Totta’an Dara, Kebupaten Bandawasa
Lokasi Desa Badean Kecamatan Kota Bandawasa Kebupaten Bandawasa, eks – kareside nan Besuki, Jawa Timur Desa Badean terletak di tepi…
Lokasi
Desa Badean Kecamatan Kota Bandawasa Kebupaten Bandawasa, eks – kareside nan Besuki, Jawa Timur Desa Badean terletak di tepi kanan jalan propinsi dari Bandawasa menuju kota Jember. Di sebelah utara dibatasi desa Kota Kulon di sebelah barat desa Poncogati,dan di-sebelah selatan adalah desa Nangkaan. Desa-desa tersebut semuanya masih berada di wilayah Kecamatan Kota. Namun demikuan sebagai sebuah daerah di wilayah tanah berbukit-bukit, dan tidak dilalui jalan ekonomi yang ramai, maka suasana pedesaan masihlah sangat terasa di sana. Masyarakat Madura merupakan mayoritas penduduk desa-desa tersebut di atas, sebagaimana juga terjadi di desa-desa lain di wilayah Kabupaten Ban- dawasa. Di sanalah permainan Totta’an Dara ini masih banyak digemari terutama para pemuda remaja, akan tetapi tak jarang para orang tuanya juga.
Suasana Permainan.
Siang hari sampai menjelang magrib, yaitu setelah pada umumnya mereka selesai dengan pekerjaan di sawah atau pulang dari berjual beli di pasar, mereka membuat janji antara satu pedukuhan dengan pedukuhan lain untuk bersama-sama melepas burung dara atau burung merpati. Burung-burung itu dimasukkan dalam sebuah sangkar semacam kotak kayu, lalu mereka bawa ke suatu tempat yang agak jauh dari tempat tinggal mereka. Dari tempat itu burung-burung itu pun dilepaskan. Tepuk tangan dan sorak sorai kegembiraan terdengar ketika itu, sehingga burung-burung itu terhalaukan setinggi- tinggi dan sejauh-jauhnya terbang. Bunyi “sawangan’, yaitu semacam pluit yang dipasang di atas ekor burung merpati, bersiutan karena kepak sayap dara. Suasana pun jadi riuh rendah, sehingga semakin jauh dan semakin tinggi burung-burung itu terbang untuk kemudian mencari rumah-rumah mereka.
Tetapi tidak selalu terjadi demikian. Karena terpikat oleh lawan jenisnya, maka burung-burung itu sering tidak pulang ke rumah asalnya melainkan mengikuti pasangannya. Pemilik burung tentu akan senang sekali mendapatkan tambahan miliknya. Dan sudah menjadi kebiasaan bahwa yang kehilangan burung-burungnya tak dapat menuntut apa-apa. Kini permainan bertambah ramai karena pedukuhan atau desa yang mendapatkan burung-burung pelarian itu akan dinyatakan menang. Dan pesta kemenangan itu mereka rayakan dengan memainkan seperangkat orkes Thongthong. Mereka tidak hanya bergembira ria di desanya tetapi dengan memainkan alat-alat musik itu pula mereka beramai-ramai datang ke pedukuhan atau desa yang kalah, yaitu mereka yang kehilangan banyak burung-burung dara miliknya.
Peristiwa ini disebut ‘N y a t a’. Permainan musik thongthong itupun sendirinya disertai nyanyian-nyanyian kegembiraan terdiri dari lagu-lagu tradisi ataupun lagu populer yang sedang digemari pada masanya. Pedukuhan yang kalah, dengan kedatangan para pemenang itu tentu saja merasa malu, namun tak dapat berbuat apa-apa kecuali menyembunyikan diri dalam rumah- rumah mereka sambil mengintip pemenang-pemenang itu. Sampai mereka puas dengan ‘ejekan mereka maka ketika matahari menjelang lenyap, rombongan pemenang itu pun kembali ke tempat asalnya. Bila azan magrib sudah mengalun dari surau, permainan itu pun ternyata telah berhenti. Esok siang mereka mungkin akan bermain kembali.
Latar Belakang Sosial Budayanya.
Kegemaran memelihara burung merpati adalah kelumrahan di banyak lingkungan desa maupun kampung-kampung dikota. Juga di- kalangan masyarakat Madura yang tinggal di wilayah Bandawasa ini. Burung yang jinak tetapi sukar ditangkap itu memang merupakan satwa yang sangat murah pemeliharaannya. Terutama karena sifat binatang ini yang sangat setia akan rumahnya.
Orang membuatkan rumah-rumah burung dari kayu-kayu papan dalam bentuk kotak-kotak kecil lalu diletakkan tinggi-tinggi menjulang angkasa dengan tiang-tiang bambu atau batang kayu. Tiap hari si empunya burung harus memberikan makanan burung-burung itu di atas tanah, di atas atap atau naik memanjat tiang rumah-rumahan itu. Biji-bijian seperti jagung padi dan kacang tanah sangat digemari oleh burung-burung merpati.
Mudah sekali mereka berkembang biak, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, jumlah mereka sudah berlipat ganda. Itulah sebabnya mengapa mereka sangat menggemari kebiasaan memelihara burung itu. Dan permainan Totta’an merupakan salah satu kegiatan yang menarik dari kegemaran memelihara merpati.
Peserta Permainan.
Tak ada batas jumlah peserta. Mereka adalah laki-laki semenjak’ kanak-kanak, remaja dan bahkan orang tua-tua. Kalau toh di antaranya tidak memiliki sendiri burung-burung merpati mereka pun menggabungkan diri atau sekedar menjadi suporter dalam permainan itu. Melihat burung-burung itu terbang tinggi-tinggi sebelum pulang ke kandangnya pun sudah merupakan keasyikan mereka. Dan bila teman-teman mereka menang seluruh suporter pun terlibat dalam peristiwa ‘Nyata’. Mereka ikut bermain Thongthong, ikut menyanyi dan ikut dalam perayaan ‘Nyata’, berarak-arak ke pedukuhan yang lain. Mereka itu seperti umumnya penduduk desa masa kini, sebagian adalah petani, pedagang, buruh tani, atau satu dua pegawai negeri.
Perlengkapan Permainan
Yang harus ada adalah burung-burung merpati itu, kemudian diperlukan ‘sawangan’ atau semacam pluit kecil yang diikatkan di- bagian ekor merpati. Oleh angin dan kepak sayap, maka pluit itu pun berbunyi nyaring. Selanjutnya diperlukan alat-alat orkes Thongthong terdiri dari Dhungdungan besar yang disebut Pangorbi kemudian Pangothik, pembantu Pangothik dan Pangemplang. Sebagai pembuat melodi dipergunakan seruling atau kini adakalanya harmonika. ‘Terbang’ melengkapi permainan ini sebagai alat penghasil desah. Alat ini terbuat dari bingkai bundar dari kayu kemudian ditutup kulit tipis. Tidak mustahil alat-alat musik yang lain terutama yang perkusi ada juga digunakan.
Tanggapan Masyarakat Kini.
Sebagai salah satu hiburan rakyat yang tergolong murah, maka kegemaran memelihara burung merpati lengkap dengan permainan Tottaannya masih berlangsung. Terutama di kalangan anak-anak remaja sebagai kegiatan mereka mengisi waktu-waktu kosong sesudah sekolah. Lagi pula alat-alat permainan musiknya sebagai kelengkapan bermain pun merupakan alat-alat musik untuk meronda kaum dewasa di malam hari nanti. Jadi tak menjadi masalah bagi mereka bermain-main dengan burung-burung daranya itu. Burung dara yang masih muda juga digemari orang karena enak sekali untuk digoreng atau dimasak dengan cara yang lain. Hidangan burung dara banyak pula digemari di kota-kota dalam pesta-pesta di kalangan mereka sehingga usaha pemeliharaan burung merpati banyak juga menarik perhatian para petani.
PERMAINAN RAKYAT DAERAH JAWA-TIMUR; DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL PROYEK INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI KEBUDAYAAN DAERAH, Tahun 1983 – 1984, hlm. 149-151