Saturday, January 18, 2025
Semua Tentang Jawa Timur


PENGANTIN JADUR, KABUPATEN GRESIK

Desa Lumpur adalah salah satu desa yang terletak di daerah pesisir utara kota Gresik. Konon menurut cerita desa ini berasal…

By Pusaka Jawatimuran , in Gresik Seni Budaya Th. 2008 , at 11/01/2014

Desa Lumpur adalah salah satu desa yang terletak di daerah pesisir utara kota Gresik. Konon menurut cerita desa ini berasal dari tepian pantai yang berlumpur dan mengendap. Karena perubahan alam dan kebutuhan penduduk maka tepian pantai tersebut menjadi suatu pemukiman yang dinamakan Desa Lumpur.
Berdasarkan letaknya di tepi pantai maka mata pencaharian penduduknya mayoritas sebagai nelayan, walaupun ada sebagian kecil dari mereka berdagang. Agama yang dianutnya adalah Islam, namun demikian mereka tetap memegang teguh adat istiadat yang ada.
Ucapan para sesepuh selalu menjadi panutan dalam kehidupannya, sehingga timbul perasaan takut bila melanggar kebiasaan-kebiasaan yang berlaku atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah ditentukan oleh sesepuhnya. Misalnya, bila seseorang hendak mempunyai hajat, baik pengantin maupun khitan, diwajibkan nyekar dan berziarah para sesepuhnya, di antaranya ke makam Mbah Abdullah Sindujoyo.
Beliau seorang ulama yang dulunya pernah tinggal di sekitar Lumpur dan Kroman. Dari segala ucapan dan perilakunya sudah menjadi panutan penduduk sekitarnya. Bila suatu saat mereka lupa atau melanggar kebiasaan-kebiasaan ini, akan teijadi suatu bencana atau gangguan bagi mereka yang melaksanakan hajat tersebut.
Salah satu adat yang ada di daerah Lumpur adalah pelaksanaan adat pengantin yang lebih dikenal dengan nama Penganten Jadur Gresik. Adat pengantin ini sudah ada sejak abad XIX, sedangkan istilahnya diambil dari alat bunyi kelompok pencak silat yang ikut mengiringi kirab pengantin. Adapun kelompok pencak silat tersebut, meliputi:
 penabuh jidor,
 penabuh gendang,
 pesilat dengan dandanan gondoruwo, macan dan kera.

Petugas pembawa jodhang berangkat menuju ke rumah orang tua mempelai wanita untuk memberitahu akan kehadiran calon mempelai pria. Petugas pembawa jodhang berkata, “Bu, ngaturaken salame saking keluarga kemanten jaler, mbenjing kemanten jaler ndugi mriki”.
Sebelum pengantin pria berangkat dari rumahnya, segala perlengkapan untuk acara kirab pengantin harus disiapkan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Urut-urutan upacara adat pengantin ini diawali pengantin lelaki keluar dari rumahnya. Kemudian pengantin lelaki dikirab keliling kampung dan balai-balai (tempat peristirahatan para nelayan), iring – iringgan terdiri dari:
 pembawa obor (paling depan) sebagai penerang dan penunjuk jalan di waktu malam hari,
 kelompok pencak silat,
 pembawa lamaran,
 pembawa kembar mayang,
 pengantin lelaki didampingi kedua orang tuanya,
 pembawa paying,
 barisan yang terakhir adalah kelompok hadrah.
Setelah pengantin pria dirias, diantar ke orang tuanya untuk sungkem, memohon doa restu agar selamat dalam menempuh hidup berumah tangga. Pada saat pengantin pria sungkem kepada ibunya, ibunya berkata,
“Takdongakna nak, nyandhunga cepaka sak wakul, ojok repot-repot Lan ojok golek-golek duraka, demurusa sampek tuwa, sampeka nini-nini Ian kakek-kakek.”
Kemudian kedua orang tuanya mengantar pengantin pria ke depan rumah dan salah seorang sesepuh dari para pengiring mengucap,
“Kanca-kanca kemantene arepe berangkat, ayo,.. ayo,… surak,… surak,…!”
Dijawab serentak oleh para pengiring,
“Hooorrreee”
Dilanjutkan irama kelompok hadrah diawali,
“Allahummah Sholiala Muhammad!” (dari salah seorang pimpinan hadrah),
kemudian dijawab serentak oleh para pengiring:
“Allahumma Sholialaih…. “sampai lagu hadrah selesai.

Jalannya Kirab

Upacara Pengantin Jadur, dilaksanakan acara prosesi (kirab) calon pengantin pria menuju ke rumah calon mempelai wanita diiringi hadrah. Biasanya jika pengantin pria sampai di perempatan jalan lalu berhenti. Di sinilah kelompok pencak silat yang mengikuti acara kirab mengadakan demontrasi. Setelah sejenak mengadakan demontrasi, acara prosesi dilanjutkan hingga sampai di depan rumah calon pengantin wanita.
Pengiring berhenti sejenak kemudian serah terima kembar mayang dan seperangkat lamaran dan kedua orang tua calon pengantin saling bertemu dan berjabat tangan dengan maksud sebagai tanda penerimaan calon pengantin pria ke hadapan keluarga calon mempelai wanita. Kemudian orang tua calon pengantin pria menghantar calon pengantin pria ke hadapan orang tua calon pengantin wanita untuk sembah sungkem.
Dilanjutkan seorang perias mempertemukan kedua pengantin sambil berdoa, setelah itu keduanya menuju ke kamar (bilik) untuk menyerahkan mas kawin dari pengantin pria kepada pengantin wanita. Perias mengantar kedua mempelai ke hadapan orang tua pengantin pria, pengantin wanita sembah sungkem ke orang tua pengantin pria tersebut.
Dilanjutkan kedua pengantin diantar duduk ke pelaminan. Selanjutnya orang tua pengantin pria berpamitan ke orang tua pengantin wanita untuk kembali bersama pengiringnya. Seorang perias mengantar kedua pengantin dari pelaminan ke kamarnya disusul kedua orang tua dan kerabatnya.

Soetrisno R., Ensiklopedia Seni Budaya Jawa timur; Pendekatan Kajian Budaya,Surabaya Intelektual Club(SIC), Surabaya, 2008, hlm 245/368../533..