Thursday, February 13, 2025
Semua Tentang Jawa Timur


Upacara Nadar, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur

Upacara Nadar, di Pinggirpapas Kabupaten-Sumenep-Madura-Jawa Timur Masyarakat Pinggirpapas Kabupaten Sumenep dipulau Madura, setiap tahun pada musim garam menyelenggarakan sebuah yang…

By Pusaka Jawatimuran , in Madura Seni Budaya Sumenep Th. 1984 , at 02/04/2013 Tag: , , , , , , ,

Upacara Nadar, di Pinggirpapas Kabupaten-Sumenep-Madura-Jawa Timur

Masyarakat Pinggirpapas Kabupaten Sumenep dipulau Madura, setiap tahun pada musim garam menyelenggarakan sebuah yang diadakan sebanyak tiga kali/tahap. Upacara tersebut dalam bahasa Maduranya dikenal dengan istilah ( bahasa halus ) atau dalam sebutan yang agak kasar nyadar. Makna dari istilah nadar ialah niat, jadi upacara nadar rnaksudnya upacara pelepas niat. Melepas niat atau nadar karena keberhasilan mengusahakan garam, hal ini mengingat usaha garam/membuat garam merupakan mata pencaharian pokok bagi masyarakat Pinggirpapas,

Maksud_PenyeLenggaran Upacara

Tujuan pokok masyarakat Pinggirpapas mengadakan upacara nadar ialah memperingati serta sebagai rasa terima kasih atas jasa Syekh Anggasuta yang menurut kspercayaar mereka adalah merupakan orang pertarna yang menemukan cara pembuatan garam. Maksud lain dari diselenggarakannya upacara nadar tersebut ialah untuk mendoakan arwah para leluhur mereka (embah Anggasuta, embah Kabasa, embah Dukon dan embah Bangsa masing-masing bersama isteri) agar supaya diterima oleh Allah, sehingga mendapat tempat yang layak seperti – Nabi Muhammad, dengan demikian maka anak cucunya akan men dapat barokah dari Allah.

Waktu Penyelenggaraan Upacara.

Upacara pertama diselenggarakan pada waktu mulai pernbuatan garam, yaitu pada sekitar bulan Juli, Pada bulan Juli biasanya sudah ada tanda-tanda tibanya musim kemarau atau musim nemor, Musim nemor dalam bahasa daerah (Madura) artinya musim angin dari arah timur ( Te-mor ) yang kering. Dengan mulai datangnya musim kemarau, maka masyara­kat Pinggirpapas bersiap-siap untuk memulai membuat garam. Sebagai perwujudan dari rasa syukur serta memohon keselamatan maka diselenggarakanlah upacara nadar tahap pertama.

Tanggal/waktu yang dipilih untuk menyelenggarakan upacara nadar pertama tersebut ialah paling awal tanggal 13 dan paling akhir tanggal 19 tahun hijriah.  Penanggalan tahun hijriah dipergunaka sebagai dasar penentuan waktu, karena masyarakat Madura umumnya dan masyarakat Pinggirpapas khususnya adalah merupakan pemeluk Agama Islam yang taat. Pelaksanaan nadar tidak boleh diadakan tanggal 12 ka­rena tanggal tersebut ialah tanggal kelahiran Nabi Muhammad.

Upacara nadar selalu diadakan pada hari Jum1at dan Sabtu. hari Jum’at.ialah acara nyekar (menabur bunga) dimakam leluhur mereka, dilakukan antara jam 17.00 sampai jam 17.30 ( tidak boleh melewati waktu maghrib ). Upacara nadar ( sebagai upacara pokok ) diselenggara­kan pada hari Sabtu pagi, mulai jam 07,30 sampai jam 08,30*

Upacara nadar tahap kedua mengambil waktu satu bulan sesudah upacara nadar tahap pertama, cara penentuan hari dan tanggal sama ( hari Jum’at dan Sabtu antara tanggal 13 sampai dengan tanggal 19 penanggalan tahun hijriah ). Upacara tahap ketiga agak berbeda dengan upacara-upacara nadar tahap-tahap sebelumnya (tahap pertama dan kedua), disamping lokasi dan acara yang berbeda, juga dalam hal waktu ada sedikit perbedaan yang hal ini disesuaikan – dengan bentuk kegiatannya,

Penentuan hari dan tanggal sama dengan upacara tahap pertama dan kedua hanya bulannya berbeda, upacara tahap ke­tiga diadakan satu bulan setelah upacara tahap kedua. Pada upacara nadar tahap ketiga ini tidakada acara nyekar ( menabur bunga ) ke buju’ ( kuburan ), maka acara pada sore hari tidak ada. Acara baru dimulai pada malam hari, yaitu membaca layang ( ceritera yang ditembangkan atau dilagukan ) Jati Sara dan Purnana Sembah yang berlangsung dari jam 19.00 sal pai dengan jam 02,00. Pada pagi harinya mulai jam 07.00 sampai jam 08.00 – diadakan rosulan ( selamatan ) ditempat ( rumah ) embah – Anggasuta, dan embah Dukon (tempat membaca kedua layang – tersebut ).

Malam menjelang acara nadar (Jurn’at menjelang Saptu) peserta upacara sibuk memasak untuk selamatan pagi harinya. Memasak serta mempersiapkan segala keperluan selamatan mengambil tempat di­desa Kebondadap, dengan menumpang dirumah beberapa penduduk, desa Kebondadap, tempat menumpang ini untuk setiap ta­hun tetap sama ( tidak berganti tempat ). Upacara pokok nadar tahap pertama dan kedua yang berrupa selamatan diselenggarakan dikomleks buju’ gubang, Se­lamatan diadakan disebuah lapangan yang cukup luas didepai kompleks makam, tempatnya agak terlindung dari sinar mata- hari pagi karena berada dibawah sebuah pohon asam yang cu­kup besar. Upacara nadar tahap ketiga disebut juga upacara bungkoan, bungko dalam bahasa Madura artinya rumah jadi upa­cara bungkoan artinya upacara yang diselenggarakan dirumah, Mernang upacara nadar ketiga ini tidak diselenggara­kan di buju Gubang sebagaimana upacara nadar pertama dan kedua, melainkan diadakan didesa Pinggirpapas sendiri.

Mereka menyiapkan keperluan upacara (memasak) dilakukan dirumah mereka masing-masing, sedangkan acara pokok (mem­baca layng pada Jum’at malam dan rosulan atau selamatan pada Sabtu pagi) diselenggarakan ditempat kediaman embah Anggasuta dan embah Dukon. Kegiatan upacara nadar ketiga ( baik membaca layang Jati Suara dan Purnama Sembah maupun selamatan ) diadakan diserambi dan halaman rumah, ( rumah yang dahulu sebagai tempat tinggal embah Anggasuta dan embah Dukon). Dengan selesainya acara selamatan nadar ketiga, maka berakhirlah seluruh upacara nadar, Tempat Penyelenggaraan Upacara.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil  Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Upacara Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Peristiwa Alam Daerah Jawa Timur.  Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan daerah, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Surabaya,  1983-1984. hlm. 81-105