Pusat Militer Jenggala
Sebenarnya kurang tepat bila disebut pusat militer, karena sebenarnya konsentrasi militer Jenggala (yang bisa terlacak saat ini) lebih bertujuan mengamankan…
Sebenarnya kurang tepat bila disebut pusat militer, karena sebenarnya konsentrasi militer Jenggala (yang bisa terlacak saat ini) lebih bertujuan mengamankan Kutaraja (kraton) Jenggala. Adapun pusat militer Jenggala dibagi dalam beberapa sektor-sektor sebagai berikut: sektor utara; kondisi geografis muara sungai Brantas memecah menjadi 9 sungai, yaitu :
Krembangan, Mas, Pegirian, Greges, Anak, Bokor, Pecekan,Anda dan Palaca. Kesembilan sungai itu membentuk rawa dan delta-delta. Batas paling Selatan dari muara Brantas ada di Wonokrmo, begitu juga garis pantai selat Madura.
Di sebelah Utara, militer Jenggala terpusat di daerah Wonokromo, Surabaya. Mengingat garis pantai pada saat itu adalah Wonokromo. Tujuan penempatan militer di posisi ini adalah untuk menghadang musuh dari utara. Selain itu juga berfungsi untuk mengawasi orang-orang hukuman (straafkoloni) yang di Surabaya. Perlu diketahui bila Surabaya mulai jaman Mataram Hindu (abad 9) sudah menjadi semacam “Nusa Kambangan” bagi para orang buangan. Komunitas perantaian yang di buang di situ terdiri dari narapidana, orang gila, cacat mental, cacat jasmani, tawanan perang dan perampok.
Di sektor tengah pusat militer Janggala diperkirakan berada di daerah Larangan (sekarang wilayah Kecamatan Candi). Peristiwa yang mendukung perkiraan itu adalah penemuan beberapa benda purbakala pada saat penggalian pondasi untuk Pasar Larangan yang terjadi di tahun 1980-an. Benda-benda purbakala itu berbentuk Binggal (gelang lengan), pedang, perhiasan dan rompi perang. Dari penemuan benda-benda keprajuritan itu beberapa orang sejarahwan menyimpulkan bahwa daerah Larangan dulunya merupakan komplek militer Jenggala. Walau pun hal itu harus dibuktikan dengan penelitian yang lebih lanjut, tetapi setidaknya akan membantu kita merekonstruksi komplek kraton Jenggala.
Di sebelah Selatan Jenggala menempatkan Miiternya di daerah Gempol. Tentu saja hal ini di maksudkan untuk melindungi asset ekonomi kerajaan Jenggala yaitu Bandar dagang Porong. Karena bagaimana pun juga bandar dagang ini merupakan keuntungan geografis yang menyumbang income terbesar bagi dana kerajaan. Selain itu juga dimaksudkan untuk mempertahankan Kutaraja dari serangan musuh yang datang dari selatan, terutama Kediri yang terangterangan menuntut hak kepemilikan bandar dagang di Porong. Beberapa pusat aktifitas Jenggala lainnya di antaranya diperkirakan dari proses persamaan kata (lingua franca).
Dari proses persamaan kata ini, kita akan mendapati beberapa fakta bahwa pusat IPTEK Kerajaan Jenggala diperkirakan di kawasan kecamatan Taman. Tempat rekreasi bagi bagi putraputri kerajaan diperkirakan di daerah Tropodo. Sementara itu Perpustakaan Kerajaan Jenggala (dalam sebuah riwayat di sebut Gedung Simpen) berada di Desa Entalsewu, Kecamatan Buduran. Sebuah sumber menyatakan lokasi perpustakaan ini berdasarkan lingua franca, kata Ental dengan TAL. Tal adalah sejenis pohon yang daunnya digunakan menjadi alat tulismenulis, adapun daun pohon Tal secara jamak disebut RONTAL (Ron; daun, Tal; pohon Tal).
Sedangkan kata sewu (seribu) dibelakangnya lebih menunjukkan jumlah yang banyak. Menurut sumber itu TAL SEWU berarti menunjukkan jumlah naskah-naskah yang banyak di sebuah tempat. Masih berdasar lingua franca, pusat religi dan spiritual Jenggala diperkirakan berada di kawasan Buduran. Sebuah sumber mengkaitkan ini dengan kata Budur yang dalam Sansekerta berarti Biara. Kata Budur yang berarti biara ini bisa kita lihat dari kata Borobudur yang berarti biara yang tinggi (Boro: tinggi, Budur: Biara). Bila kata Budur ber-lingua franca dengan biara, maka Buduran berarti sebuah komplek berkumpulnya satu atau lebih biara. Dengan kata lain Kecamatan Buduran di masa Jenggala adalah pemukiman bagi pemuka-pemuka agama.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname, Ikatan Alumni Pamong Praja Sidoarjo, Maret 2006, hlm.