Monday, January 13, 2025
Semua Tentang Jawa Timur


Syiar Islam dengan Bubur, Kabupaten Tuban

Setiap bulan Ramadhan, ma­syarakat Tuban, biasanya suka menikmati kelezatan Bubur Muhdhor. Kuliner ini biasanya pula dibagikan secara gratis sebagai takjil…

By Pusaka Jawatimuran , in Seni Budaya Th. 2012 Tulungagung , at 10/02/2013 Tag: , , , , , , ,

sYIAR iSLAM DENGAN bUBUR001Setiap bulan Ramadhan, ma­syarakat Tuban, biasanya suka menikmati kelezatan Bubur Muhdhor. Kuliner ini biasanya pula dibagikan secara gratis sebagai takjil ketika berbuka puasa. Takmir Masjid Al Muhdhor, Agil Al Bunumay, mengatakan, pembuatan bubur merupakan tradisi setiap Ra­madhan yang sudah dilakukan turun temurun sejak 1937. Agil menje­laskan, bubur dibuat sebagai takjil bagi umat Islam yang saat itu masih banyak yang hidup serba kekurangan. Bubur dibagikan secara gratis kepada siapa saja, termasuk ke musala dan masjid yang dekat dengan Masjid Al Muhdhor.

Menjelang buka puasa, ruas Jalan Pemuda Kota Tuban, tepatnya di Mas­jid Al Muhdhor, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota, Kabupaten Tuban, dipenuhi warga mulai anak-anak hing­ga orang tua yang berdesakan sambil menenteng piring atau mangkuk. Mereka antre menunggu pembagian bubur. Salah seorang penikmat bubur Muhdhor, Muhammad bin Alwi, mengatakan, sebenarnya tidak ada perbedaan cara pembuatan bubur Muhdhor dengan bubur lainnya. Hanya saja, rasa bubur sangat khas. “Setiap hari saat Ramadhan saya antre di sini. Tidak ada yang berbeda sih tapi rasanya lebih gurih,” ujar Mu­hammad.

Bubur dibuat dari beras biasa de­ngan campuran bumbu gulai, santan, dan rempah-rempah. Sekali membuat, penyelenggara bisa menghabiskan beras sampai 30 kilogram. Bubur yang dibagikan secara gra­tis ini dibuat langsung di halaman Masjid Al Muhdhor oleh enam sam­pai 10 laki-laki warga keturunan Arab. Pembuatannya sudah dimulai sejak pukul 13.00 WIB. Untuk itu dibutuhkan waktu dua jam guna me­ngolah beras menjadi bubur hingga siap disantap untuk takjil berbuka puasa.

Beras dimasak di sebuah tungku be­sar setinggi satu meter menggunakan api dari gas. Sedang pembagiannya dilakukan mulai pukul 17.00 WIB. Nah, begitu bedhug Maghrib ditabuh, pemandangan menarik terlihat di masjid ini di mana masyarakat secara berjamaah menyantap bubur simbol kepedulian umat Islam pada kaum dhuafa ini. Semangkuk bubur yang melambangkan syiar Islam di telatah Tuban.

“Walisongo menyebarkan Islam dengan beragam cara. Ada yang pakai gamelan dengan gamelan sekaten di Yogya, ada yang pakai kesenian wa­yang, dan di sini bubur, yang memang sangat dibutuhkan warga miskin saat itu. Seperti Walingoso, dakwah me­mang harus menyentuh kebutuhan langsung rakyat, tak hanya ceramah. Seperti dakwah bubur ini,” kata Su-priyono, warga Langitan Widang, yang juga mengaku suka dengan bu­bur tersebut, (gus)

SUARA DESA, Edisi 05  15 Juni -15 Juli 2012. hlm. 42