Leran Mengukir Sejarah Besar, Kabupaten Gresik
Leran Dilupakan Setelah Mengukir Sejarah Besar Leran, Desa bersejarah yang tenggelam ditelan sejarahnya sendiri. Sejarah kebesaran dan kejayaan Islam di…
Leran Dilupakan Setelah Mengukir Sejarah Besar
Leran, Desa bersejarah yang tenggelam ditelan sejarahnya sendiri. Sejarah kebesaran dan kejayaan Islam di bumi nusantara lahir dari tanah mardikan ini, tetapi setelah itu, Leran tersisih berdiam diri menjadi benda bersejarah yang benar-benar telah ‘mati’ tertinggal oleh daerah-daerah bersejarah yang turut dilahirkannya.
Bekas peninggalannya pun sejak puluhan tahun terlihat kurang terawat. Diatas pelataran daratan Leran masih tampak Makam Siti Fatimah Binti Maimun dan sebuah bangunan masjid kuno yang diperkirakan peninggalan Sunan Malik Ibrahim. Oggokan layar sebuah kapal kuno juga masih menancap di tengah pertambakan. Keramik-keramik berbentuk piring, gelas, teko dan barang-barang peninggalan lainnya masih banyak terpendam di dalam perut Bumi Leran. Hal ini menandakan, pada zaman itu Leran sudah menjadi pelabuhan internasional. “Kita sudah sering mengadakan penelitian dan penggalian di Leran dan banyak bukti sejarah yang menegaskan bahwa Leran adalah desa pertama yang menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan Islam di nusantara,” kata ahli sejarah Dra. Wanda Mentini.
Makam Fatimah Binti Maimun dari sisi bentuk, bahan bangunannya dan tulisan-tulisan yang tertera di atas batu nisannya semakin kuat menegaskan bahwa sejarah peradaban baru diawali dari Desa Leran, Kec. Manyar, Gresik. Menurut Mustakim pakar sejarah Gresik juga menuturkan, dilihat dari cungkup makam Siti Fa-timah binti Maimun memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi. Bagian kaki dan badan bangunan dihiasi dengan pelipit-pelipit persegi dan atap berbentuk limas, dindingnya tebal, dengan ruangan yang sempit. Batu bata putih digunakan sebagai bahan tembok mengelilingi cungkup. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa Siti Fatimah binti Maimun pada zaman itu memiliki kedudukan yang penting.
Nisan makamnya dihiasi dengan pahatan kaligrafi bergaya kufi merupakan tulisan arab tertua di Asia Tenggara. Tulisan itu berisi kalimat basmalah dan ayat al-Qur’an Surat Ar Rahman ayat ke-26, Surat Ali Imran ayat ke-185, diakhiri dengan bacaan shadaqallahu wa shadaqa rasulu al Karim. Selain itu di atas nisan juga ditulis nama dan tahun meninggalnya, yaitu pada 1082. Nampaknya nisan ini ada persamaannya dengan nisan yang ditemukan di Phanrang (Thailand). Seorang pemerhati sejarah purbakala bernama Moquette menyatakan bahwa batu nisan tersebut berasal dari produk yang sama yaitu Cambay, India.
Belum jelas, apa saja pengaruh kedatangan Fatimah ini, tetapi dengan mengidentifikasi bekas peninggalannya, jelas kehadirannya telah memberi pengaruh mendalam bagi perubahan peradaban masyarakat. “Kalau di Laut Selatan muncul tokoh Nyi Roro Kidul, maka sebagai penyeimbangnya adalah Nyi Leran sebagai tokoh wanita muslimah yang dikenal dengan Siti Fatimah Binti Maimun dari Laut Utara,”kata (alm) Gus Dur. Jejak Leran semakin tegas sebagai awal titik munculnya masyarakat baru setelah Malik Ibrahim juga mendaratkan kakinya di Desa Sembalo yang sekarang disebut dengan Desa Leran pada tahun 1370.
Di desa yang pernah menjadi pusat perdagangan ini, Maulana Malik Ibrahim selain berdagang juga berdakwah mengajak masyarakat masuk Islam. Dan dia pun sesaat tiba di Leran langsung mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kepada masyarakat yang mayoritas masih memegang teguh kepercayaan animesme dan dinamisme. Dakwah Malik Ibrahim berkembang pesat apalagi setelah pusat dakwahnya dipindah ke Desa Gapura, Kec. Gresik. Pernikahannya dengan putri kera-jaan telah melahirkan ulama besar; Sunan Ampel dan Sunan Raden Santri.
Dari kedua putra Malik Ibrahim itulah, Sunan Giri berguru mendalami ilmu agama, sehingga berkat kecerdasannya, anak angkat Ki Ageng Pinatih ini tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga memiliki ilmu-ilmu sosial politik, dan dikenal ahli strategi, sehingga di kalangan para wali, Sunan Giri dijadikan tokoh sentral untuk dimintai pendapat dalam segala bidang. Bahkan berkat keilmuannya, wawasan dan kemampuannya dalam membangun sebuah negara, dia pun menobatkan diri sebagai Raja Giri Ke-daton. Kekuasaannya meluas sampai menembus ke wilayah Indonesia Tfl-mu r dan beberapa Negfara tetangga. Hal itu yang membuat Sunan Giri menjadi raja besar yang agung.
Menurut mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Prof.DR.Nursyam, Gresik merupakan daerah yang khas yang tidak ditemukan di daerah lain. Sunan Malik Ibrahim dan Sunan Giri menjadi kekuatan utama untuk mengemban daerah ini sebagai pusat penyebaran dakwah. Uniknya lagi, lanjut dia, Gresik ini seakan dilindungi oleh waliyullah, yaitu dari arah timur bersremayam Sunan Ampel dan dari arah barat dibentengi Sunan Drajat di Lamongan dan Sunan Bonang, Tuban.
Dengan peta Gresik seperti ini, bukan berarti Gresik mendapatkannya by given, tetapi dari sosiokultural, Gresik telah meletakkan pilar-pilar yang kuat dalam membangun sebuah peradaban baru yang berbasis pada nilai-nilai ajaran agama yang universal penyebar kedamaian. “Banyak faktor yang menegaskan bahwa Gresik benar-benar disebut sebagai kota santri,”ujarnya.
Dari sinilah awal mula terjadinya peradaban baru di nusantara dan sia-papun tidak akan membantah jika Gresik memiliki peran penting dalam membentuk masyarakat yang berbudaya luhur, berkarakter dan to-leran.”Lihat saja, berbagai tradisi yang berkembang di nusantara ini selalu diwarnai nilai-nilai Islam. Dan nilai-nilai itu sebenarnya berkembang dimulai dari daerah ini,”katanya. (tim sd)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: SUARA DESA, Edisi 05 15 Juni -15 Juli 2012, hlm. 56 – 57