Perjuangan Airlangga Mempersatukan Negara
Airlangga terpaksa mengambil cara kekerasan melalui peperangan. Karena negara-negara kecil yang berdiri setelah runtuhnya kerajaan Dharmawangsa enggan untuk menggabung di…
Airlangga terpaksa mengambil cara kekerasan melalui peperangan. Karena negara-negara kecil yang berdiri setelah runtuhnya kerajaan Dharmawangsa enggan untuk menggabung di bawah pemerintahan Airlangga.
Hal ini memang telah dipersiapkan sejak beberapa tahun sebelumnya. Dengan didampingi isterinya, Sanggramawijaya, beserta patih Rakryan Kanuruhan, Airlangga menyusun pemerintahan yang baik dan angkatan perang yang kuat.
Tahun 1028 mulailah ia dengan peperangan penaklukkan terhadap negara-negara yang tak bersedia dipersekutukan itu. Untunglah bagi Airlangga bahwa di antara para pembangkang yang satu dan yang lainnya tak ada hubungan sama sekali. Karena itu Airlangga mendapat kesempatan untuk menghancurkan musuh-musuhnya satu demi satu. Seandainya di antara mereka terjalin suatu persekutuan, maka dengan sendirinya Airlangga akan menghadapi kesulitan.
Tahun 1028 – 1035, selama tujuh tahun peperangan itu berlangsung, rangkaian perjuangan Airlangga dalam mempersatukan negara-negara kecil bekas kekuasaan kerajaan Dharmawangsa. Hampir semua dari musuh-musuh Airlangga itu tak dapat dikenal. Hal ini disebabkan karena raja-rajanya hanya memerintah daerah-daerah yang sangat kecil saja.
Airlangga menujukan serangan yang pertama terhadap seorang putera raja yang bernama Bhismaprabhawa. Ia dengan mudahnya dapat ditaklukkan pasukan Airlangga.
Tahun 1030, dua tahun kemudian Airlangga berhadapan dengan salah seorang musuhnya yang kuat yaitu Raja Wengker. Untuk menghadapi kerajaan tersebut, Airlangga telah mempersiapkan tentaranya yang cukup kuat.
Letak Wengker sekitar Ponorogo sekarang. Hasil peperangan cukup memuaskan Airlangga. Raja Wengker, Pangeran Wijaya menderita kekalahan yang parah. Tetapi rupanya setelah itu, ia secara diam-diam dapat menyusun kembali kekuatan. Karena itu ia masih tetap merupakan musuh yang harus diperhitungkan.
Airlangga selanjutnya memutuskan untuk terlebih dahulu menaklukkan musuh-musuh lainnya yang dianggap tak begitu penting.
Pada tahun 1030 itu juga ia menyerang seorang raja yang bernama Adhamapanuda. Peperangan ini dimenangkan pula oleh Airlangga dengan mudahnya. Bahkan Raja Adhamapanuda berhasil ditawan sedangkan keratonnya dibakar.
Tahun 1031, Airlangga beserta tentara menuju ke arah selatan. Kini yang menjadi tujuan serangannya adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu. Ratu ini terkenal karena memiliki kekuatan bagaikan seorang raksasa. Juga kerajaan itupun dapat dikalahkan dan ratunya sendiri terbunuh dalam pertempuran yang berlangsung dengan dahsyatnya.
Tahun 1032, setahun setelah ratu perkasa itu ditundukkan, Airlangga menyerbu raja dari Wurawari. Raja inilah yang telah menghancurkan keraton Dharmawangsa pada tahun 1017. Raja ini- pun yang dianggap oleh Airlangga sangat berbahaya, berhasil dikalahkan. Tidaklah dikatakan tentang bagaimana nasib daripada Raja Wurawari itu pada akhir peperangan. Terbunuhlah dalam pertempuran, ditawankah, atau berhasil melarikan diri. Tetapi yang jelas dikatakan, ialah bahwa baik kerajaan maupun rajanya sendiri berhasil dimusnahkan.
Sesudah tahun 1032, maka yang harus dihadapi adalah Wijaya, raja Wengker. Ia secara diam-diam telah berhasil menegakkan diri kembali dan menyusun kekuatan yang cukup tangguh. Pusat kekuasaannya kini berpindah ke suatu tempat yang bernama Tapa. Pada tahun-tahun berikutnya tentara Airlangga berkali-kali menyerang Wengker. Tetapi sedemikian jauh hasilnya tidaklah menentukan atau diketahui.
Tahun 1035, barulah Airlangga mengerahkan segala kekuatan yang ada untuk melangsungkan peperangan yang penghabisan. Dalam pertempuran itu Wijaya mengalami kekalahan yang mutlak. Semula ia masih berhasil melarikan diri ke suatu tempat dengan diiringi oleh beberapa orang pengikutnya. Tetapi berkat ketangkasan pasukan Airlangga akhirnya Wijaya terbunuh pula.
Akhirnya setelah Airlangga berhasil merubuhkan musuhnya yang terkuat, tercapailah kesatuan Jawa Timur seperti zaman pemerintahan Dharmawangsa. Selesai pula sudah segala pancaroba itu. Ia telah berhasil menepati janjinya, yaitu merebut kembali kerajaan yang diwariskan kepadanya.
Perjuangan mencapai cita-citanya itu telah memakan waktu selama kurang lebih enambelas tahun. Pada waktu itu wilayah kerajaannya telah meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Drs. Kosih Sastradinata. Airlangga Hidup Dan Perjuangannya, Penerbit Pt. Sanggabuwana Bandung, 1976, hlm