Friday, December 8, 2023
Semua Tentang Jawa Timur


Eyang Kumitir penguasa gaib Gunung Kelud, Kabupaten Blitar

Eyang Kumitir adalah penguasa gaib Gunung Kelud yang diyakini masyarakat Kabupaten Blitar, khususnya yang beribadah di Pura Dharma Bhakti yang…


Arsip kelud-.Eyang Kumitir adalah penguasa gaib Gunung Kelud yang diyakini masyarakat Kabupaten Blitar, khususnya yang beribadah di Pura Dharma Bhakti yang berada di Desa Selorok, Kecamatan Gerung. Mereka banyak yang mempercayai jika Gunung Kelud dijaga oleh arwah Eyang Kumitir sebagai mahkluk tak kasat mata, yang mbaurekso di Gunung Kelud.

Konon, Eyang Kumitir dipercaya sebagai pendiri pura sekaligus pembabat alas wilayah ini. Di akhir hidupnya ia memutuskan bertapa di puncak Kelud hingga jasadnya muksa atau menghilang karena kesempurnaan ilmu yang dimiliki dan dijalaninya.

Meski demikian, masyarakat percaya bila Kelud akan meletus, Eyang Kumitir akan datang ke pura dan menampakkan diri dalam wujud kakek tua berambut dan berjenggot putih serta berjubah untuk untuk mengingatkan warga akan bahaya serta menyuruh warga memasang janur (daun kelapa muda) di pintu rumahnya masing-masing sebagai penolak bala.

Pada aktivitas Kelud November 2007 silam, berbeda dengan masyarakat lain yang kebingungan, masyarakat di sini terkesan tenang-tenang saja karena yakin bahwa Kelud tak akan meletus. Keyakinan ini muncul karena Eyang Kumitir belum memberi petunjuk bahwa Kelud akan meletus pada waktu itu.

Tentang perebutan kepemilikan Gunung Kelud, masyarakat juga menyakini bahwa Eyang Kumitir suatu saat akan muncul untuk memberi semacam petunjuk ten­tang siapa yang lebih berhak atas status. Dengan bukti-bukti kenyataan yang ada, harus diakui bahwa sejarah dan budaya yang lahir dan berkembang di Kabupaten Blitar sangat dipengaruhi oleh keberadaan Gunung Kelud yang berdiri tegak memayungi dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Pengaruh keberadan Gunung Kelud juga dapat ditemui pada berbagai kesenian pertunjukan rakyat yang memiliki ciri khas tertentu sehingga membedakan dengan kesenian dengan kesenian serupa yang ada di daerah-daerah lain. Ciri khas tersebut adalah dimasukkannya unsur magis ke dalam sebuah pertunjukan sehingga salah satu atau beberapa orang mengalami trance atau kesurupan.

Seni pertunjukan perta- ma yang lazim digelar masyarakat Blitar pada zaman dulu adalah tarian Kethek Ogleng atau Kera Gila yang menceritakan ten­tang Pani Putro yang tengah berwujud kera yang sedang kasmaran dengan seorang putri raja bernama Rara Tompe.

Pertunjukan ini sebenarnya lebih dikenal sebagai kesenian khas Kabupaten Pacitan tetapi dikenal juga hingga ke Blitar, Kediri, Malang, Jombang, Solo dan Jogjakarta. Saat pertun- jukkan berlangsung, pemain yang berperan sebagai kethek atau kera akan men­galami kesurupan dan terkadang juga diikuti beberapa pemain lain dan seringkali juga penonton.

Pada zaman dulu, saat Gunung Kelud mengalami kenaikan aktivitas dan diprediksi akan meletus, masyarakat Blitar yang ting- gal di lereng-lereng Kelud, baik secara pribadi maupun secara kelompok akan menyewa para seniman ini untuk menggelar pertun- jukakn ini, karena konon para danyang yang menguasai Kelud menyukai pertunjukkan ini sehingga mereka tak lagi menggerakkan perut Kelud untuk dimuntahkan sehingga letusan Kelud dapat dicegah.

Setidaknya, meski Kelud meletus, jiwa raga beserta segenap harta benda yang mereka miliki akan terhindar dari semburan material letusan yang berupa abu, pasir , kerikil dan batu serta lahar, baik panas maupun lahar dingin.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil  Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : LIBERTY , 11 -20 APRIL 2012

%d blogger menyukai ini: