Tuesday, December 5, 2023
Semua Tentang Jawa Timur


Pandangan Hidup Sub-Etnik Surabaya

“Orang Jawa “Suroboyoan” itu sukanya judi, sabung ayam, minum-minuman keras, dan tandhakan atau joget dangdut. Pokoknya suka pesta pora dan hura-hura.”…


Orang Jawa “Suroboyoan” itu sukanya judi, sabung ayam, minum-minuman keras, dan tandhakan atau joget dangdut. Pokoknya suka pesta pora dan hura-hura.”

Begitulah kata seseorang yang sedang bercerita tentang orang Surabaya. Kenyataan itu tidak dipungkiri oleh orang Jawa “Suroboyoan”, mereka memposisikan hal-hal semacam itu pada ranah membuat hati senang, memenuhi kebutuhan batin atau rohani, di samping kebutuhan lahir atau jasmani. Mereka memiliki komitmen terhadap diri yang harus selalu seimbang antara lahir dan batin juga antara dunia dan akhirat. Mereka tidak ingin ” em ban cindhe, emban oyot.” Demikian juga terhadap orang lain, mereka ingin berlaku adil, tidak membedakan sama lain.

Pola pemenuhan kebutuhan batin untuk bersenang-senang seperti di atas tidak mereka pandang sebagai bentuk hedonisme, juga bukan sebagai pelanggaran atas norma susila atau agama. Mereka selalu memelihara waktu, kapan untuk bekerja, kapan untuk beristirahat, kapan untuk ibadah, dan kapan untuk bersenang- senang. Ungkapan di atas selalu memberi landasan untuk mereka berlaku adil dan seimbang. Oleh sebab itu, jika dicermati, ungkapan tadi dapat berdimensi diri, sosial, bahkan spiritual dan religius.

Tidak terlepas dari pandangan tentang perilaku adil dan seimbang di atas, mereka menyadari atas segala keterbatasannya sebagai manusia di bawah kekuasaan Tuhan, mereka harus rela menerima “apa kang cinorek” ‘apa yang sudah ditorehkan (oleh Tuhan)’. Dalam berlaku adil dan seimbang antara lahir dan batin, antara dunia dan akhirat dan antarsesama, mereka selalu berupaya secara maksimal, bahkan ada kecenderungan lnekad. Mereka selalu berikrar “kalah cacak menang cacak”. Semboyan itu di samping memberi indikasi semangat untuk aktif dan kreatif, juga mengimplikasikan semangat berkompetisi atau berkontestasi. Oleh sebab itu, lebih lanjut muncullah keheroikan arek Surabaya, demikian juga kebrutalan suporter “bonek” persebaya maniak.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Sugeng Adipitoyo. ORANG JAWA SUB-ETNIK  SURABAYA dalam Pemetaan Kebudayaan di Provinsi Jawa Timur: Sebuah Upaya Pencarian Nilai-nilai Positif. Jember : Biro Mental Spiritual Pemerintah Provinsi JawaTimur bekerjasama dengan Kompyawisda Jatim, 2008, hlm. 112 – 113

%d blogger menyukai ini: