Musium Prasejarah, Kabupaten Pacitan
Kabupaten Pacitan yang terletak di pesisir selatan Provinsi jawa Timur dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak situs prasejarah. Di antara…
Kabupaten Pacitan yang terletak di pesisir selatan Provinsi jawa Timur dikenal sebagai
daerah yang memiliki banyak situs prasejarah. Di antara sekian banyak situs prasejarah tersebut salah satunya adalah situs prasejarah Sungai Baksoka. Di situs prasejarah Sungai Baksoka di Kecamatan Punung ini banyak ditemukan benda-benda purbakala. Benda-benda purbakala dari masa prasejarah yang ditemukan di sepanjang aliran Sungai Baksoka itu sebagian besar kini disimpan di Museum Buana Keling.
Perjalanan menuju Museum Buana Keling yang berlokasi di tepi sebuah telaga di jalan Raya Solo—Pacitan, Kecamatan Punung, tersebut bisa ditempuh dengan kendaraan umum atau pribadi. Dari pusat Kabupaten Pacitan, perjalanan harus dilanjutkan ke arah barat daya sejauh sekitar 30 km. Dari pusat Kabupaten Pacitan, kita bias mengambil rute Pacitan—Punung dengan medan yang berliku-liku dan menanjak tajam atau Pacitan—Punung melalui rute memutar menyusuri tebing-tebing pantai selatan. Dua rute ini akan bertemu di satu jalur di Kecamatan Punung.
Di dalam dunia arkeologi prasejarah, nama situs Sungai Baksoka sudah tidak asing lagi. Situs ini dikenal luas oleh para arkeolog sebagai salah satu situs prasejarah terpenting
di dunia. Di situs tersebut ditemukan, dalam jumlah besar, alat-alat zaman prasejarah. Alat-alat purba dari batu itu kini tersimpan rapi dan terawat di Museum Buana Keling. Selain
mengoleksi benda-benda dari zaman batu, Museum Buana Keling juga mengoleksi benda-benda bersejarah lainnyaAdapun benda-benda koleksi Museum Buana Keling tersebut antara lain berupa kapak penetak dari zaman Paleolitik dalam berbagai ukuran dan variasi, alat-alat serpih yang berfungsi sebagai pisau dari zaman Mesolitik dalam berbagai ukuran dan variasi, mata panah dari zaman Mesolitik dalam berbagai ukuran dan variasi, beliung persegi dari zaman Neolitik dalam berbagai ukuran dan variasi, batu pemukul dalam berbagai ukuran dan variasi, kapak persegi dan bakal kapak persegi dari zaman Neolitik dalam berbaga bentuk dan variasi, kalung dan gelang manik-manik jenis Indo Pasifik, gelang perunggu, cermin perunggu, mangkok perunggu, kentongan perunggu genta perunggu, pekinangan kuningan, pekinangan anyaman daun pandan, pekinangan kayu, keramik Cina, uang kepeng lampu dari tanah liat, kalender dari kayu, keris dan tombak dalam berbagai ukuran dan variasi, batu-batu alam, fosil-fosil pohon, dan lain-lain.
Memasuki Museum Buana Keling, ingatan kita benar-benar diajak mengenang kembali peradaban nenek moyang manusia pada ribuan musem, pandangan mata pengunjung pasti akan tertuju pada deretan fosil pohon yang ditata apik menyerupai jeruji pagar. Umur batang-batang pohon yang telah membatu itu tentu telah mencapai jutaan tahun. Sampai di dalam museum, tidak jauh dari pintu masuk terdapat gambar- gambar nenek moyang manusia. Gambar-gambar tersebut menceritakan tentang proses evolusi manusia. Dalam
rentang proses evolusi itu, sebelum lahir manusia modern, manusia primitif menggunakan peralatan dari batu.
Pada waktu itu manusia masih hidup di gua-gua dan masih sangat bergantung kepada alam bahkan jutaan tahun silam. Tiba di halaman depan. Di museum tersebut alat-alat yang digunakan manusia zaman prasejarah yang berhasil ditemukan disimpan dalam kotak-kotak kaca. Dalam kotak kaca, alat-alat dari batu dari logam ditata berjajar beralaskan karpet. Supaya benda benda tersebut tidak cepat rusak, petugas museum memberinya zat-zat tertentu sebagai pengawet. Perawatan dilakukan secara rutin dan berkala sehingga kebersihan dari keawetan koleksi bisa terjaga.
Pesona Jawa Timur, 72-74