Thursday, September 12, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Mantan Temmo, Madura

Upacara adat Mantan Temmo “Temu Pengantin” merupakan bagian khas dari rangkaian upacara perkawinan adat Madura di wilayah Kabupaten Pamekasan. Waktu…

By Pusaka Jawatimuran , in Madura Seni Budaya Th. 2011 , at 19/02/2013 Tag: , , , , , , ,

Upacara adat Mantan Temmo “Temu Pengantin” merupakan bagian khas dari rangkaian upacara perkawinan adat Madura di wilayah Kabupaten Pamekasan.

Waktu upacara ditetapkan oleh kedua belah pihak, bertempat di rumah pengantin putri. Menjelang kedatangan pengantin laki-laki, pada sudut-sudut rumah calon pengantin perempuan dilakukan pembakaran kemenyan dengan harapan roh-roh jahat akan menyingkir, tidak mengganggu jalannya upacara.

Petugas penerima tamu membunyikan kronong “genta” sebagai tanda bahwa rombongan pengantin laki-laki telah datang. Bersamaan dengan bunyi kronong, mengalunlah irama giro keraton atau jidhoran untuk menyambut pengantin laki-laki. Pengantin laki-laki disambut oleh pihak pengantin perempuan di muka pintu, kemudian memasuki upacara mantan sabung “mengadu ketrampilan silat”.

Wakil pengantin laki-laki diwajibkan bermain silat, mengadu ketrampilan dengan penjaga pintu. Acara silat ini merupakan simbolisasi tugas lelaki sebagai pelindung keluarga, berani menghadapi tantangan hidup. Pihak pengantin perempuan menaburkan beras kuning, sebagai simbolisasi tolak bala atau pengusir roh jahat. Kegiatan berikutnya ialah megga’ blabar “memutuskan tali penghalang” yang melintang di depan pintu masuk.

Kegiatan dilakukan oleh kedua bujangga dengan dialog dalam bentuk tembang yang mengusung pesan tentang maksud kedatangan pengantin laki-laki. Pihak pengantin perempuan menjawab dalam tembang Sinom. Bujangga pengantin laki-laki diberi izin memasuki rumah setelah memutuskan rentangan tali dengan lampu khusus yang disebut damar kambang.

Setelah rentangan tali putus, acara dilanjutkan dengan memutar pengantin putri {mantan lekser) yang duduk di atas talam “baki” di balik tirai. Pengantin laki-laki harus memutar pengantin perempuan, dalam makna mengamati dan meneliti secara seksama kebenaran identitas perempuan yang dipilihnyaPuncak acara adalah pengantin duduk bersanding atau mantan jajar.

Seluruh kerabat memberi ucapan selamat dengan iringan gamelan Giro Kepatihan. Dalam acara ini para kerabat dan tamu undangan melakukan cocoran “penetesan air bunga” dan memberi doa kepada pasangan pengantin.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:Menggelar Mantra, Menolak Bencana; Ensiklopedi Upacara Adat Provinsi Jawa Timur: Pemerintah Provinsi Jawa timur, Dewan Kesenian Jawa Timur, Kompyawisda Jatim. Jember, 2011, hlm. 148-149