Tuesday, October 15, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Adipoday dipulau Sepudi.

Adipoday (ayah dari Jokotole) menjumpai Puteri Kuning (Ibu Jokotole) di Sumenep untuk diajak ke Sepudi. Waktu itu di Sepudi diperintah…

By Pusaka Jawatimuran , in Madura Sumenep Th. 1971 , at 26/12/2013 Tag: , , , , , , , , ,

Adipoday (ayah dari Jokotole) menjumpai Puteri Kuning (Ibu Jokotole) di Sumenep untuk diajak ke Sepudi. Waktu itu di Sepudi diperintah kakek dari Jokotole ialah Panembahan Blingi (Wlingi). Setelah beliau meninggal dunia, Adipoday menggantikan ayahnya dengan bergelar Penembahan Wiroakromo, menjalankan pemerintahan disemua kepulauan disekitar Sepudi. Panembahan ini terkenal sudah memeluk agama Islam, siang dan malam suka memegang tasbeh da­ri buah pohon nyamplong. Karena itu banyaklah orang dianjurkan menanam pohon nyamplong tersebut. Keraton yang ia tempati, disebut orang desa Nyamplong.

Adipoday juga meninggal ditempat itu dan kuburannya disebut Asta Njamplong, jang hingga sekarang masih juga banyak dikunjungi orang untuk berziarah.

Diceriterakannya bahwa Adipoday. memang menjalankan pemerintahan sangat bijaksana dan apa yang mendjadi cita -citanja dapat direalisir dengan baik. Pohon nyamplong yang dianjurkan untuk ditanam ternyata kayunya sangat baik untuk didjadikan alat- alat perahu. Pulau Sepudi sejak dahulu terkenal pula dengan sapinya. Sapi kerapan yang dilombakan di Madura, yang menang pada umumnya berasal dari Sepudi. Setiap tahun pulau Sepudi mengeluarkan sapi begitu banyak, yang kelihatannya ti­dak seimbang dengan keadaan dan luasnya pulau tersebut. Menurut kepercayaan orang, keadaan demikian itu disebabkan karena cara – cara Adipodaj memelihara ternak itu tetap tertanam dalam hati sanubari rakjat dan rakjat tidak berani merobahnya. Petunjuk- Petunjuk Adipoday da­lam pemeliharaan ternak dan pertanian dianggap mempunyai kekuatan magis untuk diikutinya. Pelanggaran dianggap akan menimbulkan bahaya. Juga menjadi kebiasaan rakyat Sepudi, jika ada wabah penyakit menyerang penduduk disana, mereka mengeluarkan alat – alat peninggalan Adipoday (Tjalo’, kodi dsb.nja) untuk diarak, guna menolak adanja wabah penjakit tersebut.

Keadaan pulau Kangean.

Pulau lain jang perlu disebut disini ialah pulau Kangean. Pulau ini juga sudah terkenal sedjak zaman Madjapahit. Prapanca dalam kitabnya Nagara-Kertagama menulis sebagai berikut :

Sjair 15 (2).

Kunang tekang nusa Madhura tanami lwir parapuri ir denjan tunggal mwang Yamadharani rakwekana dengu………………………

Sjair 14 (5). Ingkang sakasanusa Makasar Butun Bangawi Kuni Ggaliyao mwang i (ing) Salaya Sumba Solot muar………………………

Djadi pulau Sepudi pada zaman Madjapahit disebut Ggaliyao. Dipulau ini pada zaman itu sudah ditempatkan seorang Adipati. Semula pu­lau tersebut adalah tempat pembuangan orang – orang jang mendapat hukuman berat dari raja. Tetapi karena tanahnja subur (sawah, ladang) dan banyaknya penghasilan yang didapat dari lautan (ikan, akar bahar dsb. nya) beserta hasil hutannya, maka lambat laun pulau itu menjadi pusat perdagangan dan banyak orang- orang dari Sumenep dan dari daerah lain yang menetap di Kangean.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

Dinukil oleh Tim Pustaka Jaw timuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Drs. ABDURACHMAN: SEDJARAH MADURA SELAJANG PANDANG ; MELIPUTI KABUPATEN : SUMENEP, PAMEKASAN, SAMPANG, BANGKALAN, cet. II, aumatic the sun smp,Sumenep 1971, hlm. 12-13