Upacara Petik Kopi, Kabupaten Blitar
Penataran merupakan salah satu desa di Kecamatan Nglegok, yang mempunyai kekayaan budaya tradisional yang langka dimiliki oleh desa lainnya, dan…
Penataran merupakan salah satu desa di Kecamatan Nglegok, yang mempunyai kekayaan budaya tradisional yang langka dimiliki oleh desa lainnya, dan hingga saat ini masih dilaksakan, yaitu upacara tradisional Petik Kopi. Upacara petik kopi dilaksanakan sekali dalam setiap tahunnya, yaitu sewaktu menyongsong akan giling kopi.
Adapun tempat untuk pelaksanaan upacara Petik Kopi, ialah di pabrik penggilingan kopi. Menurut sejarahnya, upacara Petik Kopi diadakan untuk memberi penghormatan terhadap penguasa (mbaurekso : bahasa jawa) Gunung Kelud. Konon ceritanya dahulu pernah suatu saat tidak diadakan upacara Petik Kopi (perlu diketahui pemilik pabrik adalah orang-orang asing/ bangsa Belanda), akhirnya banyak teijadi musibah, misalnya : 4 (empat) orang pemetik kopi meninggal di kebun kopi sewaktu memetik tanpa diketahui penyebabnya, buah kopi taidak ada isinya (gabukataupuso) sehingga tidak dapat digiling, mesin pabrik hidup sendiri tanpa ada yang menghidupkan, dan lain sebagainya. Mengingat adanya peristiwa yang demikian, maka dari pihak pimpinan pabrik menetapkan upacara Petik Kopi setiap tahun sekali.
Upacara Petik Kopi dalam pelaksanaannya dilakukan pada siang hari, dan diprakarsai oleh pimpinan pabrik kopi. Sedang para peserta upacara , ialah penduduk diperkebunan kopi tersebut, Penduduk didaerah perkebunan kopi, kesemuanya merupakan buruh dan karyawan pabrik kopi Sebagai sarana atau perlengkapan sesaji yang harus disediakan, berupa : cok bakal, pisang setangkep (dua sisir), nasi gurih (dengan lauksrundeng, sambel goreng dan ayam utuh), nasi brok dengan lauk kulupan, lodeh, dan kuluban), nasi golong, nasi punar, jenang abang putih, kembang setaman, kelem- keleman, gulo gimbal, gulo grinsing, kepala kerbau, buceng, dan candu. Selain peserta dan perlengkapan sesaji, pada pelaksanaan upacara Petik Kopi juga diiringi kesenian jaranan atau reog.
Jalannya upacara Petik kopi : beberapa hari sebelum pelaksanaan upacara, pimpinan pabrik kopi memanggil dukun atau pemimpin upacara, agar mempersiapkan pelaksanaan upacara Petik Kopi. Selesai pembicaraan tersebut, maka dukun atau pemimpin upacara mempersiapkan perlengkapan untuk upacara, dan tidak lupa menghubungi para peraga pelaksanaan upacara Petik Kopi, baik untuk keseniannya, maupun pembawa pengaten yang terbuat dari kopi. Tepat pada hari pelaksanaan upacara, maka dukun atau pemimpin upacara, semenjak pagi hari sudah pergi ke kebun kopi untuk mencari jenis buah kopi yang baik, dan dirangkai membentuk sepasang penganten laki- laki dan perempuan. Pada siang hari yang sudah ditentukan, para pelaku prosesi upacara berdatangan menuju ke kebun kopi untuk bersiap-siap melaksanakanprosesi upacara Petik Kopi. Apabila kesemuanya sudah siap, maka para pelaku prosesi membentuk barisan beijalan meninggalkan kebun kopi, berkeliling kampung sekitar kebun tersebut dan pada akhirnya menuju ke pabrik kopi. Dalam barisan tersebut, paling depan adalah kesenian Jaranan atau Reog disusul oleh dukun atau pemimpin upacara, dan dibelakangnya 2 (dua) orang laki-laki dan perempuan yang belum kawin menggendong sepasang manten-mantenan yang terbuat dari kopi, setelah itu baru pengikut lainnya, rombongan pelaku prosesi uapacara, sesampainya di pabrik disongsong oleh pimpinan pabrik, bersamaan itu pula dilakukan penyerahan boneka manten-mantenan dari buah kopi dibawa oleh pimpinan pabrik, dan ditaruh di dalam gudang, yang nantinya digiling paling akhir apabila semiua kopi yang berada dalam gudang telah habis. Kegiatan selanjutnya adalah selamatan dalam pabrik, yang terlebih dahulu diujubkan oleh dukun atau pemimpin upacara. Selanjutnya barang-barang yang telah diujubkan oleh dukun atau pemimpin upacara tadi ditaruh pada tempat-tempat tertentu, yaitu : pada setiap mesin giling kopi diberi kepala kerbau dan sesaji lainnya; sedang di gudang diberi sesaji berupa : cok bakal, pisang, nasi gurih, nasi brok, nasi golong, nasi punar, jenang abang putih, kembang setaman, kelem- keleman, gulo gimbal, gulo grinsing, buceng dan candu.
Apabila prosesi upacara Petik Kopi telah selesai, maka semua peserta upacara kembali kerumahnya masing-masing. Pada malam harinya diadakan pesta makan bersama di pabrik. Bersama itu pula, diadakan berbagai hiburan berupa : film, ludruk, jaranan dan lain sebagainya. Hiburan tersebut biasanya berlangsung hingga pagi hari. Dengan selesainya kegiatan upacara Petik Kopi ini, maka hari berikutnya dilanjutkan dengan panen kopi.
Adapun fungsi pabrik mengadakan upacara Petik Kopi, adalah untuk menghindari musibah jangan sampai panen kopi gagal, dan mengucapkan syukur kepada penguasa Gunung Kelud, yang telah memberikan perlindungan terhadap perkebunan kopinya, sehingga mendapatkan hasil yang memadai. Selain itu, juga agar pada waktu melaksanakan penggilingan tidak mendapat gangguan.
Terutama untuk menjaga keselamatan para pekerja perkebunan, atau pabrik kopinya. Diadakanya upacara tersebut, berfungsi pula agar jangan sampai jim-jim mengganggunya.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: WUJUD, ARTI, DAN FUNGSI PUNCAK-PUNCAK KEBUDAYAAN LAMA DAN ASLI BAGI MASYARAKAT PENDUKUNGNYA; Sumbangan Kebudayaan Daerah Terhadap Kebudayaan Nasional; DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI, 1996/1997, hlm.39-41