Sunday, December 8, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Kanjeng Sepuh Sedayu

Umar bin  Khatab asal Sedayu   Tokoh lain yang juga tak kalah berperan dalam perkembangan Islam di wilayah Gresik adalah…


Umar bin  Khatab asal Sedayu

 

Masjid Knjeng Sepuh Sedayu.Tokoh lain yang juga tak kalah berperan dalam perkembangan Islam di wilayah Gresik adalah Kanjeng Sepuh Sedayu. Namanya mungkin masih asing bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Namun bagi warga Kabupaten Gresik di Jawa Timur, tokoh yang satu ini bukanlah orang sembarangan. Dia begitu dihormati oleh semua kalangan. Baik dari kalangan pejabat sampai rakyat jelata.

Selain dikenal sebagai seorang wali yang kerap mengajarkan ajaran-ajaran kebajikan, semua tentu tak lepas dari keberaniannya dalam menentang penjajah Belanda di zaman perjuangan. Dia sangat menentang kebijakan diskriminasi atau pengelompokan ma­syarakat berdasarkan kelas dan golongan yang dilakukan Belanda. Sebab dalam pandangannya, semua manusia itu sama. Yang mem- bedakan di hadapan Tuhan hanyalah amal dan ketaqwaannya.

Kanjeng Sepuh Sedayu juga menentang pengenaan pajak yang begitu tinggi yang diberlakukan Belanda. Hal ini membuat Belanda sangat marah, hingga menempatkan Kanjeng Sepuh Sedayu atau yang bergelar Kyai Panembahan Haryo Soeryo Diningrat sebagai salah satu musuh besar pemerintah kolonial. Sebab apa yang di­lakukan oleh Kanjeng Sepuh Sedayu jelas-jelas merugikan pemerin­tah kolonial Belanda.

Kanjeng Sepuh Sedayu sendiri adalah bupati dari Kabupaten Sedayu yang kini sudah dihapuskan. Sejak berdiri pada 1675, Kabupaten Sedayu dipimpin oleh sedikitnya sepuluh bupati. Bupati yang paling dikenal adalah Kanjeng Sepuh Sedayu, yang merupakan bupati ke-8.

Kanjeng Sepuh Sedayu - CopyKabupaten Sedayu sendiri posisinya berada sekitar 20 km di sebelah barat Kota Gresik. Di tempat ini sisa-sisa peninggalan kabu­paten berupa alun-alun masih bisa dilihat dengan jelas. Tak hanya itu, beberapa situs sisa-sisa bangunan kabupaten juga masih tersisa meski sudah nyaris tak berbentuk, karena tidak dirawat.

Pada 1910, kabupaten ini oleh Pemerintah Belanda diintegrasikan ke Kabupaten Jombang. Namun setelah proklamasi, akhirnya wilayahnya dimasukkan dalam wilayah Kabupaten Gresik.

Dan kecjekatan Kanjeng Sepuh Sedayu dengan rakyatnya bisa dikatakan sangat istimewa. Hampir tiap kali dia melakukan per- jalanan untuk menilik desa- desa di sekitarnya, sambutan yang mengelu-elukan dirinya datang silih berganti. “Kanjeng Sepuh Sedayu tahu bagaimana cara untuk bisa menentramkan rakyat. Karena itu dia begitu disanjung dan dipuji,” kata Mazumi, salah seorang pengurus Masjid Kanjeng Sepuh Sedayu yang berada satu komplek dengan makam sang tokoh, kepada LIBERTY.

Hubungan itu semakin erat manakala Kanjeng Sepuh Sedayu sering dipergoki mela­kukan perjalanan sendiri di malam hari untuk menemui rakyatnya. Rupanya dia ingin

meniru apa yang dilakukan oleh salah seorang anggota Khullafatur Rosyidin yaitu Umar bin Khatab. Yang selalu berusaha menegakkan keadilan di tengatvtengah rakyatnya, dengan langsung turun sendiri guna mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.

Demikian pula dengan Kanjeng Sepuh Sedayu yang juga senantiasa memberikan sumbangan kepada rakyatnya yang saat itu dilihatnya tengah mengalami penderitaan. Makanya begitu terjadi perang melawan penjajah, rakyat Sedayu dengan gagah berani maju melindungi pemimpinnya itu.

Kini makamnya tetap terawat dengan baik. Tiap tahun selalu diadakan acara haul untuk memperingati hari meninggalnya sang tokoh. Dan di tiap acara haul tersebut, ribuan warga masyarakat di sekitar Kecamatan Sedayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur tumpah ruah memenuhi halaman Masjid Kanjeng Sepuh Sedayu.

Selain ingin memberikan penghormatan di tengah iringan doa yang dipanjatkan, para warga ini meyakini bahwa Kanjeng Sepuh Sedayu adala seorang wali yang memiliki karomah. Dan karomah inilah yang menjadi rebutan para warga yang hadir. Efek dari karom­ah sang tokoh yang didapatkan, dipercaya mampu membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Hal ini karena konon waktu itu setiap orang yang bisa bertemu dan bersalaman dengan Kanjeng Sepuh Sedayu, maka kehidupannya akan menjadi lebih baik. 

Dan agaknya keyakinan itu masih tetap dipegang teguh oleh masyarakat. Hingga pada puncak acara haul, mereka akan berebut untuk masuk ke dalam komplek makam. Dengan bisa berdoa sedekat mungkin dengan makam sang tokoh, maka apa yang diharapkan tersebut akan terlaksana. 9KL@-6 

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: LIBERTY, EDISI 2316, 11-20 September 2007, hlm. 10