Sri Edi Swasono, Kabupaten Ngawi
16 September 1940, Sri Edi Swasono lahir di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia. anak ketiga dari tujuh bersaudara, ayah, Moenadji Soerjohadikoesoemo,…
16 September 1940, Sri Edi Swasono lahir di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia. anak ketiga dari tujuh bersaudara, ayah, Moenadji Soerjohadikoesoemo, Ketua Pengadilan Ngawi, di bunuh PKI tahun 1948 dalam peristiwa Muso.
Tahun 1945-1947, menjalani pendidikan TK/SD Tulungagung, Ngawi dan Solo.
Tahun 1952, menyelesaikan Sekolah Dasar pada SD 56 Solo, Lulus.
Tahun 1955, menyelesaikan pendidikan di SMPII Solo, Lulus.
Tahun 1958, Lulus dari SMA IV Solo.
Tahun 1963, awal pendidikan tingginya Sri Edi Swasono menjadi mahasiswa Ekonomi FEUI dan lulus.
Tahun 1965, Sri Edi sudah mulai bekerja sejak tingkat II, sebagai sekertaris Himpunan Pengusaha Korek Api Seluruh Indonesia di bawah bimbingan Pak Diro (Walikota Jakarta). Dari sanilah ia membiayai kuliahnya.
Tahun 1966, Sri Edi melanjutkan studi S2 memperoleh gelar MPIA pada University of Pittsburgh.
Tahun 1969, Sri Edi menyelesaikan studi S3 dan meraih Ph.D pada University of Pittsburgh.
Tahun 1971, Sri Edi sebagai Pengajar di SESKOAD.
Tahun 1972, Pengajar pada SESKOGAB/SESKOABRI .
Tahun 1973, Sri Edi sebagai Staf Pengajar Tetap FEUI. Merangkap Pengajar pada Lemhanas
Tahun 1986, Terobosan Kultural sebuah karya Sri Edi, sebagai bukti Beliau adalah orang yang produktif dan pengalaman
Tahun 1986, memperoleh Penghargaan Dewan Hankamnas, serta Penghargaan Kolonel dari Gubernur Kentucky (USA).
Tahun 1987- …, Sri Edi sebagai Ketua Umum Himpunan Pengembangan Ilmu Koperasi.
13 Juli 1988, Sri Edi giat berusaha memperjuangkan ekonomi kerakyatan dengan koperasi sebagai wujud demokrasi ekonomi. Atas kerja kerasnya tersebut, beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar dengan membawakan pidato pengukuhan yang berjudul ”Demokrasi Ekonomi, Komitmen dan Pembangunan Indonesia”.
Beliau mengajarkan bahwa konsep Koperasi adalah pilar utama untuk meraih ekonomi yang demokratis dan mandiri. Konsep koperasi beliau perbandingkan dengan neoliberalisme. Baginya, neoliberalisme justru menjadi penyebab menurunnya kesejahteraan Indonesia. Neoliberalisme ekonomi menciptakan daulat pasar, bukan daulat rakyat. Pembangunan negara atas dasar neoliberalisme hanya menggusur orang miskin, bukan menggusur kemiskinan.
Bagi beliau, koperasi merupakan manifestasi dari sistem ekonomi kerakyatan. Maka dari itu, penerapan ekonomi koperasi di Indonesia menjadi penting. Kritik terhadap ekonomi neoliberalisme itulah yang melatarbelakangi beliau menulis buku berjudul Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial.
Dalam buku ini, Sri Edi menuliskan pemikirannya mengenai kesejahteraan sosial yang seharusnya bisa diwujudkan di Indonesia. Menurutnya, kesejahteraan sosial adalah idealisme yang diakui oleh Indonesia sebagai kewajiban “melindungi segenap bangsa Indonesia” dan untuk memenuhi hak warga negaranya. Buku tersebut menekankan pentingnya penegakan sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 yakni Pasal 33.
Kegiatan Organisasi yang lain Anggota ISEI; Anggota Ikatan Peminat dan Ahli Demografi (IPADI).
Penghargaan yang didapat Satya Lencana Dwidya Sstha SESKOAD; Satya Lencana Dwidya Sistha SESKOAL; Satya Lencana Dwidya Sistha Lemhanas dan Penghargaan Dewan Hankamnas
20 Juli 1988 -…, Sri Edi sebagai Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)
Tahun 1988, satu lagi hasil karya Edi Swasono. Demokrasi Ekonomi: Keterkaitan Usaha Partisipasi VS Konsentrasi Ekonomi .
Tahun 1991, Sri Edi menghasilkan karya Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi,
Tahun 1998, Sri Edi menghasilkan karya lagi Menuju Pembangunan Perekonomian Rakyat.
Prof Dr Sri Edi Swasono berIstrikan Meutia Farida Hatta, anak tertua Bung Hatta.
26 Maret 2010, diluncurkan buku “Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial: Dari Klasikal dan Neoklasikal Sampai ke the End of Laissez Faire”. Karya Prof. Sri Edi Swasono . Di SG 1 – 5 Bappenas, Jakarta.=S1Wh0T0=
Comments
Maaf jika berkenan saya minta kontak pak Prof Sri-Edi Swasono, email/telpob/alamat rumah, untuk keperluan silaturrahim. Terimakasih atas kerjasamanya.
Salam hangat,
Firman.
Maaf Mas Firman, kami belum punya kontaknya….