Pande Gamelan, Kabupaten Magetan
LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA PANDE GAMELAN DI KIDAL Menurut pengakuan para pande gamelan di daerah Kidal, dikatakan bahwa kegiatan pande…
LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA PANDE GAMELAN DI KIDAL
Menurut pengakuan para pande gamelan di daerah Kidal, dikatakan bahwa kegiatan pande gamelan di Kidal setidak-tidaknya sudah tiga keturunan hingga sekarang ini. Orang .pertama yang dianggap sebagai cakal bakal pande gamelan di Kidal bernama Kartodikromo. Kartodikromo adalah salah seorang anak dari Singolaksono yang semula berasal dari Surakarta. Siapa sebenarnya yang menurunkan Singolaksono ini tidak diketahui dengan jelas . Hanya dikisahkan bahwa salah seorang anaknya kawin dengan putri dari seorang yang bernama Djojobroto.
Sekitar tahun 1825, pada saat terjadi perang Diponegoro, salah seorang prajuritnya yang bernama Djojobroto terpaksa melarikan diri karena terdesak pasukan Belanda. Dan Ny. Djojobroto menyingkir ke dukuh Kidal, Desa Kauman, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan. Berkat perkawinannya dengan Djojobroto dikaruniai 4 orang putera, yaitu : Poncokenongo, Kudomarto, Martowikromo dan seorang putri yang tidak diketahui nama aslinya yang kemudian kawin dengan Kartodikromo anak dari Singolaksono. Anak Singolaksono seluruhnya berjumlah 5 orang, yaitu : Gijem, Kartodikromo, Mi, Singosemito dan Sodikromo
Perkawinan Kartodikromo dengan putri Djojobroto dikaruniai 8 orang putera. Dan diantara 8 puteranya tersebut 7 diantaranya melanjutkan pekerjaan yang dirintis ayahnya sebagai pande gamelan, demikian pula kepandaian yang dimilikinya diwariskan pula kepada anak-anaknya hingga sekarang ini. 8 putera Kardikromo tersebut,yaitu : Madrim, Kartodirjo, Sepiyem/Resodikromo, Kartoprawiro, Sepinah/Martodrikromo, Kartodikromo, Somo Djemali dan Sarimin.
Kepandaian yang dimiliki oleh keturunan dari Kartodikromo dalam hubungannya dengan kegiatan di pande gamelan, ternyata menekuni pada bidang-bidang yang tidak sama. Ada sementara yang menekuni sebagai pembuat gamelan atau biasa disebut panji, ada pula yang menekuni dibidang penglarasan gamelan, atau bahkan ada pula yang bekerja sebagai pembantu dalam pande gamelan.
Madrim mempunyai 7 orang putera, diantaranya 4 orang yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan, demikian pula beberapa orang cucunya. Keempat anak Madrim yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan, diantaranya : Martodihardjo, Mardi, Tjokrohartono dan Suwandi. Anak Martodikardjo yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan,yaitu Karjono, Karjoto dan Karjoso. Sebagai pewaris, Karjono tidak semata-mata mewarisi kepandaian dari orang tuanya, tetapi mewarisi pula peralatan pande gamelan dari orang tuanya. Dalam hal ini Karjono berlaku sebagai pengusaha pande gamelan dan bertindak sebagai panji sekaligus. Sedangkan kedua adiknya sebagai pembantu. Mardi mempunyai anak bernama Harsono yang juga sebagai pembuat gamelan. Tjokrohartono terkenal sebagai pembuat gamelan dan tukang laras gamelan. Sedangkan Suwandi salah seorang anak dari Madrim pula, juga sebagai pembuat dan tukang laras gamelan.
Keturunan Kartodikromo yang lain bernama Resodikromo, yang juga dikenal sebagai pembuat gamelan. Diantaranya 9 orang puteranya, tercatat 6 orang yang menekuni dibidang pembuatan gamelan. Keturunan dari keenam putera Kartodikromo inipun banyak pula yang meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai pembuat gamelan. Bahkan ada sementara yang pernah mendalami pekerjaan membuat gamelan di lingkungan Kraton Surakarta, yaitu yang bernama Sastrodihardjo alias Sastro Sipin. Keturunan SastroSipin kendatipun tidak menekuni pembuatan gamelan, tetapi tetap berupaya melestarikan warisan dari orang tuanya. Dari kelima anak Sastro Sipin, tercatat 2 orang yang aktif dibidang pembuatan gamelan, yaitu Moeljono sebagai penglaras gamelan dan Soejoed yang lebih banyak menekuni dibidang pemasaran gamelan.
Putera Resodikromo lainya yang menekuni pekerjaan dibidang pembuatan gamelan diantaranya; Atmodihardjo (sebagai penglaras gamelan), Somowidjojo (pembuat gamelan), Sasmohardjo alias Sikoen (penglaras gamelan), Ny. Ning, Ny. Manis Martokarso (pembuat gamelan).
Somowidjojo mempunyai 8 orang putera. Dari 8 orang itu beberapa diantaranya menekuni sebagai pembuat gamelan, yaitu Moenadi, Soemadji dan Wasito, Ny. Ning mempunyai 8 orang putera dan 4 orang yang bekerja sebagai pembuat gamelan, yaitu : Sadirin, Sadikun, Sadikin dan Dimun. Sedangkan Ny. Manis Mertokerso mempunyai 7 orang anak, 2 orang yang menekuni kegiatan pembuatan gamelan, yaitu Sardi dan Suradi.
Disamping keturunan dari Singolaksono sebagaimana diuraikan diatas, pande gamelan di Kidal ada sementara yang berasal dari jalur keturunan lain, tetapi masih mempunyai hubungan keluarga Singolaksono. Singolaksono sebenarnya mempunyai 2 orang saudara, yaitu; Kartisentiko dan Sodikromo. Dalam hal ini Kartosentiko. Dalam hal ini Kartosentiko mempunyai 4 orang anak yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan, yaitu; Loso, Rebo, Kisoet dan Poepon/ Wongsodidjono. Poepon atau Wongsodidjono juga mempunyai 2 orang anak yang bekerja sebagi pembuat gamelan, yaitu; Partoredjo dan Hardjodijono. Sedangkan Sodikromo yang dikenal pula sebagai pembuat gamelan mempunyai beberapa orang yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan pula. Diantaranya adalah, Karso alias Sadimin dengan 3 orang puteranya yang masing- masing juga sebagai pembuat gamelan, yaitu; Ny. Minih alias Karso Kanti, Karsoredjo alias Ngadi dan Madimin. Keturunan Karso Kanti yang membuat gamelan bernama Darmo alias Kamidi dan Madimin. Salah satu anak Madimin yang mewarisi kepandaian orang tuanya sebagai pembuat gamelan bernama Wakidi.
Martodikromo anak ke 5 dari Kartodikromo, mempunyai 8 orang putera, dua diantaranya yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan, yaitu Parno dan Sadi. Sedangkan Somo Djoemadi mempunyai 3 orang putera dua diantaranya bekerja sebagi pembuat gamelan, yaitu : Kasimin Kartowijono dan Sapardjo. Dari uraian diatas tampak jelas bahwa pekerjaann sebagai pande gamelan di Kidal ternyata dilakukan secara turun temurun. Dan dari kenyataan yang ada sekarang terlihat bahwa pekerja di pande gamelan yang tersebar di Kidal, satu dengan lainnya masih terikat hubungan kekeluargaan. Memang ada sementara yang tidak mempunyai hubungan keluarga yang dekat, tetapi pada umumnya mereka masih dalam taraf belajar atau sekedar bekerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ringan-ringan, misalnya; mengikir, menghaluskan dan lain sebagainya.
Kendatipun sekarang masih banyak keturunan dari Singolaksono, keturunan dari Kartosentiko maupun keturunan dari Sodikromo yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat gamelan, tetapi tidak seluruhnya mempunyai besalen (tempat untuk melakukan kegiatan pembuatan gamelan). Beberapa besalen yang kini masih aktil melakukan kegiatan, diantaranya; besalen milik Somowidjojo, besalen milik Suparno, besalen milik Kamidi, besalen milik Sukimin, besalen milik Karjono dan besalen milik Kasimin.
Hubungan kerja dengan besalen yang berada di luar daerah Kidal, misalnya dengan Solo atau Sukoharjo; telah dirintis sejak semula dan hingga kini masih pula dilakukan. Salah satu pekerjaan yang dianggap paling berat dan banyak menanggung resiko dilingkungan pande gamelan adalah pekerjaan membuat Gong Besar atau Gong Totogan. Untuk mencukupi kebutuhan Gong Besar, seringkah harus memesan ke Solo atau ke Sukoharjo. Bahkan pernah pula Gong Besar dibuat di Kidal, tetapi untuk tenaga intinya terpaksa harus mendatangkan dari besalen di Sukoharjo. Namun demikian secara timbal balik, serinhg pula besalen di Sukoharjo terpaksa, memesan beberapa bagian dari gamelan yang kebutuhan tidak sempat diproduksi di Sukoharjo, misalnya komponen gamelan berupa wilahan. Kerja sama semacam ini dilakukan pada saat banyak yang memesan sedangkan waktu tidak mencukupi untuk dikerjakan sendiri.
Proses pembuatan gamelan di Kidal, desa Kauman, kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan; Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Jawa Timur, 1994 / 1995, hlm. 3-6
Comments
Menerima pesanan pembuatan gamelan dengan harga 35jt..berminat hub.085726116254