Monday, October 14, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Istilah Kekerabatan Masyarakat Jawa Timur

Istilah dan Sistim kekerabatan Masyarakat Jawa Timur Sistim kekerabatan di dalam masyarakat Jawa Timur, sama seperti masyarakat Jawa pada umumnya…


Istilah dan Sistim kekerabatan Masyarakat Jawa Timur

Sistim kekerabatan di dalam masyarakat Jawa Timur, sama seperti masyarakat Jawa pada umumnya yaitu bilateral, dimana lingkungan pergaulan individu dalam masyarakat meliputi kerabat dari fihak ayah maupun kerabat dari fihak ibu mereka. Jadi dalam sistim kekerabatan ini hubungan anak dengan sanak kandung fihak ayah sederajat dengan hubungan anak terhadap sa­nak kandumg fihak ibu.

Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga batih yang dalam istilah antropologi disebut dengan istilah nuclear family yang agggotanya terdiri ayah(suami) , ibu(istri) dan anak-anaknya yang belum kawin. Ayah berkedudukan sebagai kepala keluarga, tetapi ada kalanya seorang ibupun dapat menjadi kepala keluarga. Hal ini akan terjadi apabila suami meninggal dumia Disamping keluarga batih, di Jawa Timur juga dapat kita jumpai bentuk kelompok kekerabatan yang disebut sanak sedulur.

Bentuk kelompok kekerabatan ini dalam ilmu antropologi disebut kindred. Kindred ini merupakan suatu kesatuan kaum ke­rabat yang anggotanya terdiri dari saudara sekandung, saudara sepupu dari fihak ayah maupun ibu, paman-paman dan bibi-bibi baik dari fihak ayah maupun ibu, kakak ayah maupun kakak ibu, serta saudara-saudara dari fihak suami maupun istri.

Tetapi dalam kenyataannya biasanya mereka yang bertempat tinggal berdekatan saja yang mampak nyata sebagai anggota kindred. Anggota kindred akan berkumpul bila salah seorang anggotanya mengadakan upacara didalam lingkaran hidup individu, misalnya pada saat kelahiran, khitanan, perkawinan, kematian dan lain sebagainya.

Istilah kekerabatan yang dipakai oleh masyarakat Jawa Timur sama dengan istilah kekerabatan yang dipakai. oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat Jawa Timur mengenal kiasifikasi kekerabatan berdasarkan generasi(keturunan ), seperti orang Jawa pada umumnya. Menurut Ukun Suryaman orang Jawa mengenal 10 generasi keatas dan 10 genera si kebawah (Ukun Suryaman, th.1969).

Generasi keatas:
1.       Wong tuwa-tiyang sepuh(orang tua – bapak/ibu);
2.       Embah(kakek-nenek);
3.       Buyut;
4.       Canggah;
5.       Wareng;
6.       udheg – udheg;
7.       Gantung – siwur;
8.       Gropak – senthe;
9.       Debog bosok;
10.     Galih asem.

Generasi kebawah:

  1. Anak / putra;
  2. Putu / wayah;
  3. Buyut;
  4. Canggah.
  5. Wareng.
  6. idheg – udheg,
  7. Gantung – siwur.
  8. Gropak – senthe,
  9. Debog bosok.
  10. Galih asem,

Disamping istilah-istilah kekerabatan yang berdasarkan – generasi tersebut, masyarakat Jawa Timur juga mengenal istilah kekerabatan untuk menyebut seseorang di dalam kelompok kerabatannya, adalah sebagai berikut :

  • Istilah simbah kakung/mbah lanang diberikan ego untuk menyebut orang tua laki-laki ayah atau ibu.
  • Istilah simbah putri/mbah wedok diberikan ego untuk menyebut orang tua perempuan ayah atau ibu.
  • Istilah Ibu/simbok diberikan ego untuk menyebut orang tua perempuan ego.
  • Istilah bapak/pak diberikan ego untuk menyebut orang tua laki-laki ego.
  • Istilah adi/adik / thole/le diberikan ego untuk memanggil kepada saudara laki-laki muda ego.
  • Istilah genduk/ndhuk/adi diberikan ego untuk memanggil saudara perempuan muda ego.
  • Istilah kakang/kang/mas diberikan ego untuk memanggil saudara laki-laki yang lebih tua. dari pada ego.
  • Istilah mbakyu/yu diberikan ego untuk memanggil saudara perempuan yang lebih tua dari pada ego.
  • Istilah pakdhe/siwa/pak puh untuk menyebut kakak laki- laki ayah atau ibu ego.
  • Istilah mbokdhe/budhe/siwa/bupuh untuk menyebut ka­kak perempuan ayah atau ibu ego.
  • Istilah pak cilik/paklik/paman untuk menyebut adik laki-laki ayah atau ibu ego.
  • Istilah mbok cilik/mbok lik/bibek untuk menyebut adik perempuan ayah atau ibu ego.

Disamping istilah-istilah kekerabatan tersebut diatas, masyarakat Jawa Timur juga mengenal istilah keke­rabatan yang berdasar batas keanggotaan dari kelompok kerabatnya, adalah sebagai berikut:

Istilah keponakan diberikan kepada anak saudara laki-laki atau saudara perempuan ego.
Istilah nak sanak/nak ndulur untuk menyebut saudara sepupu ego.
Istilah misanan diberikan kepada cucu-cucu saudara sekandung ayah atau ibu ego, ((generasi yang sama-sama satu buyut dengan ego).
Kemudian didalam masyarakat Jawa Timur juga dikenal istilah kekerabatan yang berdasar ikatan perkawinan istilah kekerabatan ini adalah sebagai berikut:

–        Istilah bojo/garwo untuk menyebut suami atau isteri ego;
–        Istilah morotuwo untuk menyebut ayah/ibu dari suami/istrl ego;
–        Istilah mantu untuk menyebut suami/istri anak ego;
–        Istilah besan untuk menyebut orang tua menantu ego;
–        Istilah ipe untuk menyebut saudara sekandung suami/istri ego dan suami istri saudara sekandung ego;
–        Istilah pripean untuk menyebut suami/istri ipe ego.

Perkawinan, Dalam rangkaian upacara di sekitar hidup individu, perkawinan merupakan peristiwa yang menandai peralihan dari masa remaja kepada golongan orang tua, Perkawin­an merupakan peristiwa yang terpenting dalam lingkaran hidup individu, Rangkaian peristiwa perkawinan didahuli dengan pe- milihan jodofc, hal ini juga berlaku di kalangan masyarakat desa Sawoo dan Grogol, Pada jaman dahulu pemilihan jodoh di desa Sawoo dan Grogol sama seperti yang berlaku pada masya­rakat desa di Jawa pada umumnya, yaitu tergantung kepada orang tua, Namun demikian pada saat sekarang telah berobah, pemilihan jodoh terserah kepada pemuda/pemudi dan orang tua tinggal menyetujui, Namun demikian pemuda/pemudi itu juga harus mentaati ketentuan-ketentuan adat yang berlaku di daerah tersebut, misalnya adanya larangan perkawinan dengan saudara pancer wali yaitu antara dua orang yang mempunyai hu­bungan sedemikian rupa sehingga pengantin laki-laki berhak menjadi wali penganten wanita, penganten laki-laki adalah generasi yang lebih muda dari pada penganten wanita, (misalnya kemenakan laki-laki dengan bibi )

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil  Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Sistim Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah JawaTimur; Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan 1983/1984.