KH As’ad Umar, Kabupaten Jombang
KH As’ad Umar Ulama dan Politisi 64-66 Seperti kebiasaan orang-orang kita lainnya, saya tidur enam jam sehari,” kata KH As’ad…
KH As’ad Umar Ulama dan Politisi 64-66
Seperti kebiasaan orang-orang kita lainnya, saya tidur enam jam sehari,” kata KH As’ad Umar Mengenai resep menjaga kondisi tubuhnya sehingga tetap gesit pada usia di atas 70 tahun. Pertanyaan ia sampaikan akhir dasawarsa 1990-an ketika melihat kesiapan pondoknya menerima kunjungan Presiden B.J. Habibie. Saat itu Kiai As’ad masih menyetir mobil sendiri dan gesit berjalan kaki di antara bangunan-bangunan sekolah di kompleks PP Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang. “Usai shalat subuh saya sudah menjalankan aktivitas rutin, menginspirasi pondok dan menyiapkan pekerjaan,” katanya. Namun kini, kondisi Kiai As’ad sudah agak menurun karena usianya yang telah lanjut Siapapun yang melihat sosok ini, passtilah akan menangkap kesan gesit dan optimis pada pribadi ini. Ia tidak bisa berdiam diri dan selalu memiliki gagasan baru untuk mengimbangkan pondoknya. Karena itu pondok yang memilik sejarah panjang itupun berkembang sangat pesat bahkan telah merambah pada dunia pendidikan umum.
Dalam naungan PP Darul Ulum, telah tumbuh dan berkembang sekolah-sekolah antara lain SMA Unggulan, Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (M I S), Madrasah Program Khusus darul Ulum dan SM darul Ulum I, 11, III dan IV. Sedangkan tingkat menengah atas meliputi SMA Darul Ulum l hingga IX, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan MAN Program Khusus. Untuk lebih meningkatkan kualitas para santri, Ponpes Darul Ulum juga telah mendirikan lembaga pendidikan tinggi yakni Akademi Keperawatan (AKPER), Akademi Bahasa Asing (ABA), Universitas Darul Ulum dan Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Darul Ulum. Lembaga terakhir ini bernama Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu).
Dalam kompleks Pondok Pesantren yang luasnya mencapai 52 hektar itu juga berdiri rumah sakit bar lantai dua yang cukup megah dan modern. Menurut As’ad, pendirian RS itu selain untuk praktik siswa Akper dan Akbid juga didasari keprihatinannya tentang pelayanan kesehatan bagi kaum muslim yang selama ini memperhatinkan. “Saya punya obsesi memiliki RS dengan stan dart modern namun tetap Islam,” tambahnya. Melihat begitu banyaknya lembaga pendidikan yang telah didirikan, tentu kita yakin betapa tingginya komitmen KH As’ad Umar di dunia Pendidikan. Telah ribuan saijana yang ia hasilkan lewat lembaga pendidikan yang ia dirikan. Namun sebenarnya Kiai As’ad sendiri kurang beruntung di bidang pendidikan karena ia tidak sempat meraih kesarjanaan. Hal ini layak kita teladani sebab untuk menghasilkan karya, orang tidak perlu harus bergantung pada gelar kesarjanaan.
Memang, Kiai As’ad pernah menimba ilmu di Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta sekitar tahun 1958. Namun sebelum lulus ia dipanggil Ayahandanya KH Umair Tain untuk mengelola pondok ayahnya. Kekurangan ini ditutup oleh kegemarannya berorientasi sehingga pengalaman ini kelak sangat mendukung kematangan As’ad dalam berpolitik. Pada tahun 1959, ia dipercaya menjadi Ketua Panutan Jombang yakni organisasi pertanian di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Setahun berikutnya menjabat Ketua DPR GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) Jombang. Karir politiknya kian meroket. Pada 1969- As’ad duduk sebagai anggota DPRD Jatim lewat NU. Lalu sejak 1975-1997 ia kembali ke DPRD Jatim sebagai anggota dari Golkar. Pada akhir masa rezim Soeharto, Kiai As’ad sempat menjadi anggota DPR-RJ beberapa saat Meski menjadi politisi, Kiai As’ad masih terus memimpin Ponpes Darul Ulum. Bahkan tak jarang di sela-sela kunjungan kerja sebagai anggota DPRD Jatim, baik di Jatim maupun daerah-daerah lain di luar Jatim, ia selalu kontak dengan alumni Darul Ulum di daerah setempat. “Banyak santri yang berdomisili di daerah sini sehingga saya bisa menemui mereka. Atau kalau ada yang tahu saya berada di daerahnya, mereka mengontrak alumni lain dan menemui saya,” katanya suatu malam saat kunjungan keija di Bnyuwangi tahun 1991.
Pengalaman yang panjang di dunia politik dan pesantren membuat pria yang selalu blak-blakan ini juga dikenal sebagai jago lobi. Berkat kepiawaian lobinya, PP Darul Ulum selalu menjadi jujukan kunjungan pejabat baik menteri bahkan Presiden. Tentu tak terhitung kunjungan pejabat provinsi dan pejabat pusat di bawah menteri. Kini di bawah kendaJi putra-putranya yang telah mengenyam pendidikan tinggi dengan baik, tak seperti dirinya, lembaga pendidikan. Darul Ulum telah berkembang. Darul Ulum telah berkembang menjadi institusi bukan saja pendidikan tetapi juga sosial budaya, politik dan tentu saja ekonomi karena mampu member lapangan keija bagi masyarakat sekitar dan para lulusannya.Dan Kiai As’ad tagak berdiri di sana, mendirikan lembaga- lembaga itu sekaligus menjaga kelangsungan pertumbuhannya.
Keluarga dan Masyarakat
Di balik kiprahnya sebagai salah satu praktisi politik baik di tingkat Jawa Timur maupun nasional, KH As’ad ternyata adalah sosok yang memiliki kehangatan keluarga. Beliau sangat memperhatikan keluarga dan selalu ingin dekat dengan seluruh anggota keluarganya. Kiai As’ad berputra 9 orang, seorang diantaranya sudah meninggal dunia. Dari delapan puranya, 6 laki-laki 2 perempuan kini semuanya tinggal di lingkungan PP Darul Ulum “Bahkan ketika kakak saya, Yiyi, berangkat ke Australia untuk studi dan bermaksud mengajak putranya Kiai As’ad melarang. Beliau ingin tetap dekat dengan cucunya,” kata Zahrul Ashar, putra bungsunya. Dalam kaitan ini ada yang perlu dicatat, Kiai As’ad tidak pernah mengharuskan putra-putrinya untuk* memilih pendamping hidup dari kalangan tertentu-Tak harus dari putra/putri Kiai, misalnya. Bagi kiai As’ad ukuran terpenting adalah manfaatnya bagi pondok.
Ini bisa dimengerti kalau kita melihat dan menelusuri betapa besarnya komitmen beliau terhadap “ilmu”. Bagi Kiai As’ad dengan memiliki ilmu seseorang akan ditinggikam derajatnya oleh Allah. Maka sungguh tepat pemilihan nama Ulum, yang berarti rumah ilmu, bagi payung besar lembaga pendidikan yang dinaunginya. Dan Kiai As’ad memang memegang teguh serta telah mampu mengembangkan Darul Ulum dengan fantastis. Para putra-putrinya kini bahu-membahu membesarkan dan terus mengembangkan seluruh lembaga pendidikan yang dinaungi PP Darul Ulum. Tentu saja masing-masing sambil terus menuntut ilmu di lembaga- lembaga pendidikan terkemuka baik di dalam maupun di luar negeri. Kiai As’ad pun seperti telah menjadi karakternya, dalam usia 74 tahun ini, masih tak mau berdiam diri. Meski beliau terkena stroke saat menghadiri pengajian di Janti tahun 2004 silam dan hingga kini kemana- mana harus memakai kursi roda, namun masih terus mengikuti dinamika di lingkungan pondoknya. Semua keputusan yang dibuat masih harus memperoleh persetujuan beliau. Jika beliau mengatakan tidak, maka itu yang harus diikuti.
Selain kedekatan dengan anggota keluarga besarnya, Kiai As’ad juga sangat dekat dengan masyarakat sekitar pondok. Teijadi hubungan saling menguatkan dan mengembangkan antara keluarga Kiai As’ad dan pondoknya dengan masyarakat sekitar. Dalam hal ini beliau berpesan kepada para putra-putrinya, meski bisa menguntungkan secara materi namun pondok dilarang mengurus semua kebutuhan para santri. Bagi Kiai As’ad, hubungan baik antara pondok dan masyarakat sekitar haruslah terus dijaga karena keduanya saling memiliki ketergantungan, saling membutuhkan. Maka tak heran jika di lingkungan Darul Ulum selalu terbina kekompakan dan tak pernah ada konflik apalagi yang sifatnya terbuka. Ini penting untuk dicatat sebab saat ini ada sejumlah pondok yang berhubungan dengan masyarakat sekitar sangat buruk. Ada pesantren yang gotnya ditutup warga karena sang kiai tak mampu memelihara hubungan baik dengan warga sekitar.
Untuk makin mengukuhkan hubungan baik di Darul Ulum, kini juga sedah berdiri koperasi SIGAP (Koperasi Keluarga Pondok) yang dimiliki masyarakat sekitar, khususnya para pedagang. Dengan koperasi ini ketertiban para pedagang juga dibangun. Mereka juga ikut mendukung program pondok. Misalnya, mereka tak menjual rokok, minuman keras dan semacamnya. Mereka juga nurut dengan mentaati jam jualan. Para pedagang harus tutup saat maghrib tiba. “Kami justru sangat terbantu dengan kehadiran mereka, apalagi mereka juga nurut dengan aturan-aturan yang dibuat pondok,” kata Gus Zahrul.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: PROFIL TOKOH KABUPATEN JOMBANG, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010