Berakhirnya Pemerintahan Jokotole (tahun 1460).
Berakhirnya Pemerintahan Jokotole (tahun 1460). Pada akhirnya diceriterakan bahwa Jokotole (Secoadiningrat III) memegang pimpinan pemerintahan di Sumenep sampai berumur lanjut…
Berakhirnya Pemerintahan Jokotole (tahun 1460).
Pada akhirnya diceriterakan bahwa Jokotole (Secoadiningrat III) memegang pimpinan pemerintahan di Sumenep sampai berumur lanjut dengan sangat memuaskan bagi semua lapisan masyarakat. Pada suatu waktu datanglah utusan dari Bali dengan menaiki sebuah kapal dan membawa surat, bahwa putera mahkota Bali akan datang berkunjung ke Sumenep, kedatangan mereka disambut dengan baik oleh raja Sumenep. Tetapi sesampainya diistana, entah sebab apa, mereka tiba – tiba mengamuk sehingga banyak orang – orang yang mati terbunuh atau luka – luka. Juga Jokotole mendapat luka – luka. Ia lalu dibawa lari dengan dipikul memakai tandu menuju kekeraton lama di Banasareh. Diperjalanan Jokotole meninggal dunia. Ditempat, dimana ia meninggal dunia, sukar sekali dicari air untuk memandikan jenazah. Karena itu Raden Ario Begonondo (putera Djokotole) menancapkan tongkat ibunya yang dipakai di Socah, dan keluarlah air dari tanah.
Tempat itu lalu disebut desa Sa-asa, jang artinja tempat untuk mencuci.
Jokotole lalu dikuburkan didesa Landjuk berbatasan dengan Sa-asa, sekarang termasuk kecamatan Manding. Adik dari Jokotole, Jokowedi mendengar adanja pertempuran dengan orang – orang Bali di Sumenep. Ia segera datang untuk membantunya. Setelah orang – orang Bali melihat Jokowedi, dikiranya Jokotole dapat hidup kembali, karena wajah Jokowedi mirip sekali dengan wajah kakaknya. Dengan demikian orang – orang Bali ketakutan dan lari tunggang langgang kekapalnja. Ceritera kehidupan dan perjuangan Jokotole banyak mengandung legenda.
Sampai dimanakah batas – batas kebenarannya, jika ditinjau dari segi sejarah, kami tidak berani menentukan, karena persoalan ini masih raemerlukan penyelidikan yang lebih mendalam. Kami telah mengadakan peninjauan ke „ kuburan nyamplong “, dimana Adipoday dimakamkan, demikian pula kekuburan Jokotole, tetapi kedua tempat yang dianggap keramat oleh rakyat itu, tidak menunjukkan bentuk kuburan zaman Jokotole. Kemungkinan besar bentuk kuburan yang lama telah diganti sama sekali dengan bentuk kuburan zaman sekarang.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jaw timuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Drs. ABDURACHMAN: SEDJARAH MADURA SELAJANG PANDANG ; MELIPUTI KABUPATEN : SUMENEP, PAMEKASAN, SAMPANG, BANGKALAN, cet. II, aumatic the sun smp,Sumenep 1971, hlm. 31-33
Comments
Mas/Mbak admin. Terima kasih atas info bermfaatnya terkait sejarah Madura secara umum. Sekalian mau tanya, ada buku atau informasi tentang babat tanah Madura tidak? Kalau ada tolong di shar. Mator sakalangkong 🙂
Maaf kami belum bisa shar semuanya, yang ada pada kami babad sampang dan sumenep, dapat langsung dibaca di Perpustakaan Prov jatim, Jl. Menur Pumpungan 32 Surabaya…
terus cerita lanjutnya seperti apa? masak tidak ada pembalasan dari pihak semenep?
Di desa Dapinda juga ada yg di sebut Gung Wali yg bernama Ke Safi’i tempatnya di kampung Kalang-langgar berbatasan dgn Kampung Jabbau, dan Ke Safi’i ini yg pernah memotong Telinga Raja Bali,,, apa Certa ini ada jg Bukunya…?