Bubak Temanten
Upacara Bubak Temanten adalah suatu bentuk upacara yang dilaksanakan oleh seseorang pada saat mantu putra sulung, di daerah Kabupaten Blitar,…
Upacara Bubak Temanten adalah suatu bentuk upacara yang dilaksanakan oleh seseorang pada saat mantu putra sulung, di daerah Kabupaten Blitar, masih banyakorang melaksanakan upacara Bubak Temanten.
Upacara daerah Bubak Temanten sudah sejak zaman dulu dilaksanakan dan sampai sekarang masih berjalan, konon budaya ini telah ada sejak tahun 1875, meskibudaya ini tampaknya ada gejala tersisih dan terdesak oleh budaya modern yang lebih menarik dan lebih singkat serta mudah dilaksanakannya, namun demikian masih banyak yang melakukan.
Diangkatnya upacara Bubak Temanten dalam festival Upacara Adat Daerah dikandung maksud agar bisa diterima oleh generasi muda dan direstui oleh pejabat yang berwenang yang akhirnya upacara adat daerah Bubak Temanten ini bisa berkembang dan lestari.
Peralatan atau sesaji terdiri atas kemarang, berisi pisang raja setangkep, gula kelapa setangkep, kelapa satu butir, ayam yang masih kecil, cok bakal„ kinarigan, tikar yang masih baru dan dilapisi kain/mori putih, kendhil/klenthing sebanyak tiga buah, kendhil pertama berisi: beras ketan, beras merah, dan dua butir telur; kendhil kedua berisi: buah-buahan dan kue; kendhil ketiga berisi: kelapa muda berisi santan, dan kembar mayang.
Kendhil/klenthing adalah lambang dari cupu manik astagina. Cupu manik astagina merupakan tempat untuk menyimpan titipan wiji banyu suci purwitasari dari seorang laki-laki kepada istrinya, hal ini yang nanti akan dipergunakan untuk dialog antara ayah dan ibu calon temanten.
Ketan dan beras merah melambangkan rezeki dan berkah, dengan telah dilaksanakannya bubakan diharapkan rezeki dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa bisa lancar, baik rezeki untuk orang tua calon temanten maupun rezeki calon temanten, sedangkan kelapa muda yang diisi santan sebagai gambaran air susu.
Jadi pada acara bubak temanten ada seorang putra menyerahkan kelapa muda kepada ibu, dengan maksud sebagai persembahan seorang putra yang sudah dewasa kepada ibunya, mengingat bahwa pada masa anak-anak disusui oleh ibunya. Telur melambangkan bahwa manusia berasal dari benda yang berwarna merah dan putih
Soetrisno R., Ensiklopedia Seni Budaya Jawa timur; Pendekatan Kajian Budaya,Surabaya Intelektual Club(SIC), Surabaya, 2008, hlm. 73-74