Pakaian Adat Tradisional Madura, Kabupaten Bangkalan
Pakaian Kepotren Pakaian Adat Tradisional Madura Kabupaten Bangkalan, pakaian resmi bangsawan wanita remaja (Pakaian Kepotren). Nama pakaian: bagian atas kebaya…
Pakaian Kepotren
Pakaian Adat Tradisional Madura Kabupaten Bangkalan, pakaian resmi bangsawan wanita remaja (Pakaian Kepotren). Nama pakaian: bagian atas kebaya Bengkal, bagian bawah kain Songket
Perlengkapan Pakaian:
Bagian Kepala : Rambut memakai sanggul bokor nongop (bokor tengkurap) bahannya rambut asli, bentuknya seperti gelung tekuk Jawa, tengahnya diberi bunga bangbabur yaitu irisan daun pandan dibuat bulatan seperti bola lalu dimasukkan ke dalam gelung agar bisa bulat. Kemudian di tengah irisan daun pandan tersebut diberi bunga mawar asli berwarna merah. Di sekeliling sanggul diberi bunga melati asli yang dironce, na- manya pagar temor (pagar timur). Letak sanggul agak tinggi di atas tengkuk.
Hiasan telingan Giwang kerabu, bahan, permata intan atau berlian, serta pengikatnya emas atau suasa warnanya kekuning-kuningan. Ukurannya : lingkar tengah ± 7 mm, dan bentuknya : bulat utuh seperti biji jagung.
Hiasan leher Kembang kates Kalung Kembang kates, bahannya emas bermata intan, dengan motif kembang Kates, dan warna Kuning emas dan putih, bentuk perhiasan umumnya.
Bagian atas
- Kebaya Bengkal, bahannya beludru bersulam benang emas, berwarna merah kendola, motifnya polos dengan sulaman bermotif madduh empak (sudut empat) dalam kotak-ketak berisi daun si’dratul muntaha, yaitu daun yang paling agung dari surga, dengan ukuran sesuai dengan badan pemakainya, bentuknya seperti kebaya pendek biasa, memakai kutu baru dengan hisan bunga mawar yang sesuai dengan hiasan pada sanggulnya. Hiasan mawar tersebut dari benang emas yang terjalin rapat.
- Kotang, bahannya katun, dan biasanya warnanya cenderung gelap, ukuran pas dengan badan pemakai. Panjangnya relatif. Bentuknya, seperti kotang pada umumnya, tetapi bukannya terdapat di depan. Penutupnya bisa kancing bisa pula tali ikatan.
- Hiasan Kebaya: Peneti Ronyok (ketter) yang berarti goyang-goyang. Bahannya emas atau warnanya kuning.
- Sap-osap (Saputangan), bahannya beludru atau katun dan bersulam benang emas, dan biasanya motifnya di bagian pinggirnya berhiaskan bunga melati. Warnanya merah Kendola, dengan ukuran 20 x 30 cm. Bentuknya seperti umumnya saputangan.
- Hiasan Jari (Selok) Bahannya emas. Warnanya kuning emas dengan permata intan. Ukurannya sesuai dengan lingkar jari pemakainya.
Bagian bawah
- Kain songket bahannya sutra, warnanya merah kendola. Motifnya kotak-kotak dengan motif tumpal di pinggirnya. Bentuknya seperti kain songket pada umumnya (tidak memakai wiron).
- Ikat pinggang : Pending bahannya emas, yang biasanya mengambil motif berkembang-kembang, dan berwarna, kuning emas. Bentuknya, seperti biasanya ikat pinggang tetapi agak lebar.
- Alas kaki: Selop bahannya kulit sapi, berwarna hitam memakai manik-manik, ukurannya sesuai dengan kaki si pemakai, bentuknya tertutup sewperta umumnya, namun tidak bertumit.
Cara memakai pakaian :
Mula-mula mengenakan kain panjang/songket tanpa memakai wi- ru. Setelah kain diikat dengan seutas tali lalu dikencangkan dengan pending. Kemudian memakai kotang dan kebaya. Saputa- ngan diletakkan di bawah pending ditampakkan di bawah kebaya. Terakhir mengenakan selop.
Fungsi pakaian :
Dipakai oleh para putri bangsawan untuk menghadiri acara- acara yang bersifat resmi. Bahkan pada jaman dahulu pakaian kepotren ini dipakai untuk menghadiri acara formal, misalnya menyambut tamu agung atau menghadap kepada raja dan gubernur Belanda.
Arti simbolis pakaian :
Secara keseluruhan kebaya bengkel mempunyai arti lebar atau luas akalnya. Diharapkan sipemakai dapat mempunyai pikiran yang luas dan terang. Mengenai warna : Warna yang dipakai oleh remaja putri biasanya memakai warna cerah, misalnya jika merah maka merahnya adalah merah kendola (merah pink). Disini men- cerminkan suatu kecerahan, kegembiraan seperti yang ter- pancar dalam warna, tersebut. Sebagai seorang remaja maka segala kegembiraan yang dilukiskan adalah kegembiraan/ kecerahan yang wajar dan tidak berlebihan.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Pakaian Adat Tradisional Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 1987. hlm.