Sunday, November 3, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Batik Madura

Secara etimologi, kata “batik” berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik” yang merujuk pada teknik pembuatan corak,…

By Pusaka Jawatimuran , in Kesenian Madura Th. 2012 , at 13/02/2013 Tag: , , , , ,

BATIK Madura 1Secara etimologi, kata “batik” berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik” yang merujuk pada teknik pembuatan corak, yang diaplikasikan pada media kain. Namun, batik bukan hanya milik Jawa saja. Di pulau Madura yang berbeda suku dengan Jawa juga mempunyai batik dengan ciri khas tersendiri. Tak kalah dengan Jawa, Batik Madura juga mempunyai ciri khas dan corak yang sangat berbeda.

Seni batik Madura diperkirakan masuk sejak tahun 1293, yang terus berlanjut hingga abad ke-17. Saat itu, kerajaan Sumenep di pulau garam ini dipimpin oleh Ario Prabuwinoko. Oleh adipati ini, batik madura mulai dikenalkan sebagai warisan leluhur yang berbeda dengan batik milik suku Jawa yang sangat beragam.

Di pulau garam ini, tiap daerah pun mempunyai corak dan warna yang sngat . bermacam. Hanya saja teknik pembuatan secara umum hampir sama dengan batik Jawa, di mana mencorak kainnya dengan canti dan menggunakan bahan perintang dari “lilin” (wax). Warna yang berkesan tegas dan co: yang mengartikan unsur alam membuat beberapa dari konsumen batik mulai tertarik batik Madura ini.   .

Mungkin karena dikenal sebagai pulau penghasil garam, maka batik madura banyak bercorak dengan titik-titik berwarna putih, layaknya butiran garam yang dihasilkan pulau utara pulau Jawa Timur ini. Dot pattern ini semakin sering menjadi ciri utama batik Madura. Selain itu berbagai ornamen flora atau pun fauna juga dijadikan corak utama pada batik ini.

Secara umum desain batik madura terpe­ngaruhi oleh kepantaian Pulau Madura. Warna merah, hijau, biru dan kuning menjadi simbol bagaimana batik ini menyesuaikan corak alam riil pulau Madura. Jika dilihat secara filosofi warna-warna tersebut mempunyai arti tertentu. Disinilah kita bisa memilih batik Madura mana yang sesuai dengan keinginan kita.

Filosofi warna

Hijau, kebanyakan digunakan pada batik buatan dari Kabupaten Bangkalan. Warna hijau ini diadaptasi dari berkembangnya Agama Islam

yang masuk ke pulau Madura. Bukan hanya secara religi, warna hijau yang berkonotasi dengan warna daun, menggambarkan simbol dewa kesuburan saat Kerajaan Majapahit masih berkuasa di negeri ini.

Biru, merupakan warna yang dapat diartikan sebagai warna natural sebuah daerah kepulauan. Warna biru ini menggambarkan bahwa pulau Madura dikelilingi bentangan laut biru nan luas.

Merah, bukan berarti hanya berani. Sifat orang suku madura yang kuat dan tegas men­jadikan warna ini bermakna sebuah kekuatan orang Madura yang sangat kuat dan tegar dalam menghadapi permasalahan apapun.

Kuning, bermakna beberapa daerah bagian Madura digambarkan cukup subur untuk dijadikan pertanian. Warna kuning digambarkan sebagai padi yang siap dipanen yang sudah menguning, yang seolah pulau garam ini juga mempunyai lumbung padi yang cukup besar.

Beda daerah, beda makna

Tiap daerah di Pulau Madura, coraknya pun memiliki khas masing-masing. Bukan hanya dari kararkter, namun pengaruh dari luar daerah juga memberikan kontribusi dari variasi Batik Madura. Batik Bangkalan misalnya. Batik dari kabupaten di ujung pulau Madura ini mempaunyai warna yang lebih kontemporer yang tebal. Karakter coraknya pun sangat kuat dibandingkan batik Madura dari

Kabupaten-Kabupaten lain yang berada di pulau garam ini. Karakternya bisa dimaknai sebagai arti harfiah karakter dongeng lokal. Motif tulis ini dikenal sebagai motif “gejekereng”, “lamuk”, dan “panji”.

Batik Sampang dan Batik Sumenep hampir memiliki ciri yang sama. Corak flora dan faunanya sangat kental. Hanya saja Batik Sumenep lebih detail menggambarkan flora dan faunanya, semisal motif ayam bekisar atau bunga teratai. Sementara Batik Sampang, cukup mempunyai warna yang lebih variatif dan “nggenjreng” (kontras), meski corak flora dan faunanya tidak sedetail batik Sumenep.

Perancang busana ternama Indonesia, Ramli, sempat memperkenalkan batik Sampang ini di San Fransisco, Amerika Serikat. Diatas kain sutra dan katun, Ramli, kain batik dari Kabupaten Sampang, dibuat menjadi blus panjang, celana panjang, kebaya hingga jaket lelaki. Gaya modern itu dikemas dalam warna merah menyala, hitam putih dan cokelat.

Hampir semua batik Kabupaten Sumenep berupa batik tulis. Hal ini dikarenakan batik tulis merupakan warisan nenek moyang yang harus dipertahankan. Cukup banyak jenis dan motif batik yang ditulis di kain batiknya. JDi antaranya motif “karpotean” yaitu gambar J dahan, daun, dan bunga dengan warna cerah, seperti hijau, merah, dan kuning. Selain itu, ada juga motif terang bulan dengan gambar |Pkelopak-kelopak bunga yang didominasi warna cokelat kehitam-hitaman. Sangat detail jika dilihat.

Sementara, Batik Pamekasan, lebih berciri perpaduan dari semua motif batik yang ada di Pulau Madura. Motifnya ada yang abstrak, “lawasan” (vintage), dan “gunungan”. Motif batik abstrak, cenderung berbentuk garis-garis seperti serat kayu, sepintas berwarna kuning gading

, dengan motif standar serta warna sejuk tidak terlalu mencolok.

Sementara ada juga yang memiliki motif yang bernama “lawasan” berbentuk batik kuno seperti motif standar cenderung buram (seperti batik soft) dengan warna sejuk (seperti warna khaki) tidak mencolok. Untuk batik motif “Gunungan”, berupa batik yang tidak terlalu penuh dengan motif. Motif yang dimaksud adalah motif berbagai corak yang dituangkan dalam satu kreasi saat membatik. Batik “Gunungan” yaitu dengan bentuk di atas penuh dengan motif, sedangkan di bawah jarang-jarang.

Berbagai macam corak dan warna batik Madura menjadikan tambahan keragaman batik nasional di Indonesia, dan cukup membanggakan daerah di Jawa Timur. Sekarang tinggal pilih saja, batik mana yang sesuai dengan karakter dan selera anda.*

Media Indag, Desember 2012, Volume VII, No. 28, hlm. 12-13