Bi Ba’a Fadlrah Turen, Kabupaten Malang
Mencari Ketenangan Batin di Bi Ba’a Fadlrah Turen ENTAHLAH karena bangunannya yang banyak pintu lantas pengunjung lebih suka menyebutnya dengan…
Mencari Ketenangan Batin di Bi Ba’a Fadlrah Turen
ENTAHLAH karena bangunannya yang banyak pintu lantas pengunjung lebih suka menyebutnya dengan Lawang Sewu. Bahkan, ada juga yang mena- mai dengan Masjid ‘Tiban’. Sebutan- sebutan itu bisa jadi semata-mata agar mudah diingat.
Tapi, bangunan dengan banyak sebu- tan itu nama sesungguhnya adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang berarti Segarane, Segara, Madnne, Fadhole Rohmat. Ponpes ini terletak di J1 KH Wahid Hasyim Gang Ang- gur 10, RT-07/RW-06 Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
Ponpes ini bisa dibilang setiap hari tak pernah sepi pengunjung, karena selalu menjadi jujugan para wisatawan religi yang datang dari berbagai kota di Indonesia, dan bahkan luar ne- geri. Mereka umumnya disamping mengagumi bangunan pondok yang lebih akrab dengan sebutan Ponpes Bi Ba’a Fadlrah, ini juga mencari ketenangan atau kedamaian hati.
Itu sebabnya kebanyakan mereka yang datang ke tempat ini meng- aku tak hanya sekali, tapi ada yang berkali-kali. Seorang pengunjung dari Lamongan, misalnya, begitu di rumahnya merasa ada masalah ia langsung datang ke lawang sewu ini walau harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Begitu sampai, hatinya merasa tenang dan damai.
Kedamaian itu mulai terasa tat- kala ada penyambutan yang ramah dari para santri dan pengurus pada setiap pengunjung yang datang. Bahkan, kita semakin kagum ketika melihat bangunan yang unik, misalnya ada batu kecil bisa menyangga yang beban lebih besar. “Nah, di balik bangunan unik ini pasti punya maksud. Kita kadang bisa menjadi besar, tetapi tidak mampu menjadi yang kecil. Pesan ini setidaknya sebagai simbol kerendahan hati di hadapan Allah SWT,” kesannya.
Tak cuma itu, setiap sudut ruangan ponpes yang didominasi warna biru ini terlihat tertata rapi dengan bangunan kokoh dan indah. Setiap pengu- jung merasa dibuat terharu karena ada “kebangkitan” dengan melihat bentuk bangunan. “Padahal bangunan ni dirancang tanpa mengandalkan arsi- tektur sehingga menginspirasi ketebal- an iman kita. Atau boleh jadi disebut Indonesia kecil karena di sinilah sesungguhnya tempat membersihkan hati dari sifat rakus yang bisa menju- rus pada tingkah laku negatif, misalnya korupsi,” begitu kesan seorang juru kamera salah satu televisi swasta.
Di salah satu lantai juga ada beberapa ruang mirip gua,
dipenuhi batu-batu yang diterangi lampu.
Di sisi kiri-kanannya beberapa akuarium berjajar
dengan berbagai ikan hias,
sementara di pinggir pondok juga ada taman margasatwa.
Sesungguhnya penyambutan awal itu dimulai dari pintu gerbang utama. Di sini terlihat dua bangunan mirip guci yang sangat besar, tinggi berwar- na oranye dan biru yang dipakai untuk pos. Di sebelah kanan ada sebuah ta- man yang dikelilingi pagar seperti taman bergaya Persia atau India. Sementara di lantai dasar, memasuki pintu utama, lewat lorong yang di sisi kiri kanannya penuh dengan ornamen yang mirip batik dipenuhi bentuk daun atau bunga.
Sedang di sisi lain juga ada kaligrafi, dan di salah satu lantai juga ada beberapa ruang mirip gua, dipenuhi batu-batu yang diterangi lampu. Di sisi kiri-kanannya beberapa akuarium berjajar dengan berba- gai ikan hias, sementara di pinggir pondok juga ada taman margasatwa.
Bangunan ponpes dengan ciri khas banyak menara ini perintisnya adalah KH Ahmad Bahru Mafdlalu- din Soleh. Pembangunanya dimulai tahun 1963, sementara pembangunan pondok pesantren dimulai tahun 1978 setelah ada santri yang menetap. Menurut salah satu santri senior, masjid ini dibangun secara bertahap yang dipergunakan sebagai sarana membersihkan hati. “Jadi, masjid ini dibangun secara pribadi tetapi manfaatnya untuk kepentingan
bersama,” kata Imam, santri senior.
Menyinggung salah satu tujuan didirikannya pondok sebenarnya untuk pembenahan akhlak secara menyeluruh, sebagai sarana pember- sihan hati dan menciptakan perda- maian dunia. Kalau hati bersih dan damai, maka orang akan lebih cinta kepada Allah SWT, yang ditandai dengan perilaku kasih sayang terha- dap sesama makhluk. Setidaknya ini terbukti tatkala kebanyakan pengun- jung yang datang, selalu berkata hati mereka merasa damai, bahagia, tenang, tenteram serta bisa merasakan hilangnya penyakit-penyakit hati.
Kemegahan ponpes dengan 10 lantai ini bergaya arsitektur yang mirip dengan masjid dan bangunan di negara Arab dan Timur Tengah. Sebab, secara interior desain bangunan gedung ini banyak dipenuhi relief huruf alquran yang sangat indah, tetapi di bagian ruang lain banyak ditemui sudut-sudut yang bernuansa gua/alam. Setiap lantai di ruangan menggunakan lantai yang terbuat dari batu marmer, sehingga di dalam ruangan siang hari yang panas pun akan terasa sejuk.
Proses pembangunan pondok pesantren ini terkesan lamban. Sebab, ini bukan bangunan “nafsu” tapi sebuah bangunan hikmah melalui istiqarah. Lamanya proses pembangunan juga mengisyaratkan per- lunya kesabaran dan keikhlasan. Tiap detial ornamen harus dikerja- kan dengan sabar dan teliti.«ryan
SAREKDA Jawa Timur, edisi: 015, 2012. Hlm. 42- 43