Sunday, September 8, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Pakaian Tradisi Adat Madura, Kabupaten Bangkalan

Pakaian Sehari-hari anak laki – laki  Rakyat biasa, nama pakaian bagian atas Baju Pesa’an, bagian bawah Celana gomboran (dahulu), serta…


Pakaian Sehari-hari anak laki – laki  Rakyat biasa, nama pakaian bagian atas Baju Pesa’an, bagian bawah Celana gomboran (dahulu), serta unsur perlengkapan berpakaian  diantaranya:

Bagian kepala kopyah hitam atau tanpa peci, bahan sejenis beludru, motif polos, warna hitam, ukuran di sesuaikan dengan kepala si pemakai, bentuk seperti peci.

Bagian atas : Baju Pesa’an Bahan : kain cina (dahulu) kain katun (sekarang) Motif : polos Warna : segala warna Ukuran : serba longgar tidak pas badan. Bentuk : baju ini berlengan panjang yang longgar cenderung komprang. Bentuk leher bulat tanpa ke- raaig. Saku pada baju 3 buah, yaitu 1 buah di kanan atas dan di kanan-kiri bawah masing-masing 1 buah. Pada samping kiri-kanan baju terdapat belahan. Baju ini tidak memakai kancing, walaupun di bagian kanan atas baju terdapat lubang kancing. Lubang kancing di sini fungsinya hanya sebagai hiasan saja, ciri khas dari baju pesa’an ini terletak pada klimannya se- lebar ± 15 cm. Bagian bawah Celana gomboran Bahan kain katun Motif  polos Warna bebas, Ukuran serba longgar tidak pas badan. Panjang cela­na sampai mata kaki, bentuk : seperti pada umumnya celana panjang, tetapi tidak memakai kolor. Adapun ciri khas dari ben- tuknya, ialah jika dibentangkan lurus seperti sarung. Celana ini mempunyai keliman selebar ± 15 cm.

Sarong Plekat bahan katun, motif  kotak-kotak besar maupun kecil, warna warna-warni, bentuk seperti pada umumnya sarung yang lain.

Alas kaki terompah Bahan kulit sapi motif polos, bentuk seperti sandal  dengan tali lebar.

Cara memakai pakaian. dimulai  memakai celana gomboran dengan cara ke kaki di masukkan dalam pipa celana. Celana tersebut bagian pinggangnya digulung seperti pada umumnya kalau memakai sarung. Setelah itu mengenakan baju pesa’an. Sebagai perlengkapan biasanya memakai sarung yang diselempang miring dari pundak ke badan- nya. Perlengkapan yang terakhir dipakai adalah kopyah (peci) yang dikenakan di kepala dan terompah sebagai alas kaki.

 Fungsi pakaian bagi kalangan anak rakyat biasa mempunyai fungsi ganda. Pakaian ini dapat dipergunakan untuk bermain atau untuk menunaikan ibadah, yaitu sholat (sembahyang) di mesjid. Pada zaman dahulu sebelum ada sekolah formal ke- biasaan anak Madura baik pagi-siang dan sore mengaji di su- rau, maka jika saat mengaji atau sholat di masjid tiba sarung yang diselempangkan tersebut dipakai selayaknya sebagai sarung. Jadi dalam hal ini sarungpun mempunyai fungsi gan­da, yaitu untuk bermain atau keperluan lain sehari-hari dan untuk sholat. Bila waktunya tiba mereka langsung ke surau tanpa pulang lebih dahulu dengan tidak mengotori/mena- jiskan sarung karena tidak di pakai langsung (fungsi praktis). Sampai saat ini kebiasaan mengaji di surau masih dilaksana- kan di desa maupun di kota di Madura, hanya saja sekarang baju pesa’annya diganti dengan kemeja lengan pendek dan ce­lana pendek biasa. Adapun fungsi sarung sampai sekarang ma- sih tetap seperti dulu. Mengenai warna baju saat ini cende- rung berwarna bebas.

Arti simbolis dari warna baju, warna yang beraneka ragam mencerminkan suatu kecerian, kegembiraan sebagaimana yang dialami pada masa kanak-kanak.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Pakaian Adat Tradisional Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta,  1987. hlm. 73-75