Saturday, December 7, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Sejarah Kabupaten Trenggalek

Zaman sejarah Trenggalek ditandai dengan adanya prasasti yang pertama kalinya muncul berbentuk prasati Kampak atau dikenal dengan nama lahirnya Perdikan…

By Pusaka Jawatimuran , in Sejarah Th. 1996 Trenggalek , at 15/05/2013 Tag: ,

Zaman sejarah Trenggalek ditandai dengan adanya prasasti yang pertama kalinya muncul berbentuk prasati Kampak atau dikenal dengan nama lahirnya Perdikan Kampak yang dibuat oleh Raja Sindok pada tahun 851 Syaka atau 929 Masehi.

Dari Prasasti itu dapat diketahui balnva Trenggalek pada masa itu sudah memiliki daerah-daerah yang mendapatkan hak otonomi atau Swatantra. Lebih jelasnya diketengahkan balnva Perdikan Kampak berbatasan dengan Maha Samudra (Samudra Indonesia discbelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi. Juga daerah Dawuhan yang sekarang ini masih dapat dijumpai di Trenggalek. Setelah masa Mpu Sindok dengan melalui masa Raja Dharmawangsa lahirlah di Jawa Timur Kerajaan Kahuripan yang diperintah oleh Raja Airlangga. Hanya sayangnya pada masa ini tidak banyak diketahui kesejarahannya, dikarenakan tidak diketcmukannya data tentang masa tersebut.

Namun tidak dapat disangkal bahwa wilayah Trenggalek termasuk dalam kawasan Kahuripan yang kemudian berkesinambungan menjadi wilayah Kerajaan Kcdiri. Dari jaman Kcdiri hanya ada beberapa hal yang dapat dicatat, utamanya pada masa ini dengan munculnya Prasasti Kawulan yang terlctak di desa Kamulan Kecamatan Durcnan Kabupatcn Trenggalek.

Bcrtolak dari Prasasti Kamulan dapatlah diajukan suatu masa yakni lahirnya Perdikan Kamulan. Di dalam Prasasti Kamulan dicantumkan tahun pembuatannva yakni tahun 1116 Caka atau tahun 1194 Masehi. Prasasti tadi dikeluarkan oleh Raja Sri Sarweswara Trikramawa- taranindita Srengga Lencana Dikwija- yotungadewa atau biasa dikenal dengan nama Kcrtajaya. Raja inilah yang berhasil mengusir musuh-musuhnya dari daerah Katang-Katang berkat bantuan rakyat Kamulan. Berdasar atas Prasati inilah ditetapkan “Hari Jadi Kabupaten Trenggalek ” pada hari ” Rabu Kliwon tanggal 31 Agustus tahun 1194. Hari dan tanggal tersebut dijadikan Hari Jadi atau Hari lahirnya Kabupaten Trenggalek berdasarkan data sejarah yang ditemui di Trenggalek, antara ain :

  • Pertama, Prasejarah daerah trenggalek menunjukkan bahwa daerah itu telah dihuni manusia tapi jaman ini bersifat masih nisbi sekali.
  • Kedua, Prasasti kampak tidak jelas hari dan tanggalnya kapan Prasasti itu dilaksanakan isinya.
  • Kctiga, hanya Prasasti Kamulan yang mcniiliki informasi cukup lengkap.

sehingga mampulah Prasasti Kamulan dijadikan tonggak sejarah lahirnya Kabupaten Trenggalek secara analitis, historis, yuridis formal yang dapat di pertanggung jawabkan.

Sejarah Kabupaten Trengalek mcmang unik, hal ini tercermin dalam periodisasinya yang pernah mengalami masa penggabungan.Periode Treng­galek awal yang mengetengahkan perkembangan dinamika poleksosbud Trengalek kurang lebih 1830 M sampai 1932 yang dilanjutkan dengan masa Trenggalek revolusi fisik.

Yang dimaksud dengan Trenggalek awal ialah masa dimana patut dibedakan pemerintahan timbul tenggclam yang mcngemudikan Kabupaten Trenggalek. Peristiwa sebelum 1930 yang meng- guncangkan pulau Jawa adalah peristiwa pembunuhan penduduk cina di Batavia secara besar-besaran yang dlaksanakan olch VOC pada tanggal 10 Oktober 1740 yang dikenal dengan nama perang Pacinon atau geger pacinan. Akibatnya Mas gerondi yang bergelar Sunan Kuning membantu penduduk cina dan mcngadakan pemberontakan menye- rang Kartas ura pada 30 Juni 1742. Akibat dari pemberontakan ini Sunan Paku- buwono II teraksa melarikan diri ke Ponorogo. Dengan bantuan Bupati Mertodiningrat dari Ponorogo. Sunan Pakubuwono II berhasil menumpas pemberontakan tadi yang mengaki- batkan Putra Bupati tadi diangkat sebagai Bupati Trenggalek yang pertama pada tahun 1743. Bupati Trenggalek yang pertamayang berama Sumotruno. Bupati Sumotruno digantikan oleh Saudaranya sendiri Bupati Jaya Negara yang merangkap penguasa timggal di Sawo Ponorgo.

Waktu perang mangkubumen; Penguasa Trenggalek adalah Ngabei Surengrana yang pada awalnya membantu Mas Said kemudian berganti haluan menggabungkan diri mengiktui jejak sultan hamengkubuwono I. Pada akhir peperangan mangkubumen yang mencetuskan perjanjian Giyanti pada 13 Pebruari 1755 mengakibatkan Trenggalek di bagi menjadi dua bagian, bagian timur masuk wilayah Ngrawa dan bagian barat dan selatan termasuk Kabupaten Pacitan. Hal ini dapat dibuk- tikan dengan diketemukannya tugu per- batasan dari batu yang terdapat didesa Gayam Kecamatan Panggul.

Baru pada tahun 1830 setelah perang Diponegaran selesai darah Trenggalek langsung menjadi milik Belanda, susunan tata pcmerintahan pada waktu itu tidak banyak dikctahui hanya dapat dipcr- kirakan kala tidak tcrlampau jauh bedanya dengan daerah-daerah wilayah Kerajaan Mataram yang lain.

Tahun 1926 diadakan perubahan pcmerintahan oleh pihak Belanda. Perubahan ini di Trenggalek dilaksanakan pada tahun 1935, sejak saat ini Trenggalek digabungkan, sebagian daerahnya dimasukkan Kabupaten Tulungagung dan sebagian lainnya dimasukkan Kabupaten Pacitan. Akibatnya hal ini sama dengan pada masa sebelum adanya Kabupaten Trenggalek awal.penggabungan ini mengakibatkan Trenggalek kurang mendapat perhatian. Dengan demikian maka keadaan Trenggalek pada masa itu tidak banyak yang dapat dicatat.

Trenggalek pada masa revolusi fisik ditandai dengan masuknya daerah itu ke dalam wilayah negara Republik Indo­nesia. Bcrita masuknya daerah Treng­galek ke dalam negara Kesatuan Republik Indonesia meskipun secara tidak resmi telah terdengar secara lesan dan tersebar serta didengar olch seluruh penduduk desa-desa di Trenggalek.

Dalam masa ini Trenggalek men­dapat perhatian dari pembesar-pembesar negara antara lain: Menteri Agama Kyai Haji Masjkur yang didampingi oleh Mr. Sunaryo sebagai sekjen Depag. Datang pula menteri Dalam Negcri Drs. Susanto Tirtoprodo, SH serta menteri Negara Dr. Sukiman Wirjosandjojo yang sampai didaerah Trenggalek dengan jalan kaki.

Panglima Besar Jenderal Sudirman pernah dua kali mengunjungi Treng­galek. Kunjungan yang terakhir pada tanggal 24 Januari 1949 menuju desa Nglongsor.

Konfrensi Meja Bundar yang membuahkan pemerintahan Republik Indonesia Serikat imbasnya terasa pula di Trenggalek. Hal ini dapat diketahui dengan adanya serah terima kekuasaan yang dilakukan oleh Mukardi, R. Roestamdji dan Sukarjono dari pihak RI di Trenggalek dengan Mayor Crcnn dan Karis Sumadi dari pihak belanda.

Dengan demikian selesailah masa penggabungan di Trenggalek yang dipenuhi dengan peristiwa – peristiwa duka dan lara. Namun berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa fajar telah menyingsing dan Trenggalek meng­alami masa cemerlang serta masa pembangunan demi tercapainya keagungan bangsa dan negara. (SIH) □

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: MIMBAR JATIM,
NOMOR 11, Juli – Agustus 1996, hlm. 41-42

Comments


  • sayang banyak peninggalan sejarah nenek moyang yg hilang karena kurang tanggap dan perhatian dr pihak terkait.d desa soko kidul kec pule contohnya,ada situs mungkin peninggalan jaman batu,bentuknya batu diameter +/- 5m dan tinggi lbh kurang 15m berdiri d gunung jompong dan d skitarnya ada bebatuan lempeng ” dg berbagai ukuran ,mulai 80an cm sampai 4an m.bahkan banyak batu” yg bentuknya sprti ayam,kambing dll.tp sekarang habis batu mirip binatang dan gerabah di beli pengepul gelap.sedang batu” lempengan di jual sbg bahan material rumah dan makaDam jalan ,entah berrapa ribu rit jumlahnya,amat di sayangkan,

Leave a Reply