Puntuk Gereng, Kabupaten Mojokerto
Diceritakan ketika pusat kekuasaan beralih ke Demak, di ibukota Majapahit hanya diperintah seorang adipati. Suatu ketika sultan Demak mengadakan upacara…
Diceritakan ketika pusat kekuasaan beralih ke Demak, di ibukota Majapahit hanya diperintah seorang adipati. Suatu ketika sultan Demak mengadakan upacara pelantikan Adipati Pajang, utusan dari Majapahit tidak hadir.
Ketidakhadiran Adipati Majapahit ini merupakan suatu pembangkangan yang harus dihukum. Sebuah expedisi dikirim dari Demak untuk menghukum Majapahit akan tetapi setelah sampai di sebelah Kubur Panggung terjadilah keajaiban. Dengan tiba-tiba pasukan dari Demak tersebut menjadi sakit dan sampai menangis tersedu-sedu (dalam bahasa Jawa = gereng-gereng), karena kesaktian sang adipati Majapahit.
Peristiwa pasukan Demak menangis tersedu-sedu atau gereng-gereng, inilah kemudian yang menyebabkan tempat tersebut diberi nama “Puntuk Gereng”.
Kejadian selanjutnya adalah karena sang adipati merasa bersalah kemudian datang ke tempat pasukan Demak tersebut dan siap untuk menerima hukuman.
Dikemukakan hukuman hendaknya datang dari Tuhan bukan dari sesama manusia. Anehnya setelah sang adipati mengemukakan kata-kata tersebut kemudian hilang musnah tidak diketahui rimbanya, sedangkan pasukan Demak tiba-tiba menjadi sembuh kembali.
Sebagai peringatan kemudian di tempat itu dibuatkan makam petilasan yang dikemudian hari dikenal dengan nama Kubur Panggung.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Soeyono Wisnoe Whardono, Pesona & Informasi OBYEK-OBYEK WISATA di DAERAH MOJOKERTO, KPN PURBAKALA MOJOKERTO, hlm. 60