Wednesday, October 9, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Situs Dadung Awuk, Kabupaten Tuban

Terletak di Desa Ngepon Kecamatan Jatirogo,di desa ini ter- dapat situs yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Situs Dadung Awuk.Situs…

By Pusaka Jawatimuran , in Sejarah Th. 2013 Tuban , at 17/05/2013 Tag: , , , , ,

Terletak di Desa Ngepon Kecamatan Jatirogo,di desa ini ter- dapat situs yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Situs Dadung Awuk.Situs sosial budaya Dadung Awuk terletak di petak 93 RPH Ngepon, BKPH Sale Perhutani KPH Kebonharjo. Situs ini berbentuk batu besar dengan tinggi sekitar dua meter yang dililit akar pohon grasak serta beberapa batu yang bentuknya menyerupai sapi, kerbau, kambing dan binatang ternak lainnya. Lokasi ini juga ditetapkan Perhutani KPH Kebonharjo sebagai kawasan biodiversity

Menurut Juru kunci Kasdan (60) warga asli Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo, Tuban, sejarah situs Dadung Awuk konon bermula pada masa sekitar runtuhnya kerajaan Majapait dan awal kejayaan kerajaan Demak Bintoro yang dipimpin oleh Raden Patah. Pada masa itu para Sunan atau Wali sembilan juga tengah menyebarkan agama islam di tanah Jawa.

Alkisah, Sunan Ampel memerintah salah satu santrinya yang pilihan atau pinunjul untuk mengantarkan tabung bambu (bumbung) yang disumbat dengan daun lontar kepada Raden Patah.Sunan Ampel berpesan agar tidak boleh ada yang membuka bumbung itu selain Raden Patah. Nah, dalam perjalanan, sang murid pinunjul tergoda ingin mengetahui isi bumbung itu. Setelah sampai di daerah yang saat ini menjadi kawasan hutan Perhutani Kebonharjo petak 93 tersebut, gejolak hatinya tak dapat dibendung. Rasa ingin tahu isi bumbung itu semakin tinggi.

Mula-mula, ia mengintip isi bumbung itu. Tapi tak kelihatan benda apa yang ada di dalam. Tak dapat menahan rasa penasaran, sumbat bumbung yang berupa daun lontar itu pun dibukanya, dan apa yang terjadi?Ternyata dari bumbung keluar berbagai binatang, yaitu sapi, kerbau, kambing dan lainnya yang lantas berlarian masuk hutan. Terkejut, sang murid pinunjul itu pun kebingungan dan berusaha menangkap serta memasukannya kembali ke dalam bumbung.Ketika semakin masuk ke dalam hutan dalam kebing- ungannya itu, sang murid bertemu dengan Dadung Awuk, seseorang yang berkuasa di wilayah itu. Keduanya berselisih karena Dadung Awuk berpendapat bahwa binatang yang sudah masuk hutan di wilayahnya sudah menjadi miliknya. Sampai kemudian terjadi perkelahian hebat dan tak ada yang menang atau kaiah.

Singkat cerita, dengan kesaktian sang murid pinunjul, akhirnya Dadung Awuk dan semua binatang itu disabdakan menjadi batu. Namun setelah Dadung Awuk dan semua binatang berubah wujud menjadi batu, ia pun menyesal. Dalam penyesalannya, ia setiap hari memohon ampun kepada yang Tuhan Maha kuasa. Konon, sari kata “ampun” itu maka desa itu dinamakan Desa Ngepon.Sedangkan sumbat dari daun lontar menjadikan daerah itu banyak sekali ditumbuhi pohon lontar atau siwalan.Kirii, di sepanjang tepi jalan Bulu-Jatirogo banyak berjualan legen dan siwalan.

Sang murid pinunjul itu pun tak berani kembali ke Ampel dan akhirnya menetap di Desa Ngepon. Masyarakat memanggilnya Mbah Punjul dan akhirnya dimakamkan di tempat yang sekarang menjadi situs Mbah Punjul.Sampai saat ini, masyarakat sekitar masih melestarikan situs tersebut. 242-243