tempat-Tempat Wisata Kabupaten Lamongan: Lembaga penelitian Universitas Airlangga 2001. hlm. 20-24 (CLp-D13/2002-232)

%d blogger menyukai ini: