Sedekah Bumi Dusun Mlanggeng, Kabupaten Lamongan
Sedekah Bumi Dusun Mlanggeng, Warga Sehari Semalam Kaum Lelaki “Puasa” Bekerja Adat sedekah bumi sekaligus menghormati dua pasangan suami istri,…
Sedekah Bumi Dusun Mlanggeng, Warga Sehari Semalam Kaum Lelaki “Puasa” Bekerja
Adat sedekah bumi sekaligus menghormati dua pasangan suami istri, Buyut Peti dan Kenanga mengharuskan kaum lelaki ivarga Dusun Mlanggeng meliburkan diri segala aktivitasnya pekerjaannya selama sehari semalam. Adat ini sudah puluhan tahuh dipertahankan masyarakat Desa Gedongboyountung, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan.
SETAHUN sekali setiap usai panen, tepat hari Jumat Kliwon mereka ‘mewajibkan’ diri melakukan sedekah bumi di makam Buyut Peti dan istrinya, Kenanga. Sejak malam Jumat Kliwon hingga siang hari, kaum lelaki harus meninggalkan pekerjaannya dan fokus di acara sedekah bumi atau nyadran di pepunden (makam) leluhur dusun.
Acara digelar sejak malam hari, diawali dengan banjari, tahlilan, yasinan, dan pengajian. Keesokan harinya dilanjutkan menyembelih kambing hasil patungan warga dan dimasak sayur gulai. “Sejak malam sampai Jumat siang, bapak-bapak libur bekerja dan semuanya kegiatan untuk acara sedekah bumi di makam Buyut Peti,” ungkap Kepala Dusun Mlanggeng, H Muhammad Nur.
Semua jenis pekerjaan yang berkaitan dengan acara sedekah bumi itu, dilakukan kaum lelaki. Dari memasak di dapur hingga membagi makanan hanya boleh dilakukan kaum lelaki. Sementara perempuan yang biasa di dapur, hari itu seperti dimanja. Mereka boleh mengambil makanan sepuasnya.
Tidak jelas, mengapa harus kaum lelaki yang mengerjakan urusan yang biasanya ditarigani kaum ibu itul Namun begitulah tradisi yang telah berlangsung puluhan tahun di Mlanggeng tersebut. Maka janganlah heran jika melihat para lelaki yang biasanya terlihat perkasa di tengah sawah, kemarin terlihat gemulai mengaduk gulai di atas tungku.
Muhammad Nur menambahkan, sedekah bumi di kampungnya sekaligus untuk menghormati dua leluhur sebagai orang yang mendirikan Dusun Mlanggeng. “Buyut Peti dan Kenangan adalah orang pertama dan cikal bakal berdirinya Dusun Mlanggeng. Jadi harus kami hormati dengan peringatan setiap tahun,” ungkapnya.
Tetapi tujuan utamanya adalah sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rezeki melalui panen yang memberi warga penghidupan. Tak lupa berharap agar pada tahun selanjutnya Tuhan memberikan rezeki lebih banyak lagi kepada warga dusun yang sebagian besar berma- tapencaharian sebagai petani.
Ritual ini tidak hanya dilaksanakan oleh warga Mlanggeng, tetapi juga mereka yang merasa keturunan Mlanggeng dan kini telah tinggal di luar daerah. Mereka akan datang ikut melaksanakan sedekah bumi. Usai acara tahlil pada malam hari, dilanjutkan dengan acara tasyakuran yang dimulai Jumat (28/9) pukul 10.20.
Diteruskan dengan pembagian makanan dan jajan pasar yang dibawa warga. Acara itu pun dilaksanakan secara seremonial yang dihadiri kepala desa, dan sesepuh desa. Pembagian makanan juga hanya melibatkan kaum lelaki. Di bawah tenda dan pohon besar di makam Buyut Peti, makanan itu dibagi secara unik.
Warga saling tukar menukar makanan yang dibawa. “Acara sedekah bumi ini dilaksanakan setiap usai masa panen setahun sekali, tepat hari Jumat Kliwon. Ini memang adat yang dipercayai warga dan harus dipertahankan. Hitung-hitung juga untuk syukuran,” tambah Muhammad Nur. (hanif manshuri)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: MOH ISTIKROMUL UMAMIK : SURYA, Rabu-25 September 2013, hlm. 13