Monday, October 14, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Batik Sumberpakem,Kabupaten Jember

Eksotika Batik Sumberpakem Dunia melalui UNESCO sudah mengakui batik Indonesia sebagai benda warisan ma- nusia. Pengakuan tersebut membuat bangga masyarakat…

By Pusaka Jawatimuran , in Jember Kesenian Th. 2012 , at 24/05/2013 Tag: , , , , ,

Eksotika Batik Sumberpakem

Batik Sumber PakemDunia melalui UNESCO sudah mengakui batik Indonesia sebagai benda warisan ma- nusia. Pengakuan tersebut membuat bangga masyarakat In­donesia yang sudah turun-temurun membuat batik. Pengakuan itu juga diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan para perajin ba­tik. Salah satunya perajin di Desa Sum­berpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember. Mereka berusaha keras mempertahankan ciri khas agar selalu memiliki nilai ekonomis.

Mawardi, seorang perajin batik asal Desa Sumberpakem, selama beberapa tahun terakhir mencoba mempertahankan motif daun tembakau yang diyakini sebagai motif batik khas Jember. Sebab Jember merupakan salah satu kabupaten yang dikenal sebagai produsen tembakau, sehingga tidak heran para perajin batik di kabupaten ini berusaha mempertahankan motif tembakau se­bagai motif batik khas Jember. “Jadi selaras,” kata Mawardi yang sudah menyukai batik sejak kecil.

Sekilas, batik “Sumberjambe” terlihat hampir sama dengan batik di daerah lainnya yang kaya dengan motif dan penuh dengan sentuhan seni para pembatiknya. Dengan cekatan dan tangan terampilnya, Mawardi mencoba membuat berbagai motif batik sesuai dengan pesanan kon- sumen. Namun apa pun motif batik yang dibuatnya, dia tidak pernah lupa untuk memadukannya dengan motif daun termbakau.

Dia mengakui, masyarakat tidak banyak yang mengenal batik Jember karena batik Solo, batik Yogyakarta dan batik Madura lebih terkenal dibandingkan batik yang sederhana di kabupaten yang kecil di kawasan Besuki itu. “Beberapa daerah di Jatim ternyata kaya akan budaya batik yang menjadi khas di daerah setempat, termasuk Kabupaten Jember, ” kata pria yang memiliki dua anak yang sudah beranjak dewasa itu.

Sejak turun temurun, kata dia, motif daun tembakau dari ukuran kecil hing- ga ukuran besar selalu menjadi salah satu motif andalan bagi perajin batik di Kecamatan Sumberjambe tersebut. Harga batik Jember juga terjangkau, batik cap dengan bahan kain katun dijual senilai Rp65 ribu-Rp 80 ribu perpotong, batik tulis yang menggunakan bahan kain katun dijual dengan Rp85 ribu-Rpl50 ribu perpotong.

Untuk batik dari bahan kain sutera dijual dengan harga Rp300 ribu per­potong. Bila menggunakan batik cap harganya sekitar Rpl25 ribu per-potong. Harga ini lebih murah dibandingkan sejumlah harga kain batik di beberapa daerah lain.

Menurut dia, banyak warga Jember dan luar Jember yang memesan batik dengan motif daun tembakau karena sudah menjadi ciri khas Kabupaten Jember. Namun dia mengakui bila le­bih mengikuti selera pasar terkait de­ngan motif batik. “Namun kreasi motif baru itu selalu dipadukan dengan motif daun tembakau,” katanya.

Dia menjelaskan, sebagian besar warga Jember dan luar Jember memilih motif tembakau yang dikombinasikan dengan motif bunga, parang, dan tumbuhan yang dibuat semenarik mungkin, sehingga kombinasi coraknya serasi. Motif daun tem­bakau yang eksotik ini kemudian banyak ditiru para perajin batik dari daerah lain. “Ya tidak apa-apa, kami juga tetap dengan motif ini,” katanya.

Imbauan Presiden untuk menggunakan baju batik dalam acara resmi, kata dia, memiliki dampak luar biasa yang dirasakan para perajin batik di Jember, yakni meningkatnya jumlah pesanan kain batik sebagai seragam sejumlah instansi pemerintah dan perusahaan swasta.

“Para pembatik di sini sempat kewalahan dan harus kerja ekstra keras untuk menyelesaikan berbagai pesanan batik tulis dan batik cap,” tuturnya. Buruh pembatik di UD Bintang Timur, Sofia, mengaku gembira dengan banyaknya pesanan batik di Kecamatan Sumberjambe, sehingga para buruh pembatik juga mendapatkan upah yang lumayan banyak seiring dengan banyaknya jumlah pesanan. Sebagian besar perempuan di Desa Sumberpakem menjadi buruh pembatik di beberapa perajin batik di desa setempat untuk menambah penghasilan suami mereka yang sehari-hari menjadi buruh tani. Dengan keahlian itu mestinya desa ini tidak termasuk desa miskin.

“Tidak semua warga di sini bisa membatik, namun membatik adalah warisan secara turun temurun. Saya belajar membatik dari ibu saya dan akan saya teruskan kepada anak pe­rempuan saya,” katanya.

Belum dikenalnya batik Jember membuat sejumlah pihak khawatir akan perkembangan batik tulis de­ngan motif tembakau yang terkesan sederhana dan kurang diminati ini. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jember Mirfano mengatakan, masyarakat luas belum mengenal batik khas Jember karena masih banyak warga Jember yang enggan menggunakan batik lokal buatan perajin batik Sumberpakem, se­hingga hal itu yang menjadikan promosi batik dengan motif tembakau kurang dikenal di tingkat lokal, daerah di Tanah Air, “Sebagai warga Jember Seharusnya bangga menggunakan baju batik lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan batik di beberapa daerah” katanya.

SUARA DESA, Edisi 06, 15 Juli -15 Agustus 2012, hlm,18.

 

Comments


Leave a Reply