Banger Dan Probolinggo,Kota Probolinggo
Sekilas Harijadi Kota Probolinggo, Tanggal 4 September 1359 Banger Dan Probolinggo Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara ( Sri Nata Hayam…
Sekilas Harijadi Kota Probolinggo, Tanggal 4 September 1359
Banger Dan Probolinggo
Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara ( Sri Nata Hayam Wuruk ) Raja Majapahit yang ke IV (1350 – 1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, naina sungai yang mengalir ditengah daerah Banger ini. Banger merupakan pedukuhan kecil dib^wah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Kerajaan Majapahit yang terkenal, yaitu Prapanca.
Sejalan dengan perkembangan politik kenegaraan / kekuasaan di zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger juga mengalami perubahan – perubahan / perkem – bangan seirama dengan perkembangan zaman. Semula merupakan pedukuhan kecil di muara kali Banger, kemudian berkembang menjadi Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Akuwu, dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit.
Pada saat Bre Wirabumi ( Minakjinggo ), Raja Blambangan berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan, dikuasai pula oleh Bre Wirabumi Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi ( Blambangan ) dengan Prabu Wikramawardhana ( Majapahit ) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
Pada masa Pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam peijanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah Timur Pasuruan (termasuk Banger) diserahkan kepada VOC tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VCX? mengangkat Kyai Djojoietono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung. Kabupatennya terletak di Desa Kebonsari Kulon. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen), Patih Pasuruan. Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kompeni (VOC) terkenal dengan politik adu dombanya. Kyai Djojolelono dipengaruhi , diadu untuk menangkap / membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang turut memusuhi kompeni.
Panembahan Semeru akhirnya terbunuh oleh Kyai Djojolelono. Setelah menyadari kekhilafannya, terpengaruh oleh politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono menyesali tindakannya. Kyai Djojolelono mewarisi darah ayahnya dalam menentang/melawan kompeni. Sebagai tanda sikap permusuhanya tersebut, Kyai Djojolelono kemudian menyingkir, meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger pada tahun 1768, terus mengembara / lelono.
Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, putra Raden Tumenggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke 10 sebpgai Bupati Banger kedua. Rumah Kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama . Kompeni tetap kompeni, bukan kompeni kalau tidak adu domba.
Karena politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono yang tetap memusuhi kompeni ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro. Setelah wafat, Kyai Djojolelono dimakamkan di pasarean ” Sentono yang oleh masyarakat dianggap sebagai makam keramat Dibawah pimpinan Tumenggung Djojonegoro, daerah Banger tampak makin makmur, penduduk tambah banyak. Beliau juga mendirikan Masjid Jami’ (Tahun 1770). Karena sangat dise nangi masyarakat , beliu mendapat sebutan ” Kanjeng Djimat “ Pada Tahun 1770 nama Banger oleh Tumenggung Djojongoro ( Kanjeng Djimat) diubah menjadi ” Probolinggo ” ( Probo : sinar. linggo: tugu, badan, tan da peringatan, tongkat). Probolinggo : sinar yang berbentuk tugu, gada, tongkat ( mungkin yang dimaksud adalah meteor/ bintang jatuh ). Setelah wafat Kanjeng Djimat dimakamkan di pasarean belakang Masjid Jami’.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Sekilas tentang Hari Jadi Kota Probolinggo Tanggal 4 September 1359; Kantor Informasi Dan Komunikasi Kota Probolinggo 2004