Thursday, November 14, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Dolly, Surabaya

Menunggu Dolly Tutup Kompleks lokalisasi Dolly Surabaya, konon merupakan kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara. Tidak lama lagi, Dolly akan…

By Pusaka Jawatimuran , in Sentra Surabaya Th. 2012 , at 14/02/2013 Tag: , , , , ,

Menunggu Dolly Tutup

Kompleks lokalisasi Dolly Surabaya, konon merupakan kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara. Tidak lama lagi, Dolly akan ditutup pemerintah bersamaan dengan penutupan loka­lisasi di Kab/Kota seluruh Jawa Timur. Ditargetkan sampai akhir tahun ini sudah tuntas seluruhnya.

Seperti dimaklumi, lokasisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak. Bukan hanya PSK, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang becak, PKL, buruh cuci dan lain-lain. Selain itu, di sana juga terdengar sayup-sayup seorang anak sedang ngaji melantunkan ayat-ayat suci, dan kalimat-kalimat bijak di tengah-tengah majelis pendidikan. Benar-benar kontradiksi dan kompleks banget.

Pemkot Surabaya sendiri jelas mi-kir seribu kali kalau menutup Dolly layaknya Kramat Tunggak di Jakarta dan Saritem di Bandung. Kenapa?. Karena penghasilan per hari dari Dol­ly konon mencapai Rp 2 miliar lebih atau setara dengan Rp 60 miliar per bulan. Data ini bukan main-main ka­rena menurut pengakuan salah satu pengelola wisma di Dolly, perputaran uang tersebut riil meliputi berbagai sektor jasa.

Sementara meski Dolly kini dalam bayang-bayang penutupan, nam­un kehidupan lokalisasi Dolly te­rus menggeliat. Tak kurang 3 ribu orang pengunjung dalam semalam berduyun-duyun datang membuang hasrat seksualnya ke Dolly. Tak heran jika perputaran uang di Gang Dolly mencapai Rp 2 milliar per malam. Jumlah yang cukup fantastis untuk gang Dolly yang panjangnya kurang lebih 500 meter itu.

“PKL jual buah dalam satu malam bisa raup Rp 800 ribu. Ada ratusan buruh cuci, satu buruh dapat Rp 150 ribu per hari. Sebesar 90 persen mata pencaharian warga sekitar dari Dolly, mulai pasar tradisional, tukang parkir dan warung kopi serta lainnya,” kata Saka pengelola wisma Barbara, New Barbara, Madonna dan Madonna Indah ini. (.

Belum lagi dengan jasa penyewaan kos-kosan milik warga. Di kawasan lokalisasi Dolly dan Jarak ini, banyak warga yang menyediakan fasilitas kos-kosan untuk para PSK. “Di sini juga ada rumah yang dibangun dengan 7 kamar dan rata-rata yang ditempati hanya 2 kamar saja. Sisanya memang sengaja untuk kos-kosan,” jelasnya.

Kemudian kontribusi pendapatan parkir. Untuk sepeda motor sekali parkir harus membayar uang parkir Rp 5 ribu

untuk sepeda motir, sedangkan mobil Rp 10 ribu. Tarif sewa PSK untuk satu jam nilainya bervariasi ada yang termurah Rp 100 ribu, Rp 150 ribu, Rp 200 ribu dan Rp 250 ribu. Bedanya, kalau lebih mahal jelas lebih cantik dan pilihan. Mereka PSK yang kelas menengah ke bawah seharga Rp 100 ribu duduk di sofa dan di luar akuarium-etalase kaca tapi yang menengah ke atas, berada di dalam akuarium.

“Yang pasti setiap tamu yang datang harus pakai kondom dan di­larang keras gunakan narkoba di dalam kamar. Saya beberapa kali mengusir tamu yang mengajak anak buah untuk nyabu di kamar. Kalau bisa persuasif, saya belum lapor polisi dulu,” tuturnya.

Kondisi ramai itu bakal menurun drastis ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Pasalnya, baik gang Dolly maupu Jarak harus tutup total untuk menghormati bulan dimana umat muslim menjalankan ibadah puasa. Karena ada kesepakatan bersama bu­lan Ramadhan harus tutup total dan para penghuni lokalisasi harus pulang kampung.

“Kalau bulan Ramadhan, coba anda sendiri lewat gang Dolly pasti rasanya seperti kota mati. Tidak ada aktivitas. Bahkan para pedagang di pasar itu juga merasakan, omzet mereka turun drastis,” papar pria yang sudah 13 tahun menggeluti bisnis di Gang Dolly ini.

Disinggung wacana penutupan lokalisasi Dolly, Saka punya trik ter­sendiri agar bisnisnya itu tetap hidup. Ia mengaku tidak keberatan jika pemerintah melakukan penutupan. Kapanpun lokalisasi ini ditutup, se­cara pribadi Saka sudah menyatakan siap.

Sedangkan untuk aset berupa 4 Wisma yang dikelolanya itu, Saka berencana akan membuat penginapan (homestay) atau kos-kosan. Sebab, bisnis penginapan masih subur untuk

kota Surabaya. “Kalau ditutup saya berencana akan membuat penginapan disini. Toh tinggal memodifikasi saja,” pungkas pria yang masuk Surabaya sejak tahun 1982 dan ketika itu masih berusia 13 tahun.

Pemprov Jatim menargetkan ta­hun 2012 ini akan mengentas dan memulangkan sebanyak 701 orang wanita tuna susila (WTS) ke daerah asal. Mereka tersebar di lokalisasi Surabaya (253 WTS), Banyuwangi (103 WTS) dan Tulungagung (345 WTS), (bjt, tni)

SUARA DESA, Edisi 05, 15 Juni- 15 Juli 2012, hlm.  44

Comments


Leave a Reply