Upacara Adat Kematian. Masyarakat Using
Masyarakat Using di Kemiren masih melakukan upacara apabila ada yang meninggal. Namun demikian, tidak banyak yang dapat diungkap dan tidak…
Masyarakat Using di Kemiren masih melakukan upacara apabila ada yang meninggal. Namun demikian, tidak banyak yang dapat diungkap dan tidak ada hal-hal yang unik dalam pelaksanaan upacara kematian. Akan tetapi masyarakat Using sangat menghargai hari kematian orang tuanya.
Pada hari kematian orang tua atau pada hari Idul Fitri mereka ziarah ke makam untuk menaburkan bunga dan membersihkan rumput-rumputan di makam. Penghargaan orang using dalam menentukan hari pelaksanaan sesuatu upacara adat, misalnya upacara adat perkawinan selalu ditanyakan hari “naas” masing-masing keluarga sehingga pilihan hari pelaksanaan upacara tidak jatuh pada hari tersebut.
Upacara-upacara kematian yang dilaksanakan oleh masyarakat Using di Desa Kemiren tidak jauh berbeda dengan tradisi dalam agama Islam yang mereka anut. Setelah orang yang meninggal dimakamkan, kerabat dan warga desa mengadakan tahlilan dan selamatan untuk mendoakan roh-roh yang meninggal.
Adapun selamatan yang biasa dilakukan oleh orang Using adalah selamatan “telungdine” (3 hari), “pitungdinane” (7 hari), “patangpuluhne” (40 hari), “satuse” (100 hari), “taune” (1 tahun), dan “sewune” (1.000 hari) setelah meninggal. Ada juga orang Using yang menyediakan “sajen” di kamar bekas orang yang meninggal pada selamatan 40 hari. Tujuannya untuk memberi makan pada roh-rohnya.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: POLA KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT USING DI KABUPATEN BANYUWANGI PROPINSI JAWA TIMUR; DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL PROYEK PENELITIAN PENGKAJIAN DAN PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA 1993, hlm. 61 – 64